Bab 21 Akhir Setelah Usaha

851 26 0
                                    

Sudah sebulan Alkaf telah berusaha mencari istrinya di rumah mertuanya. Namun, lagi-lagi ia tidak di pertemukan oleh kedua orang tua istrinya. Selalu penolakan yang ia dapatkan. Segala kata-kata kekecewaan selalu ia dapatkan ketika sedang berusaha meminta izin untuk pertemukan dirinya dengan istrinya. Namun, Alkaf selalu mencoba sabar. Memang dari awal, semua karena kesalahannya. Tari maupun Adi mereka tidak mau terus-terusan membantu Alkaf. Mereka begitu, karena ingin agar Alkaf bisa bertanggung jawab. Bisa berjuang sendiri. Karena semua memang dari awal kesalahan ada pada Alkaf.

"Ren, makasih lu udah izinin gua nginep disini. Hari ini gua masih nggak mau ke kantor. Gua mau fokus rayu mertua gua. Demi gua dapet izin bertemu dengan Aisyah!" ujar Alkaf seraya beranjak berdiri untuk pergi dari rumah Reno.

"Sama-sama bro! Good luck ya! Jangan pantang menyerah!" pekik Reno setelah Alkaf berjalan ke halaman rumahnya untuk menaiki mobil.

"Siap!" jawab Alkaf sambil memberikan jempolnya.

Mobil Alkaf melaju untuk pindah ke blok A. Dimana rumah mertuanya berada.

Kali ini ia tidak masuk kedalam halaman rumah mertuanya. Ia memutuskan untuk menunggu di pinggir jalan depan rumah mertuanya. Ia sengaja untuk memakai mobil lain agar mereka tak curiga bahwa ia sedang memantau, lebih tepatnya sedang menunggu Aisyah keluar dari rumah itu.

Setelah beberapa jam menunggu, Alkaf terpaku akan sosok wanita yang selama ini ia rindukan. "Aisyah," gumamnya seraya tersenyum lebar.

Garis dengan dres panjang serta Khimar yang senada sedang berpamitan pada kedua orangtuanya. Ia beranjak dari halaman rumah menuju di luar gerbang rumahnya. Menunggu taxi online yang sudah ia pesan datang.

Begitu taxi online datang, Aisyah langsung menaikinya. Alkaf yang melihat itu langsung berjalan mengikuti mobil taxi itu dengan pelan-pelan. Ia akan mengikuti kemana Aisyah akan pergi pagi ini. Sorot pandang Alkaf tak asing akan jalan yang ia lewati, "ini arah jalan mau ke rumah sakit Harapan Bunda, apakah Aisyah sakit?" pikirnya khawatir.

Setelah sampai, Aisyah berjalan memasuki setiap lorong rumah sakit. Ia berhenti di ruangan kandungan, mata Alkaf terpaku. Sorot tatapan matanya begitu sedih, melihat istrinya sendirian ke rumah sakit untuk mengecek kandungannya, jadi benar dugaannya kalau Aisyah mengandung anaknya? Atas perbuatannya waktu itu. Ada rasa bahagia dan rasa sedih, kedua rasa itu menjadi satu.

Disisi Aisyah, ia sedih. Ia melihat seorang ibu hamil yang di antar oleh suaminya untuk sekedar mengecek kandungan. Tetapi ia? Mengecek kandungan hanya seorang diri? Dan itu membuat Aisyah sedih. Tanpa ia sadari, sang suami mengantarnya walau dengan sembunyi-sembunyi.

Ia duduk di kursi tunggu, menunggu namanya di panggil untuk masuk ke dalam. Aisyah mengelus perutnya yang sedikit membuncit, guratan senyum bahagia ia berikan kepada sang calon bayi.

"Ibu akan selalu ada untuk kamu, Nak!" monolog Aisyah sambil terus mengelus-ngelus perutnya yang sudah sedikit membesar.

"Ibu Aisyah, silahkan masuk!" interupsi dari dalam ruangan. Aisyah segera beranjak dan masuk ke dalam. Alkaf, ia maju beberapa langkah hingga mendekati pintu ruangan pemeriksaan tersebut.

"Selamat pagi ibu, bagaimana kabarnya?" sapa sang dokter berponi samping itu.

Aisyah tersenyum, "Pagi dok, alhamdulilah baik!" jawab Aisyah lembut seraya tersenyum hangat.

"Baik, tolong luruskan tangannya saya akan periksa tensi darah ibu ya...," Aisyah mengangguk dan menuruti setiap instruksi sang dokter.

"Tekanan darah ibu, cenderung sedikit rendah..., Apakah ibu sedang memikirkan sesuatu yang berat? Kalau saran saya, untuk ibu hamil muda seperti ibu Aisyah jangan kebanyakan stres, nanti akan berpengaruh ke janinnya..., Mohon untuk badhtres dulu selama dua Minggu, dan makan makanan yang bergizi serta jaga imun dan juga mode perasaan ibu ya...,"

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang