🌍 Gengsi

180 50 3
                                    

⚠ W A R N I N G ⚠
.
.
.
.
.

Hai kalian jangan lupa untuk vote sama comment ya. Dan tolong jangan comment OOT. Jangan bawa ke kehidupan rl para pemain karena 100% ini fiksi ingat F I K S I. you know, bestie? Makasih mwch

Jangan panggil thor, min, author or apapun just call me 'Ara' not bella because bella = princess wayv :). Oke guys. Just Ara. Mwch.

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.



Sepulang dari sekolah Hanbin tak langsung ke rumah, dia menghampiri makan sang Ibu. Banyak hal yang ingin dia ceritakan di pusara Ibunya itu. Banyak keluhan yang membebani dirinya yang ingin dia beritahu pada sang Ibu. Setidaknya setelah mengeluarkan semuanya Hanbin bisa lebih lega.

Dia menabir bunga di atas makan Ibunya, kemudian membacakan doa untuk Ibunya itu. Setelahnya dia kemudian mengusap nisan sang Ibu sambil tersenyum. Sungguh Hanbin sangat tampan jika seperti itu.

Seulas senyum muncul di wajahnya. Dia seperti kebingungan. Bingung harus memberitahu berita yang mana lebih dulu.

Satu tarikan nafas dia lakukan sebelum mengeluarkan isi hatinya. "Bunda, Hanbin datang," ujarnya membuka suara. "Banyak hal yang mau Hanbin kasih tau ke Bunda, banyak hal yang mau Hanbin aduin ke Bunda. Bunda siap, 'kan dengerin cerita Hanbin? Bunda nggak akan marah, 'kan?"

"Bunda, tau nggak? Ayah udah nikah lagi setelah 17 tahun Bunda tinggal. Hanbin nggak marah, Hanbin bahagia tapi Hanbin nggaktau harus ngelakuin apa. Ayah juga masih benci sama Hanbin dan Bunda tau? Wanita yang Ayah nikahi memiliki anak seusia Hanbin, dia juga sekolah dan sekelas sama Hanbin. Bunda, apa Hanbin harus bahagia sekarang?"

"Bunda, Hanbin mau cerita satu gadis ke Bunda. Bunda tau, 'kan kalau Hanbin nggak pernah cerita tentang gadis manapun, tapi sekarang Hanbin ngerasa perlu ngasih tau Bunda. Hanbin bingung, Bun sama perasaan Hanbin sendiri.. "

"Satu sisi Hanbin nggak mau dia deket sama orang lain, tapi satu sisi lagi Hanbin gengsi untuk ngomong kalau Hanbin suka sama dia. Hanbin harus gimana, Bun? Hanbin cuman bisa nampilin sikap kasar Hanbin ke dia dan Hanbin takut hal itu justru bikin dia takut dan menjauh dari Hanbin.."

"Bunda, mau tau namanya siapa? Namanya Rindu, Bun. Rindu Asabellia Anastasya cantik, 'kan? Iya sama kaya orangnya. Kalau Hanbin udah berani nyatain perasaan Hanbin ke dia, Hanbin janji bakalan bawa dia ke sini ketemu sama Bunda. Bunda bisa nunggu dia, 'kan?"

Hanbin kembali mengusap nisan sang Ibu, senyumnya kembali terpatri di sana. Hanbin sadar akan perasaanya hanya saja dia tidak berani untuk mengungkap semuanya. Dia terlalu gengsi menyatakan rasa yang ada di hatinya sekarang.

Hanbin hanya tak ingin Rindu menyukainya terlalu dalam. Hanbin takut tak bisa menjaga Rindu, dia takut menyakiti Rindu suatu hari nanti. Itulah kenapa setiap ucapan dan perbuatannya pada Rindu selalu kasar, karena Hanbin ingin Rindu membencinya sangat-sangat membencinya.

Hanbin menghela nafasnya pelan. "Bunda, Hanbin pulang dulu, ya. Nanti Hanbin ke sini lagi. Assalamualaikum, Bundanya Hanbin." pemuda itu kemudian bangkit, dia melangkah meninggalkan makam sang Ibu menuju mobilnya.

Kini Hanbin berada dalam perjalanan pulang. Dia tak berhenti tersenyum, hatinya terasa lega setelah memberitahu Ibunya mengenai perasaan dan rasanya sekarang. Dia berhenti tepat ketika lampu merah muncul, pandangannya mengedar ke depan hingga satu titik membuatnya terdiam lama.

Semesta [Kim Hanbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang