Bab 12 Penjelasan Yang Menyakitkan

733 24 0
                                    

Setelah pulang dari kantor, Alkaf langsung berlari menuju kamar. Ia ingin segera menemui Aisyah. Gadis itu perlu tahu kenyataan yang sebenarnya. Agar nanti ia tidak dikira selingkuh.

"Alkaf," panggil sang Papah. Cuma pandangan Alkaf lurus dan begitu buru-buru. Adi yang melihat itu mengernyitkan dahi.

"Ada apa dengan anak itu?" pikirnya.

Ceklek.

Mata tegangnya nampak begitu rileks saat melihat Aisyah yang sedang sholat. Perlahan ada desiran aneh lagi di dadanya.

"Kenapa ini? Jantungku seperti sedang senam, kenapa melihat Aisyah menjadi deg degan seperti ini? Namun, melihat ratu tidak begini rasanya," pikir Alkaf.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh!" ucap salam Aisyah ke kanan dan ke kiri tanda berakhir sholatnya.

Aisyah lantas langsung berdoa dalam hati, menyerahkan semua masalahnya sama Sang Ilahi Rabbi. Karena ia tahu betul, sang pencipta mengetahui isi hatinya yang kini sedang bersedih. Perlahan, ia menengok melihat suaminya yang sudah pulang. Lantas ia beranjak mencium punggung tangan suaminya tanpa berkata ataupun membahas persoalan tadi siang.

Lagi-lagi sesuatu bereaksi pada Alkaf. "Aku ini kenapa? Berada didekat Aisyah membuat detak jantungku berdetak lebih cepat!" rutuk Alkaf dalam hati.

"Mas, sini tasnya!" sambil meraih tas kantor yang Alkaf pegang. "Tidak, saya bisa sendiri!" tolak Alkaf cepat membuat Aisyah tersentak.

Apa salahnya? Dia hanya ingin menjalankan tugasnya sebagai seorang istri dengan baik.

"Aku hanya ingin berbakti kepada kamu, Mas. Hanya itu keinginan aku, Mas. Apa keinginanku sebuah kesalahan bagimu?" batin Aisyah sambil tersenyum, mencoba menutupi rasa sakit dan kenyataan pahit ini. Suaminya bahkan begitu dingin sikapnya, entah karena apa.

Perlahan, ia daratkan punggungnya pada kasur.

"Seharusnya aku yang bersikap begitu, bukan kamu Mas. Seolah disini aku sebuah benalu, yang tak mau kamu sentuh!" miris Aisyah meratapi hubungannya dengan sang suami.

Selesai mandi, ia menarik tangan Aisyah ke balkon kamarnya. Setelah sampai di balkon Alkaf melepaskan tangan istrinya itu dengan kasar.

Genggamannya terasa sakit di pergelangan Aisyah, hingga rintihan kecil coba ia tahan dengan menggigit bibir bawahnya.

Tatapan dingin itu menatap lurus manik mata gadis yang sedang ketakutan. Namun, ia coba tutupi dengan baik.

"Jangan kaget atas pemandangan yang kamu lihat tadi siang Aisyah! Itu belum seberapa. Masih ada hari-hari dimana kamu akan kehilangan bahagia kamu bersama orang yang kamu cinta."

"Kamu tau? sambil memutar badannya menghadap Aisyah dengan tatapan tajam. "Aku menikahi kamu itu karena terpaksa! Semua karena keterpaksaan, Aisyah!"

Spontan Aisyah menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan tak percaya.

"Wanita yang kamu lihat itu, adalah kekasih saya dulu, bahkan sampai sekarang! Karena kamu datang di tengah kami, dan merusak kebahagiaanku dengan Ratu!"

"Jadi, nama perempuan itu Ratu?" batin Aisyah.

"Sampai sekarang, kekasihku belum tahu. Kalau sampai dia tahu, mungkin kamu akan mendapatkan balasannya Aisyah!"

"Kekasihku? Lucu rasanya Mas. Suamiku sendiri membicarakan kekasihnya dengan terang-terangan kepada Istrinya. Rasanya hatiku ditusuk oleh ribuah belati yang menghunus hingga ke akar-akarnya." batin Aisyah pilu.

"Kalau memang kehadiran aku sebagai pengganggu di hubungan kalian, kenapa Mas waktu itu menerima perjodohan ini? Kenapa mas mau menikahi aku? Kenapa mas?!" pekik Aisyah lantang. Air mata yang coba ia tahan kini tumpah begitu saja.

"Karena ibuku memaksaku atas itu! Dia mau, Aisyah, Aisyah, Aisyah yang akan menjadi menantu satu-satunya! Aku tidak bisa menolak karena ibuku mengancam jika aku menolak maka namaku akan dicoret dari datar ahli waris." jelas Alkaf tak kalah tinggi. Hingga membuat Aisyah tersentak. Dengan wajah pucat, Aisyah menggeleng kepalanya tak percaya.

"Bisa-bisanya kamu mau menikah dengan aku agar kamu tidak kehilangan seluruh warisan dari orang tua kamu, Mas! Dimana hati nurani kamu, Mas?" Sayang, semua kalimat yang diatas tidak dapat Aisyah utarakan, ia hanya bisa pendam dan berdiam kaku. Mendadak bibirnya kelu atas kenyataan yang baru saja ia tahu.

"Aku minta, kamu tutupi semua hal ini dari keluarga!" tandas Alkaf meninggalkan Aisyah yang masih terdiam kaku.

"Tanpa kamu minta, aku akan jaga aibmu Mas. Karena bagaimanapun, kamu tetap suamiku. Imam rumah tangggku." gumam Aisyah dengan air mata yang terus membanjiri pipinya.

Setelah kepergian Alkaf dari kamar, perlahan badannya lemas, lalu ia duduk di kursi yang ada di balkon, bibirnya ia bungkam agar tidak berteriak. Dalam tangisan yang tak bersuara, Aisyah menumpahkan rasa sakit dan pedih dihatinya lewat air mata.

"Umi, Abi, Ais butuh pundak kalian untuk sekedar bersandar. Sungguh beban rumah tangga Ais sangat berat," lirihnya pilu.

"Hadirnya aku, tak membahagiakan untuk suamiku. Hadirnya aku, tak ada cinta yang mengisi relung hati suamiku. Lantas mengapa aku dan dia di persatukan? Apa Engkau mempunyai rencana lain untuk kehidupan rumah tanggaku Ya Rabb?" batin Aisyah sambil menatap langit yang gelap dengan hati yang sendu.

Langkah yang lemah mengayun ke dalam kamarnya. Pintu balkon yang telah ditutup, dan dirinya yang kini sudah duduk di pinggiran kasur sambil meraih poto suaminya yang mengenakan pakaian kantor. Ia usap foto suaminya seraya tersenyum kecil, dengan perasaan yang sangat sedih.

"Mas, kamu tahu hal yang paling menyakitkan yang sedang aku rasakan ialah, saat kenyataan mengungkap bahwa kamu mencintai wanita lain sedang aku mencintai kamu."

"Sakit, Mas. Rasanya kebahagiaan setelah menikah tidak aku rasakan. Bagi sebagian orang yang telah menikah, mereka bahagia bersama. Tetapi kita? Bagai dua orang yang saling tak kenal namun dekat tanpa adanya sebuah rasa. Hampa, tak terisi oleh apapun di kehidupan rumah tangga kita Mas. Mungkin kamu ada Ratu, yang membahagiakan kamu. Tetapi aku? Taklagi ada kebahagiaan untukku," ujarnya miris.

"Bahkan, parahnya lagi suamiku membenciku. Sedang aku sendiri mencintainya dengan tulus. Apa ini balasan bagi orang yang mencintai dengan tulus?" batin Aisyah. Perlahan ia rebahkan tubuhnya diatas kasur. Lalu meringkuk sambil menumpang kepalanya di kedua tangannya. Sebelum tidur, ia akan berdoa untuk suaminya agar kelak Allah hadirkan cinta untuknya.

Tatapannya lurus mengadap foto Alkaf, "aku mencintai kamu Mas." ujarnya tulus sambil mengembangkan senyum.

Perlahan mata sayu dan sedikit bengkak karena kebanyakan menangis itu terlelap. Alam bawah sadarnya telah memanggilnya untuk beristirahat. Atas lelahnya raga dan hatinya.

Cinta segitiga menjadi takdir percintaannya. Bagi sebagian orang yang pernah merasakan, pasti tahu bagaimana rasanya. Untung Aisyah wanita yang kuat, ia teguh atas pendiriannya tetap mempertahankan tugasnya sebagai istri.

"Pada akhirnya, takdir akan berkata di waktu yang sudah ditetapkan. Tak perlu risau, karena manusia dipersatukan oleh sebuah alasan yang paling baik menurut Tuhan Semesta Alam."

-KHSB-

Kasian sama Aisyah😭 Mas Alkaf tega Ya Allah 😭 kenapa sakitin Aisyah yang punya cinta yang tulus?:v

Jangan sampai menyesal Mas Alkaf! ~ pesan Author :')

Gimana nieh guys? Lanjut atau nggak? Komen di bawah!🤗 See you next part guys.😘

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang