Bab - 20 | Diundur

1.3K 157 0
                                    

Sejak kecil Kana sudah terbiasa hidup dengan aturan jadwal yang terikat. Dari bangun pagi hingga tidur lagi, ia memiliki runtutan jadwal yang tertata rapi. Dan Kana menyukai itu. Ia merasa hidupnya terstuktur dengan baik apabila berjalan sesuai jadwal. Ia tidak terlalu menyukai perubahan tiba-tiba yang tidak terencana.

Dari umur 4 tahun, Mama sudah mempekerjakan seorang Personal Assistant untuk mengatur segala kegiatannya. Mulai dari jadwal mandi, jadwal makan, les bahasa, les musik, les table manner, les berenang dan serentetan les lainnya. Dan itu berlangsung sampai ia tamat SMA. Menduduki bangku perguruan tinggi, ia meminta Mama untuk menghentikan PA yang mengatur kegiatannya. Ia merasa cukup dewasa untuk mengatur kegiatannya sendiri.

Dari kegiatan sehari-hari hingga seluruh target dan project, Kana telah berhasil mengaturnya dengan sangat baik. Ia juga berhasil menjalankan jadwalnya dengan disiplin. Menurut Kana, efektifnya sebuah jadwal tergantung pada konsistensi dan kedisiplinan dalam menjalankan jadwal dan rencana yang sudah disiapkan. Sebuah jadwal yang telah tertata rapi akan percuma kalau tidak dijalankan dengan baik.

"Gue udah koordinasi sama Dekan. Mereka minta kegiatan kita diundur selama dua minggu."

Kana sungguh tidak menyukai hal-hal seperti ini. Pengunduran jadwal. Dari libur semester ini sampai akhir semester depan, Kana telah membuat runtut jadwal kegiatannya dengan baik. Kalau kegiatan BSM ini mundur sampai masuk perkuliahan, bisa kacau semua jadwal Kana. Jadwal persiapan Pilmapres, riset penelitian, persiapan skripsi dan sidang, kegiatan seminar dan workshop, belum lagi berbagai acara kolega mama-papa yang harus mengikutsertakan Kana. Mau Kana apakan semua jadwal yang sudah tertata rapi itu?

"Oke. Udah setuju ya, kita melanjutkan kegiatan BSM ini di minggu pertama perkuliahan. Untuk progja yang berjalan, tetap pantau. Jangan ditinggalkan lalu dilupakan. Sekian. Terima kasih. Selamat siang semuanya. Salam perjuangan!"

Sudah. Keputusan sudah bulat. Noah telah melakukan voting setuju atau tidak kalau kegiatan BSM diundur. Dari tiga puluh lebih panitia, hanya lima orang termasuk Kana yang tidak setuju. Dan ketika mereka ditanya apa alasan tidak setuju, mereka menjawab gabut kalau liburan di rumah dan mereka juga tidak diizinkan untuk ikut aksi. Hanya Kana yang menjelaskan alasan kesibukannya yang lain. Karena kalah suara, tentu saja keputusan menjadi mutlak. Kepala Kana seketika terserang migrain.

Semester ini, Kana telah bertekat untuk fokus pada skripsinya agar ia bisa lulus cepat. Lalu bagaimana sekarang? Kana menggerutu dalam hati. Tidak pernah jadwalnya sekacau ini.

"Nunggu pak Diman, Na?"

Kana yang sedaritadi sibuk dengan pikirannya, terperanjat dengan pertanyaan Noah, "Ya?"

"Kok belum pulang?"

"Masih mau di sini aja," jawab Kana. Kembali Kana mengalihkan pandangannya pada notes yang sedang ia genggam. Sekali lagi ia menjelajahi lembaran jadwal yang telah ia tulis dengan sangat rapi di notesnya tersebut.

Walau sekarang ada layanan notes di ponselnya, atau aplikasi yang menawarkan catatan notes, tetap saja Kana lebih suka menulis semua jadwalnya di buku. Karena apabila ada satu kegiatan yang telah selesai, Kana akan menceklisnya. Setiap satu ceklis itu, akan menimbulkan semangat baginya untuk menyelesaikan tugas lain agar bisa menambah ceklis lain. Dengan begitu progress-nya akan terlihat lebih nyata.

"Kenapa, Na?"

Kana kembali menoleh, "Ya?"

"Lo keliatan gak fokus dari mulai rapat tadi. Padahal meeting tadi bawa berita bagus. Lo bisa santai di rumah atau mungkin liburan kemanapun selama 2 minggu," jelas Noah.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang