🌍 Hak Hanbin

220 58 22
                                    

⚠ W A R N I N G ⚠
.
.
.
.
.

Hai kalian jangan lupa untuk vote sama comment ya. Dan tolong jangan comment OOT. Jangan bawa ke kehidupan rl para pemain karena 100% ini fiksi ingat F I K S I. you know, bestie? Makasih mwch

Jangan panggil thor, min, author or apapun just call me 'Ara' not bella because bella = princess wayv :). Oke guys. Just Ara. Mwch.

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.








"Hanbin, lepas!" Rindu membanting tangan Hanbin yang mengenggamnya erat. "Apasih kamu?! Ngapain narik-narik aku segala?!" bentak Rindu sambil memegang pergelangan tangannya yang sakit.

Hanbin menghela nafas panjang. "Lo ngapain sih ngobrol sama orang itu?!"

"Memang apa hak kamu? Suka-suka aku lah mau ngobrol sama siapa, kamu nggak punya hak untuk itu!" Rindu pergi meninggalkan pemuda itu, Hanbin terdiam sejenak. Perkataan Rindu benar, untuk apa dia menarik Rindu dari sana? Rindu bahkan menampar dan membentaknya tadi, tapi Hanbin tak suka melihat Rindu berada di dekat Deka.

"Apaan sih, Bin! Lo jangan sok peduli anjing!" umpatnya pada diri sendiri. Tapi sedetik kemudian dia menyusul Rindu yang sudah jauh menuruni anak tangga.

Hanbin berlari menyusul gadis itu, namun tetap saja dia tak bisa mengejarnya karena sudah terlalu jauh. Dia akhirnya memutuskan untuk kembali berjalan seperti tadi. Merasa bodoh juga rasanya jika dia terus mengejar Rindu seperti itu.

Hanbin sudah sampai di lorong kelasnya, Rindu masih bisa terlihat oleh. Ia kembali berlari agar lebih dekat dengan gadis itu. Saat Rindu masuk ke dalam kelas Hanbin langsung menarik tangannya.

"Hanbin, lepas!" tegas Rindu. Hanbin tak mengubris ucapan gadis itu, dia menarik si cantik ke depan kelas membuat atensi yang lainnya menatap mereka dengan rasa bingung dan juga takut. Takut jika teman mereka diapa-apakan oleh Hanbin.

"Dengerin semuanya! Mulai saat ini, Rindu milik gue! Hak gue nggak boleh ada yang ganggu atau deketin dia!" tegas Hanbin. Rindu membulatkan matanya kaget mendengar ucapan pemuda itu.

"Kamu mau jadiin aku sanderaan di kelas ini? Iya?!"

"Diem! Kalau lo nggak mau pergelangan tangan lo memar!" ancam Hanbin. Rindu terdiam, sorot mata Hanbin berbeda dari sebelumnya, dia benar-benar di keliling amarah sekarang.

"Hanbin, maaf, apa hak kamu mengatakan hal itu?" tanya Deka, semua menoleh ke sumber suara.

Hanbin menyunggingkan sudut bibirnya ke atas. "Hak lo apa nanya kaya gitu?"

Deka hanya tersenyum. "Harusnya Rindu merasa nyaman bukan takut."

"Nggak usah sok jadi pahlawan! Kalau lo masih mau nyokap lo nyaman tinggal di rumah gue!" ancam Hanbin. Deka hanya tersenyum meski di dalam hatia dia sangat ingin melayangkan satu pukulan ke arah pemuda itu karena berani menggunakan Ibunya sebagai ancaman.

"Bin.. " lirik Rindu. Suaranya mereda tak seperti tadi. Hanbin menoleh, doa sebenarnya terkejut melihat sorot mata sendu yang Rindu berikan, tapi dia mencoba menahannya. Hanbin bukan laki-laki kasar, dia menghormati perempuan tapi entah kenapa Rindu membuatnya takut apalagi setelah kemunculan Deka hari ini.

"Aku milik kamu, jadi aku mohon lepasin genggaman ini pergelangan tangan aku udah sakit," pinta Rindu. Hanbin meregangkan sedikit demi sedikit genggamannya, tangannya turun bersamaan dengan Rindu.

Semesta [Kim Hanbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang