🌎 Pilih Kasih

139 29 0
                                    

⚠ W A R N I N G ⚠
.
.
.
.
.

Hai kalian jangan lupa untuk vote sama comment ya. Dan tolong jangan comment OOT. Jangan bawa ke kehidupan rl para pemain karena 100% ini fiksi ingat F I K S I. you know, bestie? Makasih mwch

Jangan panggil thor, min, author or apapun just call me 'Ara' not bella because bella = princess wayv :). Oke guys. Just Ara. Mwch.

Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hanbin.. "

"Hanbin.. "

"Hanbin, di mana kamu?!"

"Hanbin!" suara Pranata di rumah itu menggema, dia terus saja berteriak memanggil nama putranya dengan lantang.

Air muka pria itu sangat merah, entah apa yang membuatnya semarah itu. Hambin belum keluar, dia masih di kamarnya. Sedangkan Pranata sudah berjalan cepat ke arah kamar anaknya itu.

Dia membuka pintu kamar Hanbin dengan kasar, terbentur dengan dinding kamar Hanbin. Pemuda itu menoleh tanpa dosa, menatap sang Ayah yang melangkah ke arahnya dengan wajah merah.

PLAK!

Dengan keras Pranata menampar wajah anaknya itu. Hanbin langsung menatapnya dengan tatapan tajam, namun juga bingung.

"Ayah, ngapain nampar Hanbin?!" tanya lantang Hanbin. Sudut bibirnya sedikit robek dan menimpulkan luka di sana.
"Jangan bikin malu keluarga ini, Hanbin!" hanbin memundurkan kepalanya heran. Dia tak paham dengan ucapan Ayahnya itu.

"Ngomong apa sih?! Ayah kesurupan?!"

"HANBIN!"

"Ayah nggak jelas! Datang-datang teriak dan nampar Hanbin! Ayah juga nggak ngasih tau ada apa, cih! Sinting!"

Pranata melempar sebuah amplop kewajah Hanbin dengan kuat. Laki-laki itu mengambil amplop tersebut, dia membukanya sambil terus menatap Pranata lekat.

Hanbin membaca isi surat ditangannya. Dia membulatkan mata sempurna. Dia membaca sekali lagi untuk menyakinkan dirinya.

"Kamu masih mau mengelaknya?!"

"A-ayah, tapi ini buk-"

"BUKAN APA?!HAH?! KAMU KENAPA SELALU BAWA SIAL?!"

"Apa hidup kamu memang tidak berguna?! Dasar anak tidak tau diuntung!" Pranata kembali melayangkan tangannya pada Hanbin. Dia pergi setelahnya, meninggalkan Hanbin yang masih menatapa kertas ditangannya dengan tatapan penuh kebingungan.

Pranata kini berada di ruang kerjanya. Dia menatap photo sang mending istri di sana dengan lekat. Detik berikutnya, Pranata mengusap kasar wajahnya.

Dia mengambil frame photo tersebut, mengusap lembut wajah istrinya. Setetes air mata jatuh di atas pas photo itu. Hanya sebentar kemudian terganti dengan seulas senyum di sana.

"Sarah, bagaimana kabarmu? Sudah 17 tahun ternyata, anak yang kamu lahirkan sudah besar. Dia mirip sepertimu, sangat mirip... "

"Sarah, sebelumnya aku ingin meminta maaf padamu, maaf karena aku tak pernah bersikap baik padanya, maaf karena aku hanya memberi luka untuknya. Jujur aku menyayanginya, tapi aku tak bisa menatapnya. Aku hanya teringat dirimu dan semakin membencinya... "

"Aku tau kamu pasti akan marah, kamu pasti akan membenciku karena memperlakukan hal tersebut pada anak kita, darah daging kita sendiri... "

"Maafkan aku, Sarah. Sekali lagi maafkan aku." Pranata memeluk frame photo itu, dia memejamkan matanya.

Semesta [Kim Hanbin] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang