9

11.9K 1.4K 6
                                    

"Jangan pernah menyepelekan orang lain, karena lo nggak pernah tau kemampuan mereka yang sebenarnya."

- Adeeva Abriana Utama -

🦋🦋🦋

Deva POV

Semalam Fabian mengantarku ke hotel sudah lewat tengah malam. Selepas makan malam jilid dua, Fabian mengajakku jalan-jalan menikmati pulau Bali dimalam hari. Walau aku capek mendengarkan Fabian ngoceh, setidaknya lumayanlah daripada mendengarkan Nada yang bertelepon mesra ria dengan tikus got satu itu. Siapa lagi kalo bukan pacarnya, si Aldi. Entah kenapa aku dan Salma tidak menyukai pacar Nada sejak awal dikenalkan dulu.

Suara deringan handphone membangunkanku dari tidur indahku. Saat aku melirikkan mataku nama Salma muncul disana, segera aku mengangkatnya.

"Hallo Sal, ada apa sih pagi-pagi ganggu orang tidur?"

"Bangun, Dev, kita mau nonton sunrise di Sanur."

"Nada aja masih merem disebelah gue ini. Lo sendiri aja lah, gue sama Nada nggak ikutan. Bye," Kataku memutuskan telepon.

Saat aku melihat Jam dihandphone waktu masih menunjukkan pukul 04.00 WITA. Asli si Salma ngajakin ribut. Aku melanjutkan tidurku, baru aku memejamkan mataku, giliran pintu kamar hotelku diketuk oleh seseorang.

Siapapun di depan, kalo ini tidak menyangkut hidup dan mati seseorang, harus siap menerima bogem mentah dariku.

Ketika aku membuka pintu wajah Fabian sudah muncul didepanku, dengan tangan
Bersedekap, dan berjaket hitam dan dalaman kaos putih. Ganteng, mirip oppa-oppa korea menurutku, jika saja aku tidak tau sifatnya seharian kemarin, cerewet sekali, tidak ada cool-coolnya jadi cowok.

"Ngapain sih lo di depan kamar gue pagi-pagi gini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain sih lo di depan kamar gue pagi-pagi gini?"

Tanpa memberikan jawaban, Fabian langsung menyeretku lagi keluar dari kamar menuju lift dan langsung membawaku pergi dari sana .

"Lo mau nyulik gue?"

Fabian masih tidak mau menjawabku. Aku yang menguasai ilmu bela diripun akhirnya menunjukkan diriku yang sebenarnya ketika kami berada di dalam lift.

Aku menggulingkan Fabian dengan ilmu bela diri jiu-jitsu brazil yang aku kuasai. Ilmu bela diri ini adalah salah satu ilmu bela diri yang mematikan di dunia, bahkan bisa digunakan untuk menggulingkan lawan yang berukuran lebih besar daripada kita.

Tanpa menunggu lama, Fabian sudah jatuh dibawahku. Aku melihat wajah shock dan ketakutannya melihat diriku saat ini.

" Dev, Dev, Dev. Stop it!"

"Lo nyulik gue?" Aku mengulangi pertanyaanku pada Fabian.

"Enggak, gue cuma mau ajak lo nonton sunrise doang."

Belum sempat aku menjawab pintu lift terbuka di depanku, akhirnya aku menyingkir dari dekat badan Fabian dan berjalan keluar dari lift. Fabian mengikutiku dibelakang.

"Nggak nyangka gue. Kecil-kecil Lo bakat juga jadi bodyguard," gumam Fabian di belakangku.

"Gue kebetulan nguasain beberapa ilmu bela diri. Kalo lo memang sudah niat buat pindah kerumah masa depan, gue bisa bantu. Secepatnya."

"Jadi lo nggak bohong, pas lo bilang pengen jadiin gue samsak?"

"Kalo dari yang terlihat sekarang kira-kira gimana?" Tanyaku pada Fabian.

Fabian tidak menjawab kemudian dia  menggeretku lagi keluar dari loby menuju parkiran hotel dan masuk ke mobilnya.

"Kita mau kemana?" Tanyaku ketika Fabian sudah melajukan mobilnya keluar dari hotel.

"Sanur Beach."

"Ya sudah gue mau merem, kalo sudah sampai bangunin dan jangan berani macem-macem kalo masih sayang sama nyawa lo."

Fabian hanya melirikku sambil tersenyum pasrah. Aku yakin dia tidak menyangka wanita yang terlihat lemah sepertiku, kecil, mungil, sanggup menggulingkan dirinya.
Mungkin aku telah menunjukkan diriku yang sebenarnya di depan Fabian. Karena jarang aku menunjukkan kemampuanku kecuali dalam pertandingan, latihan atau keadaan darurat saja.

"Dev, Dev. Bangun, kita sudah sampai."

Aku mendengar Fabian membangunkan diriku. Pelan-pelan aku mengerjapkan kedua mataku. Ternyata aku sudah sampai di Sanur pagi ini.

Kemudian aku dan fabian keluar dari mobil. Kami berjalan berdua beriringan di pantai Sanur yang mulai menampakkan keindahannya pagi ini.

 Kami berjalan berdua beriringan di pantai Sanur yang mulai menampakkan keindahannya pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kami duduk bersebelahan sambil menatap sunrise didepan kami. Aku merasakan Fabian sedang memperhatikanku bahkan menatapku. Tapi aku sedang tidak mau menatapnya balik. Aku takut aku akan jadi fans-nya bila aku terus terusan melihat dirinya.

"Sorry, gue nggak maksud nyelakain lo tadi pagi," kataku mengingat kejadian tadi pagi di lift.

Fabian tersenyum, kemudian aku merasakan kini tatapannya lurus ke depan fokus pada sunrise yang ada di depan kami berdua.

"Gue yang minta maaf, gue yang salah karena nggak ngejawab pas lo tanya. Nyeret lo kemana mana dari kemarin. Bahkan gue nggak nyangka kalo lo menguasai ilmu bela diri juga ternyata."

Aku tersenyum disebelahnya, "jangan pernah nyepelein gue atau orang lain. Karena lo nggak pernah tau kemampuan mereka yang sebenarnya."

Kemudian kami sama-sama terdiam, tidak ada yang bersuara cukup lama hingga Fabian memecah keheningan diantara kami berdua.

"Oh, iya, Dev, nanti sore lo jadi, kan, gandeng gue di resepsi Lionel sama Sekar?"

Aku mengembuskan nafas, "jadi, Bi, kalo bukan lo siapa lagi yang mau gue gandeng nanti?"

"Okay lah kalo gitu, gue bakalan dandan yang ganteng biar lo nggak malu dateng sama gue."

Aku tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Buatku Fabian lebih bersemangat daripada diriku. Padahal aku, kalo tidak karena sudah janji pada ketiga sahabatku untuk datang, aku lebih memilih untuk nonton TV sambil ngemil dikamar hotel. Atau mungkin aku akan mengintili Robert yang sedang menghadiri seminar kedokteran di luar negri.

***

#DeFabian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang