Bab 15 Kemarahan Ibu

608 22 0
                                    

"Sejatinya, kemarahan seorang ibu pasti semata-mata hanya ingin yang terbaik untuk anaknya."

-KHSB-

"Aisyah, ini kok kamar kamu nggak ditutup?" pekik Tari.

Aisyah yang berada di dapur sepertinya tidak mendengar ucapan sang ibu.

Tari yang hendak menutup pintu terkejut dengan penampakan yang ia lihat, bahwa ada Alkaf yang masih tertidur namun di bawah sprenbeat.

"Alkaf, bangun nak. Alkaf, mamah bilang bangun!" tegur Ratu sambil menepuk-nepuk pipi Alkaf. Membuat sang empunya pipi meringis seraya memelekan matanya.

"Mamah," ucapnya begitu tahu yang membangunkannya adalah mamahnya.

"Kamu selama ini berpisah tempat tidur dengan Aisyah?!" pekik sang Mamah.

Alkaf yang baru sadar langsung beranjak berdiri.

"En-enggak kok Mah!" elak Alkaf.

Tari mencoba sabar, ia sejujurnya ingin sekali marah pada anaknya ini. Ia memikirkan betul Aisyah. Jadi selama ini menantunya itu harus menerima perlakuan tidak adil anaknya.

"Kamu nggak usah ngelak Alkaf! Mamah kecewa banget sama kamu. Mulai sekarang, mamah akan minta pengacara untuk mengganti nama ahli waris menjadi nama Aisyah."

"Mah, kok mamah ganti dengan nama Aisyah?! Nggak bisa gitu dong, Mah!"

"Bagi Papah dan Mamah sangat amat mudah! Kalau kamu nggak mau, hanya ada dua pilihan."

"Apa?"

"Terima Aisyah sebagai istri kamu, dan perlakukan dia dengan baik dengan penuh cinta dan sayang sebagaimana tugasnya suami dan istri. Lalu nama kamu tidak di coret. Yang kedua, kamu tetap seperti ini. Tapi nama kamu akan di ganti oleh nama Aisyah. Bagaimana Alkaf?"

Dengan hembusan nafas beratnya, Alkaf menjawab. "Baik aku pilih pilihan yang pertama!"

"Bagus, ingat ya, Alkaf! Aisyah punya kesem yang besar jika sewaktu-waktu kamu melanggar dalam pilihan yang sudah kamu pilih itu!"

"Iya Mau....,"

Di depan pintu itu, Aisyah terdiam kaku. Tari yang melihatnya terkejut. Alkaf yang melihat ibunya begitu, mengikuti arah pandang sang ibu.

"Aisyah, kenapa kamu nggak bilang sama Ibu? Ibu ini sudah menjadi ibu kamu yang kedua, jujurlah nak jika anak ibu bersikap tak adil kepada kamu. Kamu itu seorang istri, dan seorang menantu. Ibu pesan ke kamu, jika Alkaf tidak melakukan tugasnya sebagai seorang suami, maka kamu bisa bilang ke ibu. Akan ibu pastikan dia nggak akan dapat harta warisan sepeserpun!" tandas Tari lalu meninggalkan Alkaf yang sedang kesal.

Aisyah mengikuti kepergian ibu mertuanya. Sedang Alkaf mengacak rambutnya frustasi. "Aisyah!!" garamnya.

^^^

Malam pun tiba, rasa kekikukkan menerpa kedua pasangan yang telah sah menjadi seorang suami istri.

"Aku akan tidur disini, dan kamu disitu! Dan guling ini menjadi pembatas kita," titah Mas Alkaf. Aisyah menganggu seraya tersenyum.

Setelah saling tiduran, keduanya benar-benar merasa tidak bisa tidur. Keduanya pun berbalik bersamaan sehingga pemandangan mereka saling bertemu.

"Kamu ngapain?" tanya Alkaf gugup.

"Em enggak aku berbalik karena aku tadi nggak bisa tidur. Aku berpikir dengan aku berbalik aku bisa tidur." jelas Aisyah.

"Hm, ya sudah tidur!"

"Tumben Mas Alkaf tidak memarahi aku? Kenapa Sikap Mas Alkaf mulai berubah perlahan? Apa karena ancaman ibu?" pikir Aisyah.

"Kalau memang benar karena ancaman ibu, aku sangat bersyukur. Tetapi aku berharap semoga Mas Alkaf suatu hari nanti bisa berubah karena ikhlas bukan karena ancaman yang ibu berikan,"

Dilihatnya suaminya sudah terlelap duluan. Dipandanginya dengan perlahan. "Kamu begitu tampan Mas. Dan melihat kamu tertidur seperti ini hati aku tenang sekali, kamu lebih tampan saat kamu tertidur dengan sedikit tersenyum seperti ini. Aku akan tetap mencintai kamu Mas, selamat malam!" monolog Aisyah lalu ia ikut terpejam.

^^^

Waktu menunjukkan jam sepuluh malam, tetiba wanita paruh baya itu terbangun dari tidurnya. Ia sekilas melirik jam dinding, yang telah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Tenggorokannya terasa kering, ia pun beranjak untuk pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum putih.

Langkah kakinya terhenti, saat ia menatap pintu kamar anak dan menantunya. Perasaan penasaran muncul di dirinya. Lantas ia mulai berjalan mendekat ke kamar itu. Dan membuka pintu kamar itu secara perlahan dan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Dilihatnya pemandangan anak dan menantunya yang telah tertidur pulas, sampai-sampai anaknya memeluk istrinya. Pemandangan yang membahagiakan menurutnya.

"Semoga kalian tetap seperti ini," doanya. Ia pun segera menutup pintu kembali. Dan beranjak untuk pergi ke dapur yang berada di lantai bawah.

Tanpa ia tahu, bahwa anaknya tersenyum puas. Alkaf, dia telah terbangun, dan sesaat ada pintu kamarnya yang ingin dibuka oleh seseorang, yang ia yakini itu adalah ibunya, ia langsung berpura-pura untuk memeluk istrinya itu.

Agar dikira, ia benar-benar melakukan tugasnya sebagai seorang suami. Jujur, walau dengan pura-pura, tetapi kenapa ada rasa nyaman dihatinya.

"Tidak-tidak! Rasa cinta kamu hanya ada untuk ratu Alkaf! Kamu sadar, itu!" rutuknya dalam hati sambil memukul kepalanya pelan.

Ia lihat wanita yang berada di sebelahnya ini, begitu cantik, walau telah disakiti berkali-kali, dia belum menyerah juga. "Apa dia cinta denganku? Sehingga dia pun sanggup menerima semua perlakuan burukku?" pikir Alkaf sambil merenung.

"Aku nggak akan tahu bagaimana takdir membawa aku," monolog Alkaf.

Ia pun mulai beranjak untuk tidur kembali. Seraya sebentar memandangi wajah perempuan yang berada di sampingnya itu.
Sebuah sunggingan senyum hangat terbit diwajahnya.

Kemudian beberapa menit akhirnya matanya terpejam perlahan. Dan mulai menjemput istrinya di alam mimpi.

"Cinta sejati, ia akan tahu kemana ia harus pulang."

-KHSB-

Gimana dengan part ini? Komen yuk, di bawah!^^ jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ya!🥰

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang