Bab - 9 | Hujan dan mie instan

1.4K 163 4
                                    

"Sekian rapat untuk hari ini. Setiap divisi udah bisa ngerjain jobdesc-nya masing-masing. Semakin cepat semakin baik. Terimakasih karena udah datang hari ini. Sampai jumpa di rapat selanjutnya. Sekian. Selamat Sore," ucap Noah, mengakhiri rapat kedua yang telah dimulai sejak beberapa jam lalu.

"Sore.." balas serempak semua orang yang ada di dalam ruangan.

Kana merapikan beberapa catatannya isi rapat hari ini.

"Na, denger-denger lo dapet nasi kotak spesial?" Feby berbisik.

Kana cukup terkejut mendengar pertanyaan Feby. Kejadian nasi kotak yang mereka sebut spesial itu terjadi tiga hari lalu. Tapi berita itu sudah tersebar jauh, hingga Feby yang bukan bagian kadiv yang ikut rapat hari itu sampai tahu. "Kamu denger dari mana itu? Engga kok. Karena aku alergi seafood, makanya Noah kasih aku nasi kotak yang gak ada seafoodnya."

"Halah. Dia tau lo punya alergi aja udah spesial, Na. Pasti ada cerita dibalik alergi sambel udang." Feby memotong Kana yang tengah bersiap membalas ucapannya. "Udah-udah gak usah denial. Yang penting tuh ya. Lo harus inget. Gue berada dibarisan terdepan kapal KaNo. Kana dan Noah. Jadi kalo lo udah ekhem-ekhem sama tuh bebeb Noah. Orang pertama yang harus lo inget itu gue. Okay?" Feby menepuk bahu Kana dua kali lalu beranjak. "Gue luan. Ayang Rizky udah nunggu. Pokoknya inget jasa gue. Bye."

Feby pun berlalu begitu saja. Kana mengerjap beberapa kali memproses kejadian yang baru saja terjadi. Entah apa yang ada di pikiran Feby. Padahal tidak ada hal khusus yang terjadi antara dirinya dan Noah. Semua orang juga tahu, lelaki itu hanya sedang berbuat baik.

"Good job, Na. Proposalnya bagus." Celetukan itu lantas membuat Kana sedikit berjingkat. Noah tepat di sebelahnya. Sedikit deg-degan apakah pria itu mendengar ucapan Feby tadi atau tidak. Ia hanya tidak ingin pria itu merasa tidak nyaman berada di sekitarnya.

Melihat dari ekspresi pria itu yang tampak santai, sepertinya Noah tidak mendengar apapaun yang Feby ucapkan. "Kamu ngeledek ya? Proposalnya cuma tinggal ganti tanggal doang," sahut Kana memberengut.

Sebelumnya Kana mendapati jobdesc untuk membuat proposal bantuan dana. Kemudian Kana meminta penjelasan mengenai itu pada Ria. Namun, Ria hanya membalas bahwa file mentahnya ada pada Noah. Jadi kemudian Kana menghubungi Noah untuk meminta file mentah tersebut. Kana agak kesal saat ia melihat file yang dikirim Noah. File tersebut telah selesai dengan sangat rapi. Hanya tanggalnya saja yang perlu diganti.

Noah tertawa renyah. Dan entah kenapa Kana menyukainya. Ketampanan Noah meningkat ketika lelaki itu tertawa. Ada satu lesung pipi di pipi kanannya.

"Gak salah gue dong. Ria bilang kasihan liat lo begadang mulu." Kana sudah membuka mulut siap membalas perkataan Noah, namun disela lebih dulu oleh Dimas.

"Lo ikut futsal gak?" tanya Dimas sambil menepuk bahu Noah.

"Pass dulu gue. Laporan program kemaren udah kangen di rumah. Minta disayang."

Dimas tampak mendecak. "Lo udah 2 kali pass. Anak-anak nyariin."

"Emang gak asik ya hidup kalian kalau gak ada gue," tukas Noah sombong.

"Terserah lo," decak Dimas malas.

"Ntar kalau laporan program gue udah siap. Gue nyusul."

"Sip. Gue luan." Dimas turut mengalihkan pandangannya pada Kana. "Luan, Na." Pamitnya sebelum berlalu yang dibalas Kana dengan anggukan dan senyum ramah.

"Mau pulang bareng lagi?" tawar Noah.

Sudah beberapa hari saling berinteraksi, hubungan Kana dan Noah memang tidak lagi terlalu kaku. Noah begitu menyenangkan dan baik di dalam chat maupun kenyataannya. Lucunya, selama beberapa hari belakangan, Noah selalu menawarkan dirinya untuk mengantar pulang Kana seakan itu sudah menjadi rutinitas mereka.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang