"Kalo hadir diacara mantan, pastiin gandengan kalian lebih segalanya dari dia."
- Adeeva Abriana Utama -
🦋🦋🦋
Deva POV
Sore ini aku menunggu Fabian menjemputku di loby. Karena acara pernikahan Sekar dan Lionel memang diadakan di hotel tempatku menginap. Kedua sahabatku masih sibuk mematut dirinya di kamarku karena mereka bilang mau tampil sempurna tanpa cela. Sedangkan Robert sejak tadi sudah bolak balik mengirimi pesan WhatsApp kepadaku menanyakan bagaimana keadaanku saat ini.
Pukul 15.00 WITA aku melihat Fabian memasuki loby. Penampilannya laksana anak kuliahan, karena aku mengatakan padanya bila hari ini tema pestanya memang santai, bukan pesta resmi.
Fabian hanya menggunakan kemeja lengan panjang, dengan celana panjang warna gelap dan sepatu putih. Oh oh... Penampilannya sudah seperti oppa-oppa korea. Untuk urusan ini aku kagum dengan Salma, karena pintar mencarikan mana laki-laki yang tidak akan membuatku malu jika Aku gandeng ke acara Lionel dan Sekar.
"Hai, Dev, sudah siap?"
Aku menganggukkan kepalaku, kemudian aku berdiri dari sofa tempatku duduk. Kini aku berdiri didepan Fabian. Walau tidak setinggi Om Tom, untuk ukuran orang Indonesia Fabian cukup tinggi, karena aku saja hanya sepundaknya.
"Yuk, jalan," kata Fabian sambil matanya melirik tanganku .
Aku mengembuskan nafasku kasar, aku tau maksud Fabian. Dia sengaja menyuruhku untuk melingkarkan tanganku di lengannya. Kemudian aku lakukan itu agar semua orang percaya bahwa aku dan Fabian adalah pasangan sungguhan yang sedang di mabuk asmara. Tidak lama kami berjalan akhirnya kami sampai di tempat acara resepsi pernikahan Lionel dan Sekar.
Konsep pernikahan yang bertema putih itu cukup indah untukku, sesuai ekspektasiku. Ya tentu saja ekspektasiku karena aku yang memilih semuanya sesuai dengan keinginanku dulu, tapi ternyata aku hanya bisa gigit jari karena orang lain mengantikan posisiku di sana sebagai pengantin dan aku hanya datang sebagai tamu undangan.
"Dev, Deva," Sebuah suara yang aku kenal mendekat dari arah belakang.
Aku kemudian membalikkan badan dan menyapa "Hai, Nad, Hai, Sal," Kataku malas.
"Dev, ingat kata gue ya, lo harus sombong pas gandeng Fabian," Kata Salma sambil menunjuk diriku dengan jari telunjuknya.
Aku mengembuskan nafas, "sombong gimana? masa gandeng Fabian aja harus sombong?"
"Jangan nunduk, pamer senyum sumringah, pokoknya lo nikmatin aja acaranya," kata Nada menimpali.
Aku hanya mengangguk dan menuruti semua perintah kedua sahabatku.
Saat ini aku duduk di sebelah Fabian, menikmati jalannya acara, aku semeja dengan kedua sahabatku. Semua keluargaku menjadikanku tranding topic di acara ini, karena aku menggandeng laki-laki ganteng, muda dan tentunya penampilannya cukup keren. Apalagi beberapa keluarga ada yang melihat Fabian tadi dengan mobil sport hijaunya ketika di parkiran. Dan itu sungguh nilai plus bagiku, tidak menjadi istri Lionel tapi aku mendapatkan ganti laki-laki yang masih muda, tampan dan kaya, walau dia pasangan jadi jadian dan lelaki simpanan tante-tante, aku tidak peduli. Setelah acara ini selesai toh aku sudah tidak perlu lagi bertemu dengan Fabian lagi. Hidup kami akan berjalan normal seperti sebelum kami berkenalan.
Ketika acara hampir selesai Lionel memberi kode kepadaku untuk berfoto dengannya, dengan bangga aku gandeng Fabian untuk berdiri dari kursi dimana kami duduk.
"Bi, it's show time," kataku.
Fabian menggangguk dan berdiri dari kursinya, aku menggandengnya mesra dengan melingkarkan tanganku di lengan kirinya dan ketika sampai di depan Lionel serta Sekar aku sengaja bergelayutan manja kepada Fabian. Dan hebatnya Fabian cepat tanggap dan mengerti maksudku. Inginku tertawa melihat wajah Lionel dan Sekar yang shock melihatku dan Fabian. Aku melirikkan mataku kemeja dimana aku dan Fabian tadi duduk, kedua sahabatku menganggukkan kepalanya tanda persetujuan dan pujian atas aktingku yang mengesankan. Mungkin aku bisa ikut casting setelah ini, karena Lionel dan orang-orang saja percaya kalo aku dan Fabian pasangan sungguhan.
