Bab - 30 | Space

1.1K 141 4
                                    

"Wah.. si cantik udah datang," sambut Bunda-sang nyonya rumah ketika mendapati Kana datang."Masuk-masuk," perintahnya.

"Noahnya mana Bunda?" Tanya Kana saat mendapati keadaan rumah baru Noah yang tampak sunyi.

"Noahnya udah pergi dari pagi. Katanya banyak kerjaan. Emang dia gak bilang sama kamu?" jawab Bunda membawa Kana ke arah dapur menunjukkan berbagai sajian yang tertata rapi di meja makan.

Memilih tidak menjawab pertanyaan Bunda, Kana beralih. "Jadi apa yang harus Kana bantu, Bunda?"

"Kamu bantu habisin masakan Bunda aja. Biasanya kalau udah banyak kerjaan gini, Noah pulangnya tengah malam, terkadang malah pagi. Masakan Bunda gak ada yang makan nantinya."

Noah benar-benar banyak kerjaan ya? Atau hanya ingin menghindarinya? Noah juga tak kunjung membalas pesannya. Kana menghela panjang. Ternyata memang tidak menyenangkan rasanya tiba-tiba dihindari seperti ini.

Kana mengedarkan pandangannya menatap berbagai makanan di depannya. Kalau Noah ada, pasti pria itu sudah menghabiskan dua piring porsi makanan sejak Kana masuk ke dalam rumah ini.

"Tenang aja. Masakan Bunda sudah uji klinis semuanya. Gak ada mengandung pantangan kamu. Soalnya kalau kamu mau datang, Noah rajin banget ngingetin Bunda supaya masaknya sesuai standart kamu. Sampai-sampai Bunda ikutan hapal."

Kana meringis tidak enak. Padahal ia datang ke sini tujuannya untuk bantu Bunda Noah masalah pindahan. Bukan malah makan gratis begini. "Maaf ya Bunda? Padahal Kana ke sini mau bantuin Bunda pindahan. Malah jadinya numpang makan."

"Loh? Kok malah minta maaf. Lagipula mau bantu apa?" Bunda menunjuk sekelilingnya. Keadaan rumah baru Noah memang sudah terlihat rapi, siap huni. Tidak ada yang perlu dibereskan lagi. "Bunda juga pindahan cuma bawa baju-baju sama beberapa barang penting lainnya. Sisanya sengaja Bunda tinggal di rumah lama. Rencana Noah rumahnya mau disewain. Dia mah apa-apa dijadiin duit." Bunda meletakkan tumis kangkung yang baru selesai ia masak. "Kalau bisa, kamu sering-sering aja numpang makan di sini. Bunda itu seneng lihat anak muda makannya sehat kayak kamu. Dimasakin sayur apa aja lahap makannya."

Bunda menyerahkan piring makan di depan Kana. "Makasih Bunda."

"Sama-sama cantik. Kamu makan aja. Bunda angkat jemuran dulu. Kelihatannya mau hujan."

Kana mengambil beberapa jenis buah yang sudah dipotong rapi.

"Assalamuakaikum."

"Waalaikumsalam, Om," balas Kana seraya berdiri memberi salam. Kana ingin menyapa Lili yang turut hadir bersama om Ardan. Namun sepertinya gadis kecil itu tidak tertarik bahkan sekedar melihat Kana. Kana menelan kembali sapaannya.

"Loh, ada Kana? Bundanya mana?" om Ardan mengedarkan pandangannya ke arah dapur.

"Lagi angkat jemuran, Om."

"Kamu lanjut aja lagi makannya," perintah om Ardan yang turut duduk di depannya. "Oh iya. Tadi om jumpa sama Papa kamu."

Kana mengernyit bingung. "Papa?"

"Iya. Papa kamu. Tadi gak sengaja lihat di sekolah Lili."

"Sepertinya Om salah lihat. Karena papa masih di Singapura, Om," jelasnya.

Kebingungan jelas menerpa om Ardan. "Eh... apa Om salah lihat ya? Om kira tadi papa kamu. Soalnya dari siluetnya mirip papa kamu. Maaf ya."

Kana tersenyum memaklumi. "Iya Om gak apa kok."

Om Ardan mengalihkan pandangannya pada sang anak perempuan yang turut duduk di sebelahnya. "Lili ganti baju dulu. Terus makan ya?"

"Iya, Ayah."

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang