Bab - 37 | Bunda sakit

1K 124 0
                                    

Hal yang paling ditakuti Noah di dunia ini adalah Bunda pergi meninggalkannya. Seringkali di malam-malam terlelahnya, ia duduk diam memperhatikan Bundanya yang terlelap. Memastikan bahwa ia tidak sendiri. Masih ada Bunda yang berjuang bersamanya.

Bunda wanita yang kuat. Ia jarang sakit. Sakit terberatnya hanyalah flu dan demam. Itu juga bakal sembuh hanya dengan dibawa tidur seharian. Bundanya emang sekuat itu. Namun sekarang, menunggu di depan ruang operasi, di mana Bundanya sedang berjuang sendirian di dalam, rasanya Noah seperti menerima vonis kematian.

Ia tidak mampu berfikir apapun. Bibir, pikiran dan hatinya sibuk merapalkan doa untuk Bundanya. Ya Allah.. sembuhkan Bundaku, kuatkan dia.

Ia masih ingat bagaimana jantungnya yang hampir berhenti ketika ayah menghubunginya beberapa jam yang lalu dan memberi kabar bahwa sang bunda tengah dilarikan ke rumah sakit. Serangan jantung, dokter bilang. Noah memutar memori kembali mengingat apakah bundanya pernah mengeluh sakit? Dan tidak. Bundanya selalu terlihat sehat dan ceria. Mengomel seperti biasa. Ia tidak menyangka dibalik keceriaan perempuan nomor satunya itu, jantungnya bisa meledak kapan saja. Noah takut setengah mati membayangkannya.

Noah melirik lagi ruang operasi yang belum terbuka sedikitpun sejak satu jam yang lalu dokter masuk ke dalam sana.

"Noah?"

Noah terperanjat dari lamunannya. Ia menoleh, menemukan Kana di sana dengan nafas terengah seperti habis berlari. Kana mendekat ke arahnya dengan cepat. Mengambil posisi berjongkok di depannya. "You okay?"

Tidak mengindahkan pertanyaan Kana, Noah malah bertanya, "Na? Kenapa di sini?"

Kana meraih kedua tangan pria itu. Kana bisa merasakan tangan dingin yang melingkupi tangannya. Tak seperti biasanya. Jemari Noah selalu hangat. Kapanpun pria itu menggenggamnya, selalu hangat. Sangat berbeda. Ada gemetar yang ia rasakan. Yang pasti itu bukan dari tangannya. Pria ini sedang ketakutan. "Aku khawatir. Kamu gak bisa dihubungi seharian. Jadi aku datang ke kantor kamu. Lian bilang Bunda masuk rumah sakit."

Noah membalas tatapan sendu Kana yang mendongak padanya. "Maaf gak ngabari kamu. Aku lupa dimana ponsel aku."

Kana bergerak naik merangkul pria itu. Mengusap punggungnya, menenangkan. "Bunda pasti baik-baik aja. Kamu yang paling tau sekuat apa Bunda kamu itu. It's Ok. Everything will be fine. Bunda pasti sembuh."
Kana tahu seberapa besar sayang Noah pada perempuan nomor satunya itu. Kana juga sebenarnya ketakutan. Tidak ingin Bunda seperti ini.

"Takut, Na."

"Sshh.. kita berdoa aja ya."

Noah bergumam mengiyakan. Menghirup lamat-lamat harum gadisnya yang kini tengah memeluknya sangat erat.

*

Butuh waktu hampir dua jam untuk Bunda keluar dari ruang intensif jantung untuk pemasangan ring.

"Makan dulu," ujar Kana begitu masuk ke dalam ruang perawatan Bunda dan melihat Noah yang masih berada di sisi sang Bunda seraya merapalkan doa-doa.

"Ini, Om. Untuk Om dan Lili." Kana menyerahkan nasi bungkus bagian Om Ardan dan Lili.

"Aduh. Maaf ya ngerepotin," balas Om Ardan lalu beralih pada anak perempuan yang berada di sebelahnya tampak mengantuk. "Bilang makasih, Li."

Meski tampak enggan, Lili tetap menuruti perintah ayahnya. "Makasih, Kak."

"Sama-sama. Dihabisin ya," ucapnya lalu beralih pada Noah. "Ini punya kamu." Menyerahkan nasi bungkus milik Noah, dengan porsi yang memang sengaja dilebihkan. Pria ini pasti butuh banyak tenaga untuk menjaga Bundanya.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang