"Ketika ekspektasi melebihi realita, di situ ada rasa syukur terucap."
- Fabian Alaric Kawindra -
🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Fabian POV
Akhirnya aku menyadari bahwa menikah dengan Deva tidak hanya melulu berisikan dengan kegiatan manis ala film romance. Dengan Deva setiap pagi aku sarapan bersama dengan menu alakadarnya karena sejak menikah dengannya aku memilih untuk tidak memiliki asisten rumah tangga yang menginap di rumah. Aku mencontoh ini dari Juna dan Nada. Apalagi kata Juna itu membuat kita bebas melakukan apapun berdua tanpa ada orang lain yang tau.
Bahkan selepas acara resepsi semalam yang sukses membuat kagum ketiga sahabat Deva dengan konsep ala negri dongeng bercampur Cappadocia, kami belum belah duren sama sekali, keterlaluan memang Deva karena sama sekali belum mengiyakan permintaanku sampai saat ini.
Mungkin Juna dan Nada memiliki pernikahan unik dengan konsep ala hutan belantara, Salma dengan pesta pinggir pantainya dan aku serta Deva dengan pernikahan ala negri dongeng. Bahkan aku harus menahan tawaku ketika Alano ingin menaiki hiasan balon udara yang ada di acara resepsi kami. Om Tom dan Salma harus ekstra bekerja keras agar Alano bisa mengalihkan perhatiannya dari balon balon udara yang ada di sana semalam.
Hari ini aku dan Deva masih harus melakukan after party sesuai keinginan Deva. Jadi malam pertama masih jauh dari jangkauanku. Aku tidak mau memaksakan Deva ketika ia belum siap. Walau Deva mungkin sudah tidak perawan ketika berhubungan dengan Lionel dulu. Bodo amat dengan itu semua, perawan dan bukan tidak ada bedanya selagi kita saling mencintai dan menerima kelebihan serta kekurangan pasangan. Justru ada nilai plusnya karena dia berpengalaman jadi tidak harus kami saling mengajari satu sama lain.
"Bi, berangkat sekarang aja ya ke resort?"
"Sarapan dulu," jawabku santai sambil mengambil telur dadar yang bentuknya pasti membuat chef hotel Michelin Star* menangis tersedu-sedu karena saking hancurnya.
*Michelin Star adalah sebuah penghargaan tertinggi dalam dunia kuliner yang biasanya diberikan kepada sebuah restoran. Michelin Star ini akan terbagi menjadi tiga kategori bintang, yakni bintang 1, 2, dan 3. Semakin banyak bintangnya, maka semakin kualitas restoran. Baik itu dari makanan, pelayanan, hingga suasananya.
"Nggak layak makan itu, makan di sana saja," kata Deva kepadaku.
Aku hanya tersenyum memandang wajah imut Deva yang tidak ikut menua sesuai umurnya.
"Aku menghargai masakan kamu. Jadi aku makan."
"Duh Bi, jangan bikin orang jadi malu karena ketololannya di dapur kaya aku ini. Sudah ayo buruan berangkat."
"5 menit lagi, aku habisin dulu."
Kini setelah aku menghabiskan sarapan yang jauh dari kata layak konsumsi ini, kami segera menuju ke garasi. Kali ini Deva memintaku memakai Buggati Veyron hitam untuk ke sana.
"Kenapa nggak bawa SUV saja?" Tanyaku pada Deva ketika Buggati telah melaju membelah jalanan yang macet.
"Nanti Robert nebeng minta di antar pulang."
Aku tertawa mendengarnya. Bagaimana bisa Deva sepelit ini kepada Robert yang merupakan konco kentel nya sejak masa ABG.
KAMU SEDANG MEMBACA
#DeFabian (END)
ChickLitSetelah 15 tahun bersamanya, dan tiba tiba aku harus kehilangan dia, aku seperti kapal yang sedang oleng. Mencoba bertahan dan mewarnai hidupku kembali tanpanya sungguh perjuangan yang tidak mudah. Ketika aku sudah menemukan ketenangan hidup, kenapa...