Bab - 47 | Alasan sebenarnya

1.2K 132 0
                                    

"Bun ..." panggil Noah saat duduk bersebelahan dengan bunda yang sedang melipat pakaian. Ia menelan ludah beberapa kali sebelum bertanya, "Gimana kabar tante Adeira?"

"Baik-baik aja." Bunda menjawab dengan lugas. "Tante Adeira kan datang ke pesta pernikahan Bunda. Kamu emang gak sempet ketemu?" Tidak mendapat jawaban dari sang anak, Bunda mendecak tak terima. "Pasti kamu sibuk nempelin Kana kesana kemari kan? Kayak nyari alamat."

"Bun ..." panggil Noah lagi seraya mengambil sebuah baju lalu turut melipatnya.

Bunda menghentikan kegiatannya. Ia melirik ke arah putranya yang tampak begitu lesu. Dan itu sudah berlangsung berhari-hari lamanya. "Kenapa sih kamu? Kamu berantem sama Kana? Kamu diputusin?"

"Enggak." Noah menjawab cepat. "Noah gak putus."

"Jadi bener lagi berantem?" Tanya bunda lagi. "Siapa yang buat salah? Kamu?"

"Bunda tahu siapa suaminya tante Adeira?"

Bunda mendecak tak terima melihat anaknya yang enggan menjawab pertanyaannya. "Kamu jangan alihin topik pembicaraan. Bunda ini lagi tanya kamu, ada masalah apa kamu sama Kana loh, Le."

"Noah dan Kana baik-baik aja kok, Bun. Semoga." Jawabnya penuh harap. "Suaminya tante Adeira ... Bunda kenal?"

Bunda akhirnya menyerah. Ya ... bagaimanapun ia percaya bahwa Noah adalah anak yang pintar dan kuat. Ia mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. "Gak terlalu. Yang Bunda tau namanya itu Hardi. Pengusaha. Adeira ngenalin ke Bunda gitu aja. Bunda juga tau cerita-cerita tentang suaminya itu ya cuma dari Adeira. Bunda ketemu sama suaminya itu bisa diitung jari. Baru tujuh atau delapan kali sepertinya. Padahal mereka udah menikah cukup lama."

"Bunda tau kalau tante Adeira itu ... istri kedua?"

Bunda jelas terkejut mendengar pertanyaan itu. Seingatnya ia tidak pernah menceritakan tentang status Adeira pada siapapun, termasuk Noah. "Kok kamu bisa tahu?"

"Apa Bunda dulu membantu tante Adeira melaksanakan pernikahannya?"

"Enggak. Bunda cuma diundang. Tapi Bunda masih inget, suatu hari Adeira datang jumpai Bunda. Kayaknya waktu itu kamu lagi sekolah deh. Adeira waktu itu curhat kalau mantan satu-satunya datang melamarnya. Nah, masalahnya mantannya itu sudah menikah. Jadi waktu Adeira minta pendapat Bunda, tentu saja Bunda melarang. Karena menjadi madu di dalam pernikahan itu pasti sulit. Tapi Adeira kembali menceritakan kondisi pernikahan mantannya itu-yang kini suaminya- ternyata tidak harmonis. Setelah mendengarnya, Bunda cuma bisa mendukung keputusan apapun yang diambil Adeira. Ternyata dia memilih menikah. Dan Bunda pikir itu pilihan yang benar. Buktinya mereka terlihat bahagia sekarang. Lihat Kania. Gadis mungil itu tumbuh ceria dan bahagia. Itu tandanya ia tinggal di keluarga yang bahagia."

"Benarkah?" Gumam Noah.

"Bunda gak tahu juga lah, le. Itukan urusan rumah tangga Adeira. Bunda sebagai sahabat dia cuma bisa mendukung apapun keputusannya. Lagipula setelah menikah, dia gak pernah cerita apapun lagi. Termasuk tentang istri pertama suaminya itu. Jadi Bunda pikir mereka baik-baik aja," ujar bundanya. "Tapi kenapa kamu tiba-tiba penasaran?"

"Noah cuma gak bisa bayangin aja ... gimana rasanya jadi anak di pernikahan pertama suami tante Adeira."

"Ya ... Bunda juga menyayangkan. Kenapa Adeira memutuskan untuk menjadi istri kedua. Karena pasti ada korban dari keputusan yang ia ambil tersebut. Tapikan Bunda cuma orang luar. Yang menjalani tetap aja mereka. Bunda gak punya hak apapun untuk melarang atau menghakimi keputusan mereka." Bunda menatap heran pada Noah. "Dari mana kamu tahu, Adeira itu istri kedua?"

Noah tercenung untuk sesaat. Sebenarnya, ia ingin jujur pada bunda bahwa dirinya bahkan mengenal dengan baik siapa anak dari istri pertama suami sahabatnya itu. Tapi mengingat kembali mungkin Kana akan terluka kalau bunda tahu, Noah memilih menelan kejujurannya dalam-dalam. Mungkin belum sekarang waktunya.

CWTCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang