⚠ W A R N I N G ⚠
.
.
.
.
.Hai kalian jangan lupa untuk vote sama comment ya. Dan tolong jangan comment OOT. Jangan bawa ke kehidupan rl para pemain karena 100% ini fiksi ingat F I K S I. you know, bestie? Makasih mwch
Jangan panggil thor, min, author or apapun just call me 'Ara' not bella because bella = princess wayv :). Oke guys. Just Ara. Mwch.
Selamat membaca!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Hari minggu akhirnya tiba, Hanbin bangun lebih pagi dari biasanya. Dia sudah siap dengan baju olahraganya, hari ini dia akan mengajari Rindu bersepeda sesuai dengan janjinya. Semalam pemuda itu sudah meneleponnya dan memberitahu bahwa dia akan mengajarkan Rindu bersepeda pagi ini.
Hanbin keluar dari kamarnya, dia tak ingin menggunakan tangga untuk turun jadi, kali ini dia memakai lift yang jarang dia gunakan. Saat sampai di bawah dia melihat tiga orang di meja makan tengah sarapan. Hanbin tak mengubris mereka dan berlalu begitu saja, Suci yang ingin bangkit langsung di tahan oleh Pranata.
Hanbin memasukkan sepeda lipat ke bagasi mobilnya. Dia kemudian melaju meninggalkan rumah menuju tempat Rindu.
Minggu pagi di Makassar tak akan macet seperti hari-hari biasanya. Hanya ada pejalan kaki atau orang yang sedang berolahraga saja.
Hanbin sudah sampai di depan rumah Rindu, tapi gadis itu belum keluar. Hanbin terpaksa turun dari mobilnya dan memencet bel pada pagar putih di rumah itu.
Seorang pria tua keluar membukakan pagar untuknya. Hanbin melempar senyum hangat, sehangat mentari pagi ini. "Pagi, Paman. Saya teman sekolah Rindu, Rindunya ada?" tanya Hanbin sopan.
"Nak Hanbin, ya?" tanya pria itu. Hanbian mengangguk kikuk. "Mari masuk, Rindu baru siap-siap." akhirnya mereka berdua masuk, pria itu menyuruh Hanbin duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu Rindu di temani secangkir teh hangat.
"Rindu tadi berpesan pada saya jika ada yang mencarinya seorang laki-laki namanya Hanbin suruh masuk saja," ujar pria itu membuka suara. Hanbin hanya mengangguk sopan tak tahu harus membalas apa.
"Ini pertama kalinya ada yang menjemput Rindu di rumah dan lagi seorang laki-laki, biasanya gadis itu hanya akan pergi sendiri atau bersama Chungha dan Momo, hanya itu temannya." jelas pria itu lagi.
"Kenapa seperti itu?" tanya Hanbin penasaran.
"Setelah kepergian Bundanya, dia menjadi pendiam tidak seperti dulu, dia juga tertutup bahkan jarang berbicara pada paman."
"Maaf, kalau boleh tau tante kemana?"
Pria itu diam sejenak, dia menghela nafas berat sebelum membalas pertanyaan Hanbin. "Sudah meninggal karena penyakit jantung dua tahun yang lalu." Hanbin diam, dia menyesal sudah membuka luka lama bagi pria di hadapannya.
"Maaf, Paman. Saya nggak tau."
"Tidak masalah. Paman minta sama kamu untuk jagain Rindu di sekolah, ya." Hanbin diam mendapatkan amanah seperti itu. Sejujurnya tanpa pria itu mintapun Hanbin akan menjaga Rindu.
"Kalian bicarain Rindu, ya?" tanya Rindu menerka ketika dia muncul dari arah tangga.
"Nggak. Udah sana pergi, belajar sepeda yang rajin, ya, Nak!"
"Siap, Ayah. Rindu pergi, ya. Assalamualaikum."
"Paman, saya izin bawa Rindu. Assalamulaikum." Hanbin menyalimi Ayah Rindu, gadis itu kikuk melihat Hanbin. Ini kali pertama dia melihat Hanbin sesopan itu pada orang lain padahal biasanya dia tidak akan membungkuk sekalipun orang itu lebih tua darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [Kim Hanbin] ✔
Fanfiction❝Dia Hanbin, pemuda dengan senyum indah Dia Hanbin, penyuka segala hal di semesta ini Dia Hanbin, sang penyuka aksara di setiap senja❞ 2#fiksipenggemar 2#gera 14#azalespublisher 15#id 14#id 7#azaleaspublisher 12#id 1#gera 11#id 9#id 8#id 1#fiksipeng...