🌍 Hati Sang Iblis

154 30 0
                                    

⚠ W A R N I N G ⚠
.
.
.
.
.

Hai kalian jangan lupa untuk vote sama comment ya. Dan tolong jangan comment OOT. Jangan bawa ke kehidupan rl para pemain karena 100% ini fiksi ingat F I K S I. you know, bestie? Makasih mwch

Jangan panggil thor, min, author or apapun just call me 'Ara' not bella because bella = princess wayv :). Oke guys. Just Ara. Mwch.

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Deka berada di kamarnya sejak tadi, hanya ada dia dan juga  Suci di rumahnya. Pranata sedang keluar kota. Biasanya dia akan mengangguk Hanbin, tapi tidak sekarang.

Ditengah perasaan bosannya, Deka bangkit dan berniat turun mengambil cemilan di dapur. Saat tengah berjalan melewati kamar Suci, Deka berhenti karena mendengar tawa yang cukup keras dari Ibunya itu.

Dia menghampirinya, berniat untuk mengetuk pintu tersebut. Tapi, dia hentikan karena kalimat yang sangat jelas dia dengar. Dia menjauh dan mengurungkan niatnya, tatapannya seolah berkata bahwa yang dia dengar tak benar.

Dia mengambil cemilan di kulkas, lalu kembali ke atas. Berharap Ibunya sudah tak lagi tertawa seperti tadi, namun harapannya semu, dia masih mendengarnya.

Deka kini berada di kamarnya, dia kembali mengingat ucapan Ibunya. Ingin tak percaya, tapi dia mendengarnya secara langsung. Deka mengusap kasar wajahnya, dia frustasi memikirkan bagaimana cara memberitahu Hanbin.

Tapi, dia tak mungkin juga diam setelah mengetahui kebenaran dibalik sebalik segalanya.

"Ah, sialan! Kenapa harus mama, sih?!" erangnya dengan kesal. Deka mengambil ponselnya, dia harus memberitahu Hanbin. Ibunya harus sadar kalau segalanya hanya milik Hanbin dan mereka hanya pendatang di rumah ini.

"Kita ketemu sekarang."

"Buat apa?"

"Gue udah tau siapa dalang."

"Gue tunggu di apartement."

Telepon itu terputus, Deka mengambil jaket serta kunci mobilnya. Perlahan dia keluar, memastikan bahwa Suci masih di dalam kamarnya. Dengan cepat Deka berlari menuruni anak tangga. Dia langsung menuju bagasi dan masuk ke dalam mobilnya.

Kini Deka berada di jalan menuju apartementnya. Tekatnya sudah bulat, dia tak peduli dengan Suci. Dia akan menebus kesalahannya pada Hanbin karena berniat merebut Rindu.

Lima belas menit kemudian, Deka sudah memasuki parkiran basement apartementnya. Dengan cepat dia berlari masuk ke dalam.

Deka memencet angkat 10. Suasana lift sepi, mungkin karena tidak begitu banyak yang keluar rumah hari ini. Lift berhenti tepat di lantai 10 apartement, dia segera keluar dan berjalan menuju unit yang Hanbin tempati.

Deka langsung masuk ke dalam sana, sebab password apartementnya belum Hanbin ganti.

"Kalau masuk salam!" cerca Hanbin.

"Gue harap lo nggak lupa kalau ini apartement gue," balas Deka. Hanbin hanya diam menatapnya dengan wajah kesal. "Gue nggak tau lo bakalan percaya ini atau nggak," sambung Deka.

"Mama... Mama yang udah ngerencanaiin semuanya," ucap Deka tertunduk.

Hanbin terkekeh, membuat Deka mendongak menatapnya dengan nanar bingung. "Feeling gue bener," ujar Hanbin. Deka semakin tak paham dengan maksudnya. "Gue udah curiga sama nyokap lo, waktu dia ngehalangi gue buat pergi dari rumah, tatapannya beda dari biasanya. Gue awalnya nggak mau mikir macam-macam, tapi setelah lo kasih tau pikiran gue nggak salah," lanjut Hanbin menjelaskan.

Semesta [Kim Hanbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang