⚠ W A R N I N G ⚠
.
.
.
.
.Hai kalian jangan lupa untuk vote sama comment ya. Dan tolong jangan comment OOT. Jangan bawa ke kehidupan rl para pemain karena 100% ini fiksi ingat F I K S I. you know, bestie? Makasih mwch
Jangan panggil thor, min, author or apapun just call me 'Ara' not bella because bella = princess wayv :). Oke guys. Just Ara. Mwch.
Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah pulang dari makam, Hanbin tak langsung ke rumah. Dia memilih untuk menghabiskan waktunya mengelilingi Kota Makassar. Sudah lama dia tak menghabiskan waktu sendiri sambil menikmati hari libur.
Cuaca Kota Makassar juga sangat mendukung untuk dijadikan healing dan Hanbin menyukainya.
Lama di Jakarta membuatnya sedikit lupa dengan jalan di Makassar. Tapi tetap saja, Hanbin akan melewati semua jalan dan menghapus rasa penasarannya.
Sudah tiga puluh menit berlalu dan Hanbin tak kunjung berhenti disatu tempat. Panorama dari Makassar membuatnya sangat menikmati kesendiriannya sebelum besok bertemu dengan Rindu.
Cukup lama berkeliling akhirnya Hanbin berhenti di salah satu cafe di sana yang sudah buka. Dia masuk, masih sepi mungkin karena masih siang jadi tidak banyak yang berkunjung.
Interior cafe juga cukup membuat Hanbin nyaman berada di sana. Setelah memesan dissert dan minuman yang dia inginkan, Hanbin duduk di dekat jendela sembari mempehatikan kendaraan yang lalu lalang di luar sana.
"Permisi, Mas, ini pesanannya," ucap seorang pelayan yang sudah meletakkan makanan Hanbin di hadapannya.
"Terimakasih."
"Sama-sama. Selamat menikmati." Hanbin hanya melempar senyum, setelah pelayan itu pergi dia langsung mencicipi sedikit makanan dan menyeruput minumannya lalu kembali memperhatikan area sekitar.
Seketika senyumnya hilang, dia teringat akan Rindu. Entah mengapa dia tiba-tiba sangat merindukan gadis itu. Rasanya dia ingin berlari hanya untuk bertemu dengan Rindu.
Namun, sebisa mungkin Hanbin tahan. Dia pasti bertemu Rindu besok, dia sudah menyusun rencana apa saja yang akan dia lakukan besok bersama sang pujaan hati.
Hanbin mencoba mengontrol dirinya agar bisa lebih fokus. Rasanya memang aneh, mencintai seseorang yang baru dia kita kenal beberapa minggu.
Tapi, perasaan Hanbin tulus, dia menyukai Rindu karena sikap dan sifatnya. Bukankah cinta tak butuh alasan? Dan rasanya hal itu juga berlaku untuk rasa suka.
Tak ada alasan, bukan?
Rindu datang pada siapa saja, tanpa permisi dan tanpa suara. Hadirnya selalu tiba-tiba, bahkan pergipun dia tiba-tiba. Rindu datang pada orang yang tengah sendiri, yang perasaan dan kepalanya sedang bernostalgia dengan masa lalu.
Rindi itu satu hal yang tak terlihat di dunia ini. Sama seperti rasa dan udara, ada namun tak bisa dilihat. Tapi, bukankah kita membutuhkan keduanya? Kita bahkan tak bisa mengabaikan hal tersebut.
Rasa Hanbin pada Rindu tanpa keduanya minta. Perlakuan kasar Hanbin dan ucapannya justru membuat Rindu menyukainya. Sedangkan Hanbin, hanya dengan menatap manik mata polosnya mampu menumbuh rasa pada hatinya. Mencairkan es yang selama ini membeku tanpa rasa hangat.
Jika pada akhirnya Rindu sangat berhasil merubah Hanbin lebih hangat. Rindu bisa saja jadi pemenangnya, pemenang dari semesta yang Hanbin butuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [Kim Hanbin] ✔
أدب الهواة❝Dia Hanbin, pemuda dengan senyum indah Dia Hanbin, penyuka segala hal di semesta ini Dia Hanbin, sang penyuka aksara di setiap senja❞ 2#fiksipenggemar 2#gera 14#azalespublisher 15#id 14#id 7#azaleaspublisher 12#id 1#gera 11#id 9#id 8#id 1#fiksipeng...