"Selamat ya, semoga kalian bahagia," kataku sambil menyalami pasangan Laknat kemudian diikuti Fabian melakukan hal yang sama.
"Oh iya, lo belum kenalin dia siapa, Mbak Dev?" Tanya Sekar manis kepadaku.
"Oh, kenalin gue Fabian, pacar barunya Deva."
Dan kedua wajah didepanku dan Fabian ini melongo sepersekian detik mendengar penuturan Fabian barusan.
"Sebenernya gue pengen ngajakin Deva nikah tapi sayangnya, Deva belum mau, apalagi baru kenalkan. Dia masih sedikit takut pas udah nyebar undangan, gue nya malah enak-enak sama perempuan lain. Padahal sih sebejat bejatnya gue, gue nggak mungkin begitu ke dia."
Anjir...
Si Fabian improvisasinya keren banget sih, tanpa dikode, tanpa aku harus ngasih petunjuk padanya. Dan aku yakin itu semua nembus dijantung Lionel dan Sekar . Bahkan mungkin kalo mereka tidak siap mental, mereka bisa pingsan atau lari terbirit-birit dari hadapanku dan Fabian saat ini.Setelah basa basi dan Foto dengan pasangan laknat, aku dan Fabian kembali ke meja. Setelahnya aku sengaja pamit lebih cepat daripada sahabat sahabatku yang sepertinya masih menikmati acara ini. Terutama Salma yang masih menikmati pemandangan sunset nya dan makanan yang terhidang.
"Lo duluan aja, gue masih mau lihat sunset," kata Salma padaku
Ketika Fabian mengantarku ke kamar dan berhenti di depan pintu kamar. Aku sengaja berdiri di hadapannya dan menatapnya. Aku tatap wajah dan mata Fabian yang kini ada di hadapanku. Wajah tampan tak berdosa layaknya anak anak itu sungguh bisa membuatku gerogi saat ini.
"Fabian... Makasih ya, atas bantuan lo selama dua hari ini."
Fabian tersenyum di hadapanku, "iya, Dev sama-sama."
"Makasih buat semuanya dan kita enggak perlu ketemu lagi setelah ini," Kataku pada Fabian dan Fabian sedikit shock dengan penuturan ku tapi dia berusaha bersikap tenang.
Fabian menganggukkan kepalanya di depanku, aaku tau kini tatapannya fokus kepada diriku lebih tepatnya mataku. Aku merasakan badanku sedikit merinding di tatap seperti itu oleh Fabian.
"Dev, gue yang makasih. Tapi andai kita ketemu lagi suatu saat nanti, gue akan pastiin kalo gue enggak mau kita pisah lagi."
Bola mataku hampir jatuh dari tempatnya saking shocknya mendengar kata kata Fabian barusan.
Aku berusaha menetralkan keadaan dengan tertawa, "Indonesia luas, Bi. Gue yakin yang tinggal sekota aja belum tentu ketemu apalagi kita. Ya udah sekali lagi makasih ya. Bye Fabian."
"Bye, Deva, jaga diri lo baik baik ya."
Aku tersenyum sebagai jawaban atas ucapan Fabian barusan padaku.
Dan dengan itu aku membuka pintu kamarku. Kemudian masuk dan meninggalkan Fabian di depan kamar hotelku.
Saat ini semua pertunjukan sudah selesai. Aku tidak perlu lagi bersandiwara dan aku pergi kemar mandi kamar hotelku, menghidupkan shower dan menangis sejadi jadinya di bawah guyuran airnya.
Kini hidupku yang sebenarnya telah kembali di buka dengan bab baru. Dan aku akan berusaha menikmati hidupku di Bali hingga unpaid leave ku selesai 1,5 bulan lagi. Sedangkan kedua sahabatku besok pagi sidah kembali ke Jogja.
KAMU SEDANG MEMBACA
#DeFabian (END)
ChickLitSetelah 15 tahun bersamanya, dan tiba tiba aku harus kehilangan dia, aku seperti kapal yang sedang oleng. Mencoba bertahan dan mewarnai hidupku kembali tanpanya sungguh perjuangan yang tidak mudah. Ketika aku sudah menemukan ketenangan hidup, kenapa...