Bab - 39 | Tidak sendiri

1K 140 7
                                    

"Maaf, Om. Harus ngundang Om ke sini. Soalnya Kana gak bisa saya tinggal."

Begitu malam tiba, dan Kana sudah kembali terlelap, dengan segera Noah menghubungi Om Farhan. Mengabarkan tentang keberadaan Kana. Untungnya Om Farhan tidak sedang bertugas, hingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di rumah Noah. Noahpun lantas menceritakan secara ringkas apa yang tengah dialami oleh Kana.

"Saya ngerti. Saya yang harusnya berterima kasih sama kamu karena telah menjaga Kana. Kana tidak melewatinya sendirian," ujar om Farhan setelah mendengar cerita yang Noah sampaikan. "Bagaimana keadaan Kana sekarang?"

"Karena seharian nangis, matanya sakit. Sakit kalau dibuka katanya. Kana baru aja tidur setengah jam yang lalu, Om." Noah bisa melihat rasa sedih turut terpanti di wajah om Farhan. Tapi sedikit mengherankan, Noah tidak menemukan raut terkejut di sana. Dengan hati-hati, Noahpun bertanya. "Mengenai hal itu, apa Om sudah mengetahuinya?"

"Ya. Sudah lama sekali. Dan posisi saya yang hanya orang luar tidak dapat berbuat apa-apa. Saya hanya bisa berusaha sebisa mungkin melindungi Kana. Tapi ya kamu lihat sendiri. Seberapa kuat usaha saya dan istri saya melindungi Kana, rasa sakit yang dirasakan gadis itu tetap tidak terelakkan," ujarnya.

"Mas..." panggilan Tante Anna yang berada di pintu masuk mengejutkan mereka.

Noah berdiri menyambut kehadiran tante Anna. "Masuk, Tante."

"By. Duduk sini," perintah om Farhan menepuk sofa kosong di sebelahmya.

"Gimana Kana, Mas?"

"Noah bilang, udah tidur. Tenang ya."

"Kasihan Kana, Mas. Pasti dia terkejut," lirihnya turut sedih. "Lagipula sudah ku katakan sejak awal pada Mbak Mira, seharusnya mereka bercerai. Lelaki seperti itu tidak pantas dipertahankan. Lihat sekarang? Tetap Kana yang menjadi korbannya."

Om Farhan menepuk punggung tangan istrinya menenangkan. "By. Udah terjadi. Jangan ungkit yang lalu. Mbak Mira juga pasti punya banyak pertimbangan. Dan Kana menjadi pertimbangan terbesarnya."

"Tapi, Kana Mas..."

"Iya, Mas paham. Untuk sekarang, biarkan Kana di sini sampai waktu yang ia mau. Kana butuh space untuk nenangin diri."

Raut tante Anna langsung menunjukkan penolakan atas usul suaminya. "Kenapa Kana gak ikut kita aja, Mas? Rumah kita juga banyak space kosongnya untuk Kana nenangin diri. Kalau Kana di rumah, kan aku bisa awasin. Aku juga bisa ambil cuti untuk jaga Kana. Gak usah sampai merepotkan orang luar ginilah, Mas. Inikan urusan keluarga kita." Meski dengan suara setengah berbisik, Noah yang duduk di depan keduanya jelas bisa mendengar apa yang dikatakan tante Anna.

"By. Kamu gak akan bisa nahan diri untuk gak bahas itu di depan Kana. Jadi, biar Kana di sini sampai ia siap menghadapi masalah ini."

"Bisa, Mas. Aku pasti bisalah nahan diri untuk gak bahas-bahas ini dulu di depan Kana," ujar tante Anna cepat.

Tidak ingin berdebat lebih lanjut, om Farhan langsung menyetujui. "Baiklah. Tapi untuk malam ini biar Kana di sini dulu. Kananya juga udah tidur. Besok kita ke sini lagi. Kita tanya Kana maunya dimana. Tapi ingat, jangan memaksa. Kalau Kana maunya di sini, kita biarkan dia di sini. Setuju?"

Tidak ada alasan lain untuk mendebat, tante Anna pun terlihat setuju meski raut tak senang masih jelas terpancar di wajahnya.

Om Farhan lantas kembali pada Noah. "Saya bisa ketemu orangtua kamu?"

"Ayah belum pulang, Om. Lembur. Kalau Bunda lagi di kamar jaga Kana. Soalnya Kana gak mau dilepas tangannya. Jadi saya sama Bunda gantian jaganya."

"Boleh kamu panggil sebentar? Gantian kamu dulu yang jaga Kananya. Ada beberapa hal yang mau saya sampaikan ke Bunda kamu."

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang