Bab 6 Dibalik Keputusan

358 16 0
                                    

"Pada dasarnya, Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kamu. Dan Allah lebih tahu apa yang kamu butuhkan diwaktu sekarang ataupun kedepannya."


- KHSB -

Kedua ujung alisnya saling bertemu. Ekor matanya nampak mengisyaratkan sebuah amarah.

Brak!

Sebuah gebrakan pintu baru saja terdengar di sekitarannya. Laki-laki itu benar-benar mencoba melampiaskan kemarahannya dengan beberapa benda didekatya. Dibalik keputusannya yang baru saja ia kemukakan kepada kedua orangtuanya, ada sebuah amarah, dan kebencian.

"Aisyah!" pekiknya di dalam ruangan serba hitam dan abu-abu itu.

"Saya benci seorang Aisyah!" pekiknya lagi. Dipantulan cermin itu, ia benar-benar mengisyaratkan kebencian dan amarah kepada satu nama yang terngiang-ngiang. Yakni, Aisyah. Entah bagaimana nasib Aisyah ketika telah resmi menyandang status sebagai istrinya. Istri dari seorang pria dingin, keras kepala, dan kaku.

"Selamat Aisyah, karena kamu saya kehilangan kebahagiaan saya. Kalau begitu, tunggu balasan yang setimpal dari saya!"

Prank!!!

Suara yang terdengar ke penjuru rumah, membuat orang disekitaran panik.

"Aisyah, kamu kenapa Nak?" tanya sang umi panik seraya melihat tangan dan tubuh anaknya.

"Ummi, Aisyah nggak papah. Tapi piringnya yang pecah akibat Aisyah ceroboh tadi ... Maaf ya, Mi!" tuturnya sambil memegang kedua telinganya bak seperti anak kecil yang sedang memohon kepada ibunya.

"Piring tidak apa-apa biarin. Tapi umi tidak mau anak umi satu-satunya ini lecet walau hanya satu luka kecil saja," jawab Wardah sambil menatap anaknya itu dengan sayang.

"Hmm umi, berlebihan!" dengus Aisyah malu.

"Tidak, memang sepatutnya umi menjaga anak gadis umi ini dengan baik. Biar kelak, Allah hadiahkan syurga karenamu Nak!"

"Begini, umi pernah dengar seorang ustadz berceramah tentang mulianya seorang anak. Terlebih anak perempuan yang teristimewa. Jika orang tuanya merawatnya, menjaganya, mendidiknya dengan baik, serta menikahkannya dengan pria yang baik, maka syurga baginya. Orang yang memiliki banyak anak perempuan itu mulai dan sungguh beruntung. Begitu juga orang yang memiliki seorang anak laki-laki. Maka, kita harus menjaga dengan baik titipan Allah yang sungguh luar biasa ini,"

Aisyah tersenyum simpul, ia mengamati setiap inti wajah bidadari yang telah melahirkannya itu. Semoga kelak ia bisa menirukan sikap serta sifatnya.

"Masya Allah, Ais beruntung Allah hadiahkan kedua orang tua yang luar biasa. Umi, dan Abi adalah panutan Ais. Ais sayang umi, Abi!" ungkapnya seraya memeluk sang umi.

Wardah pun tersenyum lebar, ia mengelus kepala putrinya. "Sama-sama sayang. Umi juga sayang sama Ais!"

"Oh ya, mi! Pecahan piringnya biar Ais aja yang rapihin."

"Tidak usah, nanti tangannya kena!"

"Tidak, umi! Ais bisa, nanti tinggal pakai sarung tangan," sahutnya seraya memberi senyuman ketenangan.

"Baiklah," jawab Wardah dengan senyum simpulnya. Lalu kembali melanjutkan aktivitas merajutnya di ruang keluarga.

^^^

Sebuah clup nampak ramai dan sangat berisik karena suara musik yang sangat kencang. Dan juga beberapa penghuninya yang berteriak akibat menikmati setiap suara yang ada di tempat itu. Suasana yang memabukkan bagi segelintir orang penikmat club.

"Bagaimana sayang? Kamu nggak stres lagi kan?" tanya wanita berpakaian seksi dengan rambut tergerai.

Pria di samping yang barusan ia tanya melirik sebentar lalu mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Mari kita dansa!" ajak wanita itu. Tanpa menunggu respon sang pria tangannya langsung menarik lengan si pria tersebut lalu sedetik kemudian keduanya berdansa mengiringi lagu yang dimainkan oleh sang pemusik.

"Hay Alkaf! Lo disini? Bos besar ada disini? Keren!" ucap pria berswiter hitam itu.

"Ini kekasih Lo?" tanya pria tersebut sok pura-pura tak kenal.

"Iya, kenapa memang yan?" jawab Alkaf sambil sempoyongan.

"Nggak, selera Lo tinggi juga ya!" jawab pria yang bernama lengkap Brian Edward Snowden.

Alkaf hanya menampilkan senyum smirk tak pedulinya.

Tanpa sepengetahuan Alkaf, saat Brian meninggalkan mereka, Ratu dan Brian saling berkontak lewat mata keduanya.

"Sayang, ayok kamu harus pulang! Kamu udah sangat mabuk!" tutur Ratu seraya mencoba memapah kekasihnya itu.

"Nggak, aku masih mau disini!" desis Alkaf.

"Tubuh kamu sudah begitu lemas karena terlalu banyak minum alkohol! Kamu harus pulang sekarang, besok pagi kamu kan harus ke kantor!" peringat Ratu. Akhirnya Alkaf menuruti apa yang Ratu ucapkan.

Tanpa menunggu waktu, keduanya sampai di apartemen Alkaf. Setelah itu, Ratu meletakkan Alkaf di atas tempat tidur.

"Hallo?" Suara dari sebrang telpon.

"Hai sayang, sabar aku baru saja menaruh Alkaf di kamar apartemennya. Ini aku mau keluar."

"Ya sudah cepat ya! Aku menunggu kamu di loby, aku nggak sabar ajak kamu untuk bersenang-senang di apartemen aku!" ujar Brian dengan sebuah nada menggoda kekasih simpanannya itu.

"Kamu ini!" rutuk Ratu dengan desissan sebalnya. Dan ia pun beranjak pergi meninggalkan Alkaf di apartemen seorang diri.

"Emosi pada akhirnya akan membawa pengaruh yang tidak baik bagi kita. Bila kita pandai, maka kita pasti bisa mengontrol hal tersebut. Agar nantinya tidak memunculkan suatu hal yang tidak diinginkan."

- KHSB -

Huaa gimana nih?😭 Si Alkaf mabuk gara-gara stress akibat kenyataan bahwa dia dijodohkan dan harus mengubur kisah cintanya dengan Ratu. Wkwkw

Kalian team mana???

Alkaf - Aisyah

Atau

Alkaf - Ratu?

Semoga pilihan kita sama ya, readers!!🥰

Semoga selalu suka sama KHSB❤️ See you next part!!^^

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang