Bab - 17 | Bunda

1.3K 159 1
                                    

"Bentar ya, Na. Gue ambil motor dulu."

Kana mentapnya bingung mendengar penuturan Noah yang kini sedang membuka seatbelt. "Kamu mau keluar lagi?"

"Iya, gue anter lo pulang. Tunggu bentar,"

Sebelum Kana mengatakan sepatah katapun untuk melarang Noah mengantarnya, Noah telah bergerak meninggalkan Kana masuk ke dalam rumahnya. Melirik jam yang menunjukkan pukul 11 malam, Kanapun membiarkan Noah melakukan inisiatifnya. Ia juga tidak berani kalau harus pulang sendiri di jam selarut ini.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Noah untuk mengambil motornya. Karena tiga menit sejak ia beranjak masuk, Noah telah kembali keluar dari garasi samping rumah bersama motor bebek miliknya.

Memposisikan motornya di samping mobil Kana, Noah menyerahkan sebuah paperbag pada Kana melalui jendela mobil sisi pengemudi. "Ini hadiah buat lo karena udah nemenin gue hari ini."

"Eh.. engga perlu."

"Mama lo gak bilang ya kalau nolak hadiah itu gak sopan?"

Memberengut lucu, Kana meraih paperbag yang diberikan Noah. "Iya ini diterima. Makasih."

"Gak iklas banget bilang makasihnya."

Kana memberengut, "Salah terus akunya."

"Yee. Ngambek."

"Le? Ngapain? Mojok ya kamu?"

"Astaga, Bunda?" Noah menepuk dada saat mendapati sang Bunda berdiri di sampingnya ntah sejak kapan. "Pulang-pulang bukannya ucap salam, malah fitnah."

"Oh iya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sang Bunda menggeser tubuh Noah menyingkir mundur bersama motornya. "Kana ya?"

Kana keluar dari mobil menyalam Bunda Noah. "Eh.. iya Tante. Saya Kana."

"Walah, ayu tenan ya le. Cantikan aslinya daripada foto di instageram."

"Tante tahu saya?" tanya Kana penuh kebingungan mendengar ibu Noah sepertinya telah mengetahui perihal dirinya.

"Ya tahula. Noah kan sering banget liat-"

"Bun. Udah malem. Noah mau anter Kana pulang," segera Noah turun dari motor menarik tangan Bundanya untuk masuk ke rumah. Namun sang Bunda tak kalah cepat menepis tangan Noah. Lalu kembali menatap Kana.

"Kok gak masuk dulu? Kamu suka cookies, kan? Tadi pagi Bunda buat cookies banyak loh. Masuk dulu yuk."

"Eh.."

"Bun, lain kali ya. Udah malem ini. Nanti Kana-nya dicariin," Noah kembali mencoba peruntungan untuk membawa Bundanya. Tapi lagi-lagi gagal saat sang Bunda kini malah memukul tangannya.

"Aduh.."

"Kamu sih, bawa cewek ke rumah kok ya malem-malem gini. Harusnya dari pagi dong biar Bunda bisa ngobrol banyak."

"Iya, siap Noah salah. Lain kali Kana main lagi."

"Beneran loh, ya. Dosa besar kalau bohongi orang tua."

"Iya, Tante. Nanti saya main ke sini lagi," ucap Kana memutus perdebatan ibu dan anak itu. Bukankah situasi ini sedikit aneh? Kenapa seakan-akan Kana sedang diperebutkan oleh dua pria yang menyukainya?

"Gimana kalau besok? Kalau nanti, gak jelas waktunya kapan. Jadi biar jelas, besok aja ya? Bunda masakin yang banyak buat kamu. Bunda jago banget loh masak."

Kana mengeluarkan senyum manisnya. Bingung mau menolak atau menerima. Kana bisa mengerti darimana asal sifat humble yang Noah miliki, ia bisa melihat dengan jelas itu berasal dari ibunya. Mereka tau bagaimana caranya meminta tanpa harus manerima penolakan. Seperti sekarang, Kana tidak tahu harus bagaimana. Yang bisa ia lakukan hanyalah tersenyum canggung dan melirik ke arah Noah, berharap pria itu mau membantunya keluar dari situasi ini.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang