"Karma itu nyata adanya. Mungkin inilah yang dinamakan ekspektasi tak seindah realita"
- Adeeva Abriana Utama -
🦋🦋🦋🦋🦋🦋
Deva POV
Sudah sebulan sejak aku pulang dari rumah sakit dan sampai detik ini, Fabian selalu menemaniku kemana saja. Mulai dari kontrol setelah opname, bahkan pulang pergi kekantor pun dirinya yang bertindak sebagai supir.
Waktu itu aku sudah berusaha menutupi kondisi ini dari Mama dan Papa tapi dasarnya apes saja, ketika Mama dan Papa pulang ke rumah Eyang, aku baru saja pulang dari rumah sakit dan di antar Fabian. Pekak sudah telingaku waktu itu diceramahi oleh Mama dan Papa.
"Mama sudah bilang, buruan kamu move on, cari suami biar ada yang urus."
"Nyari baby sitter saja Ma," kataku membantah mama
"Baby sitter buat apa?"
"Fungsinya sama buat ngurusin aku jadi nggak harus aku nikah cuma karena butuh perawat dan pengasuh."
"Dev," panggil Papa kepadaku.
"Ya Pa."
"Cobalah membuka hati kamu. Tidak semua laki-laki akan melakukan hal yang sama seperti Lionel. Kalo kamu takut dia kaya Lionel ya nggak usah pacaran langsung menikah saja."
"Kalo nggak cocok gimana Pa?"
"Ini beda pacaran dan pernikahan. Kalo kalian pacaran ada masalah yang sulit, bosan sama pasangan ganti pacar saja nggak masalah selesai juga tanpa pusing di belakang, tapi ketika kalian menikah dan menghadapi hal tersebut kalian akan saling bicara dan mencari solusinya bersama. Berjuang bersama agar tidak terjadi perceraian. Lagipula pacaran setelah nikah kan enak Dev. Nggak di jamah jamah dan kamu tetap terjaga."
"Masalahnya yang punya pikiran kaya Papa gitu jarang Pa."
"Ada Dev. Suatu saat kamu akan bertemu dia dan yakin bahwa dia orang yang di ciptakan Tuhan untuk kamu."
Entah kenapa malam ini aku memilih untuk duduk di kopi Joss dan mengingat semua pembicaraanku dengan Mama dan Papa. Aku baru saja selesai berselancar di dunia maya, mengucapkan happy wedding anniversary kepada Juna dan Nada, Salma juga sudah menikah dan memiliki anak, hanya tinggal aku dan Robert saja yang masih available. Robert pun semakin sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit sehingga aku yang harus sering sendirian di tempat ini menikmati kopi dengan campuran batu arang.
Aku mendengar suara orang berdeham dan ketika menoleh aku melihat Fabian yang tersenyum manis dan kini dirinya duduk di sampingku tanpa banyak berkata kata. Aku yang sedang malas berbasa basi memilih untuk diam dan menikmati kenikmatan kopi Joss ini. Tidak peduli wajah laki laki di sebelahku ini menjadi bahan lirikan sebagian orang yang sedang menikmati angkringan di sini, aku tetap mendiamkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
#DeFabian (END)
ChickLitSetelah 15 tahun bersamanya, dan tiba tiba aku harus kehilangan dia, aku seperti kapal yang sedang oleng. Mencoba bertahan dan mewarnai hidupku kembali tanpanya sungguh perjuangan yang tidak mudah. Ketika aku sudah menemukan ketenangan hidup, kenapa...