Bab 11 Dia Siapa, Mas?

716 23 0
                                    

Pov Aisyah

Hari pertama setelah pernikahan, aku dibuat terkejut tentang beberapa sikap suamiku. Dia, ternyata sosok yang irit bicara, kaku, dan ... sedikit emosional. Tetapi aku nggak mau langsung menyimpulkan, butuh waktu untuk aku mengenal lebih jauh tentangnya. Tentang bagaimana ia sebelum aku hadir di kehidupannya.

Pagi ini setelah sarapan dan mengantarkan suamiku berangkat kerja sampai di halaman rumah, aku kembali memutuskan untuk duduk sebentar di ruang keluarga. Ibu mertuaku keluar menemani papah Adi yang ad jadwal meeting di beberapa perusahaannya dan perusahaan rekannya. Sehingga rumah sebesar ini sangatlah sunyi dan sepi. Hanya ada Bi Lilis dan Bi Nani asisten rumah tangga di rumah ini dan Mang Karyo tukang kebun yang menemani aku agar tidak sendirian di rumah.

Aku buka handphoneku dan terpampang jelas dilayar ada notifikasi email dari sekolah dimana aku bekerja di sana. Aku pun langsung membuka dan membacanya secara seksama.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat Siang Bu Adinda Putri Aisyah. Kami dari pihak sekolah telah membaca surat pengunduran diri ibu. Dengan alasan yang ibu telah sampaikan di email tersebut, kami pihak sekolah nampak memakluminya.

Dan untuk beberapa dokumen undur diri dan sertifikat penghargaan milik ibu, ibu bisa ambil lusa. Dan ada beberapa syarat dokumen undur diri yang harus ibu tanda tangani di sekolah nanti.

Dan ... Sebelumnya mohon maaf bila ada beberapa hal dari sekolah yang tidak berkenan di hati Bu Aisyah, semoga ibu Aisyah melapangkan dan juga memaafkan. Sekali lagi selamat ya atas pernikahannya. Bahagia selalu. Semoga pernikahannya sakinah mawadah warahmah.

Demikian balasan email dari kami, bila ada yang mau di tanyakan, silahkan tanyakan ke no di bawah ini :

078972202004

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Setelahnya aku langsung membalas email dari sekolah. Ya, memang sebelum aku menikah, aku sudah mengajukan undur diri dari sekolah, dengan alasan aku ingin berbakti kepada suamiku. Dan berbakti akan tugas-tugas yang baru saja aku pegang. Menjadi istri, menantu, dan kelak menjadi seorang ibu. Sungguh aku ingin menikmati setiap tanggung jawabku. Sebab itu aku kengundur diri menjadi guru bahasa Arab.

Waktu nampak bergulir, tak terasa kini telah beranjak siang. Waktu jam menunjukkan pukul 11:25 , aku pun segara berinisiatif membawakan bekal untuk suamiku. Dan akan aku antar ke kantornya. Persiapan demi persiapan telah aku selesaikan, tentu dibantu oleh BI Lilis. Aku dan semua orang yang ada di rumah ini sudah cukup akrab. Karena bagiku untuk berkenalan itu hal yang mudah.

"Alhamdulilah udah siap," ujarku dan di Lilis bersamaan.

"Ya sudah, Aisyah pamit langsung jalan ke kantor ya, bi?" pamitku seraya tersenyum lebar.

"Iya non, hati-hati ya!" sahut Bi lilis seraya tersenyum lebar juga.

^^^

Jalanan di ibu kota siang ini berjalan lancar tanpa adanya kemacetan yang biasa terjadi. Karena itu aku sangat bersyukur. Beberapa pemandangan yang aku lihat dari kaca mobil sungguh indah hingga tak jarang aku mengembangkan senyuman. Betapa luar biasanya ciptaan sang Pencipta. 'Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?'

Setibanya di halaman utama kantor, aku melihat sekeliling mencoba memandangi dengan seksama. "Ternyata ini kantor Mas Alkad kerja," imbuhku.

Setelah turun dan tak lupa menutup kaca mobil, aku pamit pada pak Joko untuk masuk kedalam.

"Pak, saya masuk dulu ya? Bapa bisa tunggu disini. Tidak usah ke parkiran!" ujarku. Pak Joko mengangguk seraya tersenyum dan berkata, "siap non!"

Baru beberapa langkah, para karyawan nampak melihatku dengan sebuah senyuman ramah. Aku pun membalasnya dengan ramah pula.

"Selamat pagi Bu Aisyah," sapa salah satu staf kantor berpakaian minim itu. Aku yang melihat sangat terkejut namun mencoba aku tutupi.

"Iya selamat pagi juga!"

Aku pun lanjur berjalan menuju ruang sekretaris suamiku, kata mba resepsionis si aku harus tanya sama Sekretaris apa suamiku ada di dalam ruangannya atau tidak.

"Siang mba Vera!"

"Si-siang Bu .. Asiyah," jawabnya sedikit terkejut.

"Bapak ada di dalam 'kan?"

"Em ..." Kulihat Mba Vera sedikit bingung dan gelisah entah karena apa.

"Mba! Ada 'kan?" tanyaku menyadarkannya dari Leasa bingungnya.

"Em ... A-ada si, Bu. Tapi -"

"Yaudah kalau gitu saya masuk dulu ya!" pamitku langsung ke ruangan suamiku berada tanpa menunggu Mba Vera yang ingin berucap sesuatu. Tetapi informasi yang ingin aku dapat sudah jelas. Bahwa suamiku berada di dalam ruangannya.

Aku gapai daun pintu berwarna hitam berkhas kinclong itu, seraya menunduk, "Selamat siang mas Al-" sapaku seraya mengangkat wajahku.

Prank!

Makanan yang aku bawa untuknya semua buyar akibat pemandangan yang aku lihat di hadapanku sekarang ini.

Betapa terkejutnya yang aku lihat, dua orang yang sedang bermesraan lalu terlonjak kaget saat kedatanganku. Terlebih dia, suamiku. Wajah mas Alkaf sangat amat terkejut. Dan dia? Siapa dia? Wanita yang sedang bergelayut manja dengan suamiku.

Hatiku seakan sesak, dan benteng pertahananku seakan runtuh. Makanan yang aku bawa sudah habis tak termakan. Rasanya tak percaya bahwa suamiku selingkuh di saat satu hari setelah pernikahan kami. Aku pun beranjak dari ruangannya dan aku berlari untuk pergi dari sana.

Kudengar Mas Alkaf memanggilku, dan mengejarku. Dengan cepat aku berlari lebih cepat lagi. Buliran yang sedari tadi aku tahan pun kini tumpah sedikit demi sedikit. Aku takpeduli orang-orang di kantor menatapku bagaimana. Sekarang, aku butuh waktu untuk menenangkan hatiku dulu.

"Pak, ayok kita jalan sekarang!" pintaku pada pak Joko.

"Baik non Aisyah," ucapnya. Mobil yang aku tumpangi pun berlalu meninggalkan mas Alkaf yang memandangi mobilku dengan tatapan entah apa.

Di tengah perjalanan, "Non, kita mau pulang ke rumah atau apa?" tanya pak Joko.

"Pak kita pergi ke panti asuhan saja ya!" Sambil mengambil selembaran kertas di tasku. "Ini pak alamatnya," ucapku seraya mengasih kertas berisikan alamat itu ke pak Joko.

Aku lihat di chatting WhatsApp, Mas Alkaf memberikan pesan. Yang berisikan,

[ Aisyah kita butuh bicara berdua. Ada yang tidak kamu ketahui! ]

Bahkan pesannya tidak ada kata maaf yang terpampang. "Apa mas Alkaf tidak merasa bersalah atas kejadian tadi?" batinku sakit.

Ini baru permulaan rumah tangga kita Mas. Apa kamu setega itu untuk menyakiti hati istrimu dihari awal setelah kita menikah? Maksud kamu apa Mas? Dan wanita itu, kenapa dia berani sekali untuk berperilaku mesra kepada suami orang? Dia seorang wanita, seharusnya dia mengerti bagaimana perasaan istrinya nanti yang juga sama-sama seorang wanita. Setega itu hatinya tidak memikirkan perasaan wanita lain yang lebih pantas atas haknya?

***

Kasian Aisyah. o:-) Alkaf jahat!-_- terlebih Ratu! :-!

Komen seberapa gereget kalian sama bab ini!🔥😍😂

Oke deh, see you next part guys!🤗

Mampir ke sini dulu yuk, guys!☺️
https://www.instagram.com/p/CUKw1PMhcEb/?utm_medium=copy_link

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang