Bab 14 Rumah Baru Dan Luka Baru

582 17 0
                                    

"Rasa sakit membawaku untuk terbiasa menerima dengan sebuah rasa kesabaran. Percaya, adalah kunci utama dari sebuah harapan. Percaya kalau suatu hari nanti, akan ada kebahagiaan selepas rasa kesedihan."

–KHSB–

Aisyah Pov

Tepat sudah seminggu aku dan suamiku menempati rumah yang akan menjadi saksi perjalanan kisah rumah tangga kami, tepat saat dihari Minggu pula, suamiku membawa wanita lain untuk tinggal bersama kami. Hatiku bagai disayat-sayat oleh ribuan belati. Hati aku sakit, sampai kapan suamiku berbuat semaunya tanpa memikirkan perasaanku? Aku juga seorang manusia, yang akan menemui titik kelelahan untuk menerima semua ini.

Ya, aku lelah atas sikap suamiku. Atas rasa sakit yang ditoreh olehnya dihatiku, atas semua luka yang telah tertancap sempurna di sanubari hatiku. Aku lelah, Mas. Andai kamu tahu itu.

"Syah tolong ambilkan minum jus aku ya di meja makan!" titah Ratu seenaknya.

"Ratu, kamu bisa 'kan ambil sendiri?"

Ratu menatap aku dengan kesal, "Ya 'kan aku minta tolong! Kenapa kamu pelit banget si?!" pekik Ratu.

"Kalau minta tolong nggak terus-menerus. Itu sama saja kamu memperbudak aku!" sahutku.

"Oh kamu jadi merasa diperbudak? Ya sudah kalau nggak mau kamu bisa pergi dari sini! Toh juga Alkaf risih dengan kehadiran kamu!" ujar Ratu seenaknya.

Aku tersenyum sambil menggeleng kepala heran, "kamu nggak salah ngusir aku?"

Kulihat ia menggeleng kepala dengan pedenya.

"Yang harusnya pergi itu kamu! Kamu itu hanya kekasih. Sedang aku istri sah Mas Alkaf!" jawabku lantang namun mencoba tidak terbawa emosi.

"Hahaha, Aisyah-Aisyah! Kamu buta atau apa? Suami kamu itu tidak mencintai kamu sekalipun kamu itu istri sahnya!" sahut Ratu dengan nada meremehkan posisiku sebagai seorang istri.

"Bukan tidak, tapi belum! Aku yakin suamiku akan mencintai aku. Sekalipun itu ada kamu yang akan menjadi ujian percintaan aku dan Mas Alkaf. Sejatinya, kebaikan akan ada di atas dari sebuah keburukan. Hubungan kamu dan Mas Alkaf tidak ada nilainya. Ataupun pahalanya. Melainkan hanya ada dosa! Sebab dua orang yang bersama ataupun berdekatan tanpa hubungan yang halal, sama saja dia berzinah, dan Allah membenci perbuatan tersebut. Aku harap kamu berpikir jernih," pesanku seraya beranjak ke lantai atas dimana kamarku dan Mas Alkaf berada.

"Emm!! Ahhh!" pekik Ratu kesal frustasi karena dia tidak mampu menjawab semua yang aku katakan.

"Aku harap dia mampu berubah dan seraya berpikir bijak,"

"Kenapa sayang?"

"Itu Aisyah! Aku kesel ah aku mau pulang aja ke Jakarta!"

"Kok pulang? Jangan dong, nanti aku tegur dia oke?"

"Enggak aku mau pulang aja!"

"Aisyah!!"

Panggilan itu membuat aku panas dingin. Mas Alkaf selalu memanggilku dengan nada tinggi. Berbeda saat ia memanggil Ratu.

"Minta maaf sama Ratu,"

Aku menatap mas Alkaf tak percaya.

"Aku ngggak salah Mas!"

"Kamu berani menolak permintaan suami kamu?!"

Karena aku nggak mau menjadi istri durhaka, aku menuruti permintaan Mas Alkaf.

"Aku minta maaf Ratu!"

Kulihat Ratu tersenyum miring. "Makasih ya, sayang," ujar Ratu seraya tersenyum dan bergelayut manja dileher Alkaf. Membuat aku ingin menumpahkan rasa sesak lewat air mata.

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang