"Jodoh itu di kejar, bukan di tunggu."
- Fabian Alaric Kawindra -
🦋🦋🦋
Fabian POV
Selama aku hidup hampir seperempat abad ini. Aku termasuk orang yang tidak percaya bahwa jodoh akan datang sendiri. Aku selalu yakin jika jodoh harus selalu di kejar, kalo perlu diburu hingga kita mendapatkannya. Dan inilah yang terjadi padaku saat ini. Saat ini akulah pemburu Deva dan Deva adalah buruanku. Ketika dia hadir di depan mataku dan diruang meeting kantor, maka aku tidak akan melepaskannya.
Persetan dengan tatapan para karyawan accounting yang akan menggunjingkan hubunganku dan Deva. Toh, di depan keluarganya yang hadir di pernikahan Lionel dan Sekar, aku dan Deva adalah pasangan walau itu hanya jadi jadian. Yang penting Aku pasangannya, terserah Deva menganggap diriku sebagai apa, bagiku Deva pacarku. Karena aku tidak pernah mau memutuskan hubunganku dengannya walau itu hanya bohongan.
Aku mengejar Deva yang berlari menuju toilet wanita. Sial! Aku tidak mungkin masuk kesana. Oleh karena itu aku menunggunya di luar pintu toilet, cukup lama aku menunggu, hingga akhirnya pintu itu terbuka dan kini wanita yang menghiasi pikiranku sedang berdiri dengan mata membelalak didepan diriku. Aku maju mendekatinya dan aku peluk Deva sebelum dirinya bisa menolak diriku.
"Akhirnya gue ketemu sama lo lagi. Gue sudah nyari lo ke mana-mana, taunya Lo sekantor sama gue,l" kataku masih sambil memeluk Deva.
Deva masih diam mematung tidak memberikan respon apapun padaku. Hingga akhirnya aku mengurai pelukanku pada Deva dan wajah Deva masih terlihat shock, campur kaget, tapi sorot matanya seolah olah ingin membunuhku.
"No...no...no.... Di sini lo nggak bisa gulingin gue. Gue boss lo."
Aku mengutarakan ketakutanku padanya, namun Deva hanya menoleh kearah kiri dan memamerkan senyumnya. Aku mengikuti arah pandang Deva. Dan aku terpaksa mengumpat.
Oh shitt!!!
Bagaimana bisa di jam kerja, para karyawan Kantor justru mengintip aku dan Deva. Apa pekerjaan mereka sudah selesai semua? Aku yakin sebentar lagi aku dan Deva akan menjadi tranding topic dikomunitas gosip Kawindra Group.
"Kalian ngapain disini? Balik ke tempat kalian masing-masing."
Dan akhirnya aku mengirim mereka semua untuk pergi dari hadapanku tapi tiba-tiba aku harus menarik lengan Deva.
"Lo di sini aja, urusan kita belum selesai."
Enak saja Deva mau kabur lagi dariku. Dia tidak tau apa, aku sudah kalang kabut mencarinya kemana mana.
"Kerjaan saya juga belum selesai, Pak."
Oh, Deva sedang memasang "mode" sebagai karyawan dan pimpinan. Okay, aku akan meladeninya karena ini justru keuntungan bagiku. Karena dia tidak akan memanggilku "lo-gue".
aku membungkukkan badanku agar sejajar dengan wajahnya yang terlihat begitu innocent dan tidak pantas di miliki oleh wanita berusia 28 tahun lebih.
"Kerjaan kamu meeting sama saya dan anak anak accounting. Kamu harus presentasi atas hasil kinerja kamu."
Setelahnya aku berlalu mendahului Deva. Aku menyunggingkan senyumku. Akhirnya, apa yang aku harapakan terwujud. Memang kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.
Ceklek....
Aku membuka pintu ruang meeting dan dengam terpaksa "arisan" di ruang meeting dibubarkan sementara berikut gosip hangat yang sedang beredar, tidak lama setelah aku masuk Deva ikut memasuki ruangan meeting.
Hari ini Deva mengenakan blazer kotak-kotak dan rambut di gerai. Oh Tuhan, keimutannya membuatku ingin menjadikannya milikku.
"Okay, saya butuh presentasi tentang laporan analisis rugi laba tahun lalu, karena saya mau membandingkan pencapaian semester satu tahun ini dengan tahun lalu."
Aku melihat Deva berdiri dan mencari sambung USB yang akan ia sambungkan ke laptopnya. Setelah Laptopnya terhubung ke proyektor, kini Deva memulai presentasinya.
"Selamat siang, pertama tama saya meminta maaf karena saya telat pagi ini dan meeting menjadi terkendala karena kesalahan saya. Dan saat ini saya, Adeeva Abriana, selaku accounting jateng selatan akan mempresentasikan analisis laporan rugi laba tahun 2020."
Aku memperhatikan Deva yang sepertinya berusaha sekuat tenaga untuk tidak salting di bawah tatapanku kali ini. Sejujurnya aku sendiri juga berusaha fokus mati matian pada pekerjaanku, padahal yang aku inginkan adalah menanyakan keadaannya selama ini. Bagaimana ia menjalani hidupnya? Siapa tau dia khilaf lagi sampai meminum racun serangga dan pestisida mungkin.
"Pencapaian semester satu dari bulan januari hingga Juni 2020 untuk laporan R/L Masih menunjukkan profit, hanya saja cost cost beberapa post memang terjadi perubahan-perubahan seperti untuk biaya operasional yang sedikit membengkak di divisi perhotelan karena biaya bensin marketing yang samakin besar, untuk piutang ada beberapa tagihan dari Kawindra Group keluar yang belum dibayarkan hingga sekarang. Karena perusahaan yang kita tagih tersebut sudah dinyatakan pailit, diakhir tahun atas tagihan tersebut kami memasukkan ke pengurang profit bulan Desember, sehingga tahun ini sudah tidak masuk hitungan kembali."
Deva terus mempresentasikan tentang pekerjaannya dan aku juga sudah menangkap apa yang aku inginkan.
"Okay, untuk hari ini cukup. Terima kasih atas loyalitas kalian kepada perusahaan. Sekian, selamat bekerja kembali."
Biasanya aku akan keluar lebih dulu, namun tidak kali ini, ketika satu persatu karyawanku meninggalkan ruang meeting , aku sengaja menunggu Deva yang terakhir keluar karena membereskan sisa presentasinya.
"Dev."
"Hmm."
"Kalo diajakin ngomong liat muka orangnya dong."
"Takut khilaf saya, Pak."
"Saya nggak nolak kok kalo kamu mau khilaf ke saya."
Kini Deva mengangkat wajahnya.
"Yakin nggak nolak kalo saya jadiin samsak?"
Belum sempat aku membalas Deva sudah ngacir duluan dari hadapanku.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
#DeFabian (END)
ChickLitSetelah 15 tahun bersamanya, dan tiba tiba aku harus kehilangan dia, aku seperti kapal yang sedang oleng. Mencoba bertahan dan mewarnai hidupku kembali tanpanya sungguh perjuangan yang tidak mudah. Ketika aku sudah menemukan ketenangan hidup, kenapa...