Bab - 45 | Pity

1.1K 126 13
                                    

"Apa sekarang gue udah boleh manggil lo.. sister?" Senyum mengejek jelas terlihat di sana. "We're sister afterall."

Kana tidak pernah merencanakannya. Bertemu dengan anak ini, tidak pernah ada di daftar to do list harian Kana. Tapi mengapa? Takdir itu seolah senang sekali bercanda. Kana yang tadinya sedang menunggu Noah untuk rencana dinner mereka malah dihadapkan oleh bencana seperti ini. Ini sehari setelah pesta ulang tahun Noah. Pria itu lantas mencanangkan dinner dengannya sebagai balasan atas pesta yang Kana siapkan untuknya. Kana yang hari ini tidak memiliki rencana apapun memilih datang lebih cepat ke tempat yang telah Noah reservasi. Sedangkan pria itu masih rapat dengan kliennya bersama Zaki. Dan yang tidak Kana duga, kenapa anak ini bisa ada di sini? Dimana keberadaan anak ini jelas bisa merusak hari Kana.

Butuh waktu yang panjang bagi Kana melewati hari-hari dengan menangis dan meratapi tentang keberadaan anak ini di dunia. Kalau saja anak ini tidak pernah ada, kalau saja ibu dari anak ini tidak pernah ada. Pasti.. pasti keluarganya baik-baik saja. Dan sekarang berani-beraninya anak ini menatapnya dengan tatapan dengan benci yang begitu membara di sana? Padahal seharusnya Kana yang melakukan itu untuknya.

Kana telah berpikir panjang, menenangkan hati dan emosi dengan bebagai cara. Kana juga telah merepotkan banyak orang untuk membantunya pulih. Ia turut merenungkan opini dari segala tetua pakar kehidupan. Kana seharusnya tidak membenci anak ini. Karena seperti Kana, anak ini juga ingin memiliki keluarga yang normal. Keluarga dengan pernikahan ayah dan ibu yang diakui oleh dunia. Bukannya malah sembunyi-sembunyi, seakan menikah adalah sebuah kejahatan. Anak ini juga korban keegoisan orang dewasa. Sama sepertinya. Untuk itu, Kana mencoba tidak pernah membencinya. Tapi sebaliknya, anak itu sepertinya belum cukup dewasa untuk memikirkan posisi Kana. Mungkin dia pikir, dialah korban yang paling tersakiti di sini.

Kana tidak menghentikan aksi anak kecil itu yang mengambil posisi duduk di depannya. Kursi yang seharusnya ditempati oleh Noah.

Kana melirik jam yang melilit di lengan kirinya. Sepuluh menit lagi sampai waktu janjiannya dengan Noah. Dan sebelum waktu tersebut datang, Kana harap gadis ini sudah lenyap dari pandangannya. Kana tidak ingin dia muncul dihadapan Noah. Kana sendiri sudah cukup malu pacarnya itu mengetahui aib yang dibawa keluarganya. Dan Kana tidak ingin membagikan aib keluarganya lebih banyak pada Noah. Karena mungkin saja nanti pria itu berpikir, Kana ternyata tidak cukup layak untuk diperjuangkan.

"Penderitaan yang lo alami, gak akan sebanding dengan apa yang gue, ibu dan ayah lalui," ujar gadis itu tiba-tiba. Amarah sepertinya tengah menggebu di seluruh aliran darahnya.

Kana menyesap matcha latte yang memang sudah ia pesan sejak awal seraya menunggu Noah. Kana tidak ingin terpancing. Lagipula ini di tempat umum. Sangat tidak bertata krama menimbulkan keributan di tempat umum. Apalagi Kana yang dari lahir dididik untuk mengemban nama Sahid di pundaknya, berpikir sejuta kali untuk membuat drama di public place seperti ini. Meski tempat yang di reservasi Noah bukanlah restoran sembarangan, tetap saja, tidak hanya ada mereka berdua di sini. Keberadaan waitress dan pelayan lainnya perlu dipertimbangkan. Sedikit saja mereka melakukan kesalahan, nama besar Sahid bisa dibawa-bawa ke dalamnya.

"Kalau saja lo dan mama lo gak pernah ada. Ibu dan ayah pasti akan bahagia. This tragedy happened because of you. Ibumu hanyalah perempuan pajangan yang selamanya tidak akan pernah mendapatkan cinta ayah. How pity." Gadis itu menatap nyalang pada Kana. Telunjuknya bahkan mengarah pada Kana sejak tadi. Kalau guru tata kramanya melihat hal ini, bisa dipastikan telunjuk itu bengkok karena dipatahkan. Sangat tidak sopan mengarahkan telunjuk dengan maksud penghinaan seperti itu pada siapapun. Tapi memang, tidak akan ada tata krama dalam melampiaskan emosi.

Kana membalas dengan suara rendah dan tenang. "Dan apakah kamu dan ibumu lebih baik?" Balasnya. Kana pikir gadis ini akan berhenti dengan sendirinya ketika Kana tidak meladeni. Tapi ternyata tindakannya semakin jauh. Bahkan berani menghina Mama tanpa rasa bersalah sedikitpun. Sebenarnya, bagaimana Papa mendidik anaknya yang satu ini? "Sister ... Ibumu tidak lebih baik. Ibumu hanyalah wanita kedua yang akan dicap sebagai perusak rumah tangga keluarga Sahid yang harmonis. Selamanya akan seperti itu. Dan kamu adalah anak haram dari wanita perusak rumah tangga orang. Selamanya akan seperti itu. How pity you are."

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang