Bab 3 Pertemuan Tak Sengaja

448 22 0
                                    

"Bukan kamu yang menuntun takdir Tuhan. Melainkan takdir Tuhan yang akan menuntun kamu."

- KHSB -

Sepagi ini, sepasang kekasih itu telah sepakat untuk menghabiskan waktu weekend ini untuk berduaan saja. Berbeda di tempat lain, ada seorang gadis yang menghabiskan waktu weekendnya ini untuk hal-hal yang bermanfaat. Yakni, berkunjung ke panti asuhan. Dan berkeliling ke beberapa masjid yang ada dikotanya ia tinggal.

"Ummi, Abi, Ais pamit ya?" Dengan anggukan sang ummi, gadis itu tersenyum bahagia. Ia berlanjut menyalimi sang Abi.

"Hati-hati ya, nak!" pesan kedua orangtuanya yang selalu diingat.

"Siap!" jawab Aisyah dengan bergaya hormat seperti sedang melakukan upacara bendera. Sontak kedua orangtuanya terkekeh bersamaan.

"Dah ... Assalamualaikum!!" salam Aisyah dengan riang.

"Waalaikumsalam...," jawab keduanya. Kompak Abi dan Uminya saling bertatapan, "Gadis kecil kita sudah besar ya, Mi?" tutur Riyan sambil menatap kepergian putrinya yang telah berlalu dengan motor kesayangannya itu.

"Iya bi, tidak terasa. Rasanya ... baru saja umi timang-timang kemarin," ucap Wardah.

"Kita doakan, semoga Aisyah suatu hari nanti mendapatkan suami yang benar-benar bisa menjaganya, dan bisa mencintainya seperti kita mencintai dan menjaga Aisyah dengan baik," doa sang Abi tulus.

"Aamiin," umi Wardah pun mengaminkan doa suaminya.

Aisyah mengarahkan motor pespa Hijaunya ke sebuah toko bunga. Ia berencana nanti bunga-bunga yang ia beli, ia akan kasih ke anak-anak perempuan panti asuhan Tali Kasih Bunda.

"Selamat datang di toko bunga Aris," ucap mba yang ada di depan pintu masuk. Aisyah tersenyum ramah.

Matanya memandang sana-sini mencari beberapa batang bunga untuk ia pilih. Matanya menangkap beberapa bunga mawar putih yang merupakan bunga kesukaannya itu berada di naskah ketiga di bagian pembatas beberapa bunga di toko tersebut.

Karena nakasnya terlalu tinggi, sehingga Aisyah tak dapat menggapainya. Membuatnya berdengus pelan. Seorang pria bertubuh tinggi dan berdada bidang dengan mengenakan pakaian casualnya melihat kejadian tersebut. Hatinya pun tergerak untuk membantu sang gadis yang kesusahan untuk menggapai bunga mawar putih itu.

Dengan cepat, ia mengambil beberapa batang bunga dan memberikannya kepada gadis itu. Aisyah, ia terkejut bukan main. Dipandanginya siapa sang pemilik tangan kekar yang mengambilnya bunga tersebut.

Pandangan keduanya bertemu, beberapa detik saja. Aisyah, gadis itu gugup bukan main. Begitu juga pria yang berada di hadapannya ini.

"Te-terima kasih," jawab Aisyah sambil mencoba mendongakkan kepalanya pelan. Namun ia terkejut, bahwa pria yang tadi di hadapannya tidak ada. Ia pun menoleh ke semua arah, hingga ia mendapati bahwa laki-laki itu berada di tempat kasir.

"Cepat sekali dia beranjak!" dengus Aisyah sebal. Pasalnya ia belum sempat bilang terima kasih kepada pria itu.

^^^

"Assalamualaikum semua!" pekik Aisyah tiba-tiba di tengah anak panti. Mereka kompak memutar badan dan langsung berhamburan memeluk Aisyah.

Setelah usai, Aisyah memberikan satu persatu bunga yang ia beli ke beberapa anak panti perempuan. Dilihatnya satu persatu wajah dari anak-anak itu. Mereka bahagia, walau dengan satu hal kecil perbuatannya.

"Aisyah, terima kasih selalu mengunjungi kami ya, Nak!" ujar Bu Mega dengan lembut. Bu Mega adalah kepala panti sekaligus pengurus utama bagian donasi. Aisyah cukup akrab dengan semua warga panti. Pribadi humble dan ramah Aisyah, membuatnya pandai bergaul dan gampang membuat orang di sekitarnya nyaman akan sosok dan kepribadiannya. Walau lahir dari keluarga berkecukupan, dan terpandang, semua itu tidak membuat gadis satu ini berkepala besar.

Keluarganya mendidiknya dengan sangat baik. Sehingga Aisyah tumbuh menjadi gadis cantik yang memiliki hati seperti seorang bidadari.

"Sama-sama Bu..., Aisyah bisa bahagia melihat mereka semua bahagia," tutur Aisyah seraya menatap anak-anak panti yang sedang bermain di halaman.

"Oh ya, hari ini Bu Darmi mau masak puding mangga kesukaan kamu lho," tutur Bu Mega.

Mata Aisyah berbinar, "yang benar Bu?"

"Iya, benar!"

"Ah, Aisyah mau ikut masak!" ujarnya semangat.

"Iya, Bu Darmi ada di dapur nak! Kalau mau ke sana silahkan,"

"Ya udah Aisyah mau ke kesana ya, Bu?" pamit Aisyah seraya tersenyum lebar.

"Mau ibu antar?" tawar Bu Mega.

"Tidak usah Bu, Aisyah sendiri aja bisa kok!" tolak Aisyah halus. Bu Mega menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar.

Sementara di sebuah Apartemen termahal di Jakarta, di dapati seorang Alkaf sedang menikmati waktu santainya di balkon kamar sambil menikmati hembusan angin yang sejuk.

Dari belakangnya, ada seorang wanita berpenampilan seksi sedang berjalan ke arahnya tanpa ia tahu. Perlahan wanita itu mengambil aba-aba untuk memeluk dirinya dari belakang.

"Hai sayang!" pekik Ratu. Alkaf sedikit terlonjak kaget dibuatnya.

Tangan ratu yang terlingkar di leher Alkaf, membuat Alkaf memutar badannya. Lalu dengan cepat ratu memeluk kekasihnya dengan erat. Setelah beberapa hari hubungan mereka membaik.

"Sayang, hari ini kita kuality time yuk?!" ajak Ratu semangat.

Alkaf menatap kekasihnya itu lembut. Seraya melingkarkan tangannya di pinggang dengan posesif.

"Ayuk!"

Jawaban Alkaf sungguh membuat Ratu tersenyum lebar. Ia benar-benar bahagia. "Pertama kamu mau kemana hm?" tanya Alkaf seraya memakai topi hitamnya.

Ratu memainkan jari telunjuknya di dagu, seraya berpikir. "Em gimana kalau ke mall?" tutur Ratu semangat.

"Baiklah, ayok!" setuju Alkaf. Keduanya pun berangkat menuju Mall.

Di pertengahan jalan, Ratu terus menatap Alkaf seraya tersenyum miring.

"Andai kamu tahu Alkaf, aku menjadi kekasihmu itu hanya karena uangmu! Hahaha. Mana mungkin aku mau dengan seorang laki-laki yang super irit bicara, dingin, dan kaku sepertimu?! Mustahil aku bisa cinta sama kamu?!" batin Ratu licik.

Wanita itu ternyata menyimpan segudang kemunafikan. Bisa-bisanya ia mempermainkan perasaan Alkaf. Setelah Alkaf selalu berbuat baik kepadanya.

"Cukup Brian yang memuaskan harsatku, dan cukup Brian yang menjadi kekasih asliku. Dan cukup kamu, Alkaf! Ya, cukup kamu yang menjadi budakku!" batin Ratu lagi.

Alkaf yang merasa di perhatikan dari samping, menoleh. Bersamaan dengan ratu yang mengetahui gerak-gerik Alkaf yang akan menengok dirinya. Ia pun merubah ekspresinya menjadi tersenyum dan kembali menggelayuti tangan kekar Alkaf.

Alkaf pun tersenyum lebar, ia menyangka, ia sungguh beruntung memiliki kekasih seperti Ratu. Tetapi ia salah, dan ia belum sadar akan ratu itu sosok yang seperti apa aslinya.

Hanya takdir Tuhan yang mampu menjawab bagaimana nasib percintaan Alkaf kedepannya.

######
Bersambung

Holla... Bagaimana dengan part 3 ini? Semoga suka yaa☺️🤗 Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan comentnya!^^ Jangan jadi silent readers yak👍🏻

Jakarta, 10 September 2021

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang