Bab 19 Sebuah Surat

1K 25 0
                                    

Pagi ini, Alkaf mendapat kabar bahwa pak Ujang, sang penjaga rumah di puncak, menemukan sebuah amplop yang berisikan sebuah kertas dengan tulisan yang sepertinya penting. Soalnya terletak diantara beberapa berkas pekerjaan Alkaf di kantor di daerah puncak.

Alkaf dengan cepat memerintahkan pak Ujang untuk mengirim surat itu ke Alkaf lewat perantara yang telah Alkaf perintahkan untuk pergi ke sana.

Sesaat ia sedang sibuk mengamati berkas, dan mempelajari dokumen yang nantinya akan ia presentasikan, tetiba ada suara ketukan pintu.

Tok. Tok. Tok.

"Ya, silahkan masuk!" sahut Alkaf dengan masih di aktivitas yang sama.

"Maaf pak, ini tadi ada titipan surat untuk bapak dari ... Mas Feri namanya," ujar Vira.

"Oh, oke makasih Vir!"

Vira mengangguk seraya tersenyum tulus. Setelah itu dia pergi dari ruangan bosnya. Sementara Alkaf, ia sudah penasaran sekali dengan isi dari amplop tersebut.

Dibukanya perlahan, terdapat sebuah kertas yang dilipat dengan rapih. Dibukanya lembaran kertas itu, lalu dibacanya dengan seksama.

Assalamualaikum, Mas. Aku, izin untuk pamit dari sini. Bukan hanya dari rumah ini, tetapi ... Dari kehidupanmu Mas. Aku sadar, aku bukanlah wanita yang tepat untuk kamu cintai. Oleh sebab itu, aku harus sadar diri untuk harus segera pergi. Semoga, dengan kepergianku, membawa sesuatu yang telah terikat denganmu, kamu meridhoinya.

Jika kamu membaca surat ini, aku harap kamu tidak marah. Dan murka, karena aku takut Allah akan mengutuk setiap langkahku. Dengan menulis surat singkat ini, aku harap kamu membaca dengan baik. Dan mengerti perasaanku. Aku wanita yang begitu lemah, Mas. Sehingga, aku sudah tidak sanggup untuk tetap berada di samping kamu. Aku pamit untuk selamanya. Biar dia, tetap bersamaku. Dan kamu, tidak perlu tahu. Karena aku takut, dia akan menjadi beban untuk kamu dan Ratu. Biar aku mengurusnya hingga ajalku datang menjemput.

Jangan cari kita ya, Mas. Kamu bisa kok, bahagia tanpa adanya kita. Cukup Ratu yang menjadi kebahagiaan kamu. Dan cukup Anakku, yang menjadi sumber kekuatan dan juga kebahagiaanku. Terima kasih telah mengizinkanku menetap menjadi seorang istri walaupun tak kamu anggap kehadirannya. Walaupun kamu benci semua yang ada pada dirinya.

Jujur, aku sangat ingin mempertahankan rumah tangga kita Mas. Tetapi, rasanya aku sudah tidak sanggup. Malam itu, menjadi malam yang sangat menyakitkan bagiku. Dimana kamu menyebut nama wanita lain saat aku telah memberi hakmu. Tetapi, semua yang telah terjadi aku hanya bisa menjadikannya pelajaran.

Terima kasih, Mas. Terima kasih, atas semua cerita yang telah ada dalam memori singkat rumah tangga kita. Bahagia selalu ya, Mas.

Tertanda

Adinda Putri Aisyah.

Setelah usai membaca, hati Alkaf seaakan sesak. Ia telah salah menyakiti hati setulus Aisyah. Ia telah salah memperlakukan Aisyah. Bahkan, Aisyah kini telah mengandung anaknya. Dan dia pergi dengan membawa benih yang telah ia lakukan pada malam yang seharusnya tidak terjadi.

"Seharusnya waktu itu aku tidak melukai Aisyah! Ah! Beg* lho Kaf! Beg*!" makinya sambil memukul-mukul kepalanya sendiri. Reno yang baru saja membuka pintu ruangan sahabatnya, terkejut melihat kejadian itu. Lantas ia berlari sambil membantu Alkaf berdiri dan mencoba mencegah Alkaf yang sedang berusaha menyakiti dirinya sendiri.

"Kaf, Kaf! Stop, plis! Lu kenapa heh?! Jangan sakitin diri lu begini!" desis Reno sambil mencoba mengangkat Alkaf. Alkaf memberontak, "lepasin gua Ren! Gua salah! Gua beg* Ren!!" lirih Alkaf dengan diiringi beberapa isakan tangis yang benar-benar spontan keluar. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana keadaan Aisyah saat disakiti olehnya setiap hari bahkan waktu.

"Wajar Aisyah pergi, gua telah menyakiti dia Ren...," adu Alkaf dengan mimik wajah yang begitu sedih.

Reno membawa Alkaf untuk duduk di sofa yang berada di ruangan Alkaf. Ia mencoba untuk menenangkan sahabatnya ini. Jujur, baru pertama kalinya Renno melihat seorang Alkaf menangis. Apalagi menangis untuk seorang perempuan.

"Kaf, kenapa bisa Aisyah pergi?" tanya Reno hati-hati.

"Jadi gini ..., waktu lu anter gua pula dari bar, apa lu liat Aisyah?"

"Liat, bahkan dia anter gua sampai depan pintu rumah kalian. Dan dia juga cerita kalau dia itu istri lu, gua kaget karena setau gua kan kekasih lu itu Ratu!"

"Dan malam itu, lu nggak tau lagi kejadian seterusnya Ren?"

Dilihat renno menggelengkan kepalanya yakin.

"Mungkin kejadian itu hanya Aisyah yang tahu. Jujur, gua nggak ingat apapun saat itu. Yang gua ingat terakhir itu pas lu antar gua, udah sampai situ!" jelas Alkaf.

"Sekarang, coba lu tanya Aisyah apa yang udah terjadi." saran Reno.

"Iya Ren, gua juga lagi usaha. Pasalnya gua yakin yang gua lakukan itu udah menyakiti dia terlalu dalam. Sehingga dia pun nggak mau lagi bertemu sama gua!"

Renno mendengarkan penuturan sahabatnya itu dengan seksama.

"Dan ... Setelah gua baca surat yang ditinggalkan Aisyah ini, sambil memperlihatkan sekilas surat yang ada di tangganya kepada Renno. tertera kalau Aisyah pergi dengan membawa benih yang telah gua tanam. Berarti gua mengambil hak gua saat gua lagi mabuk, mungkin itu yang menyebabkan Aisyah pergi. Dia pasti kecewa banget," ucap Alkaf lemah.

"Bisa jadi Kaf, sekarang lu jangan nyerah ya buat berjuang membawa Aisyah lagi ke sisi lu!" sahut Reno seraya menepuk pundak Alkaf menyalurkan sebuah semangat.

"Heem pasti Ren, sekarang waktunya gua yang berjuang mempertahankan rumah tangga gua! Karena Aisyah yang sedari awal berjuang mencoba gua sadar, mencoba mempertahankan rumah tangga ini, dan mencoba untuk selalu menutupi Aib gua! Padahal gua udah selalu menyakiti dia, mungkin ini karma buat gua!" ujar Alkaf sambil menatap lurus ke depan.

"Ya udah lu jangan kaya tadi! Aisyah pasti sedih liat lu begitu! Tadi gua kemari niatnya buat kunjungin lu begitu tahu lu pindah ke Jakarta, btw sekarang gua tinggal di grand house matahari," jelas Renno.

Mendengar grand house matahari membuat Alkaf teringat dengan tempat kediaman mertuanya.

"Itu kompleks perumahan Aisyah, berarti lu tetanggaan dong?" sahut Alkaf.

"Serius Kaf?"

"Iya! Orang tua Aisyah tinggal di kompleks itu dengan nomor rumah Blok A 24," jelas Alkaf.

"Oalah, deket! Gua Blok B 10. Nggak jauh dari rumah mertualu, lain kali mampir aja ya?!" Alkaf mengangguk seraya mengembangkan senyuman.

"Ya udah gua pamit ya? Mending lu pulang aja Kaf kalo lu kondisinya nggak begitu baik. Gua rasa lu butuh istirahat," pesan Renno.

"Iya Ren, thanks ya!"

Renno mengangguk dengan sebuah senyuman simpul. Setelah kepergian Renno, Alkaf pulang ke apartemen. Ia akan istirahat dulu, dari kemarin ia susah tidur akibat memikirkan Aisyah. Memikirkan bagaimana caranya biar ia bisa membawa kembali Aisyah ke dalam kehidupannya. Membangun kembali rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Tentu dengan sebuah cinta dan rasa kasih sayang yang tulus terhadap satu sama lainnya.

"Laki-laki sejati, dia yang akan berjuang sampai pada titik yang terbaik."

KHSB

Alhamdulillah masih konsisten.( ╹▽╹ ) Support terus ya guys.😌 See you next part.👋🏻

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang