Bab 27 Acara Istimewa

606 17 0
                                    

"Kebahagiaan yang paling di nantikan, ialah kehadiran sosok buah hati di antara sepasang kekasih yang telah halal menjadi suami dan istri."

–KHSB–

Rumah besar itu kini begitu ramai. Banyak orang-orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada dua keluarga yang saling bergotong royong untuk mempersiapkan acara yang sangat istimewa ini. Sang pemilik acara, kini berada di dalam kamar mereka.

Aisyah yang sedang tiduran dengan aktivitas membaca novelnya. Dan Alkaf yang sedang mengurusi beberapa bagian acara yang akan di gelar siang ini. "Sayang ..., kamu sudah habiskan susunya belum?" tanya Alkaf di sela aktivitasnya.

"Belum Mas," jawab Aisyah dengan masih membaca novel kesukaannya yang berjudul 'Adiba karya Kak Fitri Rustam'. Novel satu itu, mengisahkan tentang sebuah rumah tangga yang di dalamnya tak ada saling cinta. Seperti kisah dirinya dan sang suami. Namun dengan latar belakang dan alur yang sungguh berbeda. Tetapi tak menampik bahwa novel satu ini menguras air matanya, hingga lihat saja wajahnya kini sedikit sembab karena menangis.

Alkaf berdecak kesal mendapati jawaban tersebut dari sang istri. Ia lantas menyamperi dan menurunkan novek yang di pegang oleh Aisyah, sehingga keduanya saling bertatapan tanpa terhalang oleh apapun.

"Mas...," rengek Aisyah kesal pasalnya suaminya menganggu aktivitas membacanya yang sedang asyik membaca bab yang paling sedih dan seru.

"Aisyah...," dengus Alkaf yang seperti mengikuti nada istrinya.

"Mas mah...," rengek Aisyah lagi dengan menampilkan wajah sedihnya serta bibir yang sedikit menurun.

"Aku nggak akan ganggu kalau kamu habiskan susu hamil itu," jelas Alkaf lembut.

Aisyah menengok ke arah susu berwarna pink yang ada di nakas meja sampingnya tidur.

"Baiklah," gumam Aisyah dengan senyuman simpul.

"Nah gitu dong!" sahut Alkaf antusias seraya mengacak puncak kepala Aisyah dengan gemas.

"Bismillah," ujar Aisyah lalu langsung menegak separuh susu yang ada di gelas tersebut.

"Alhamdulillah," ucapnya seraya tersenyum manis.

Alkaf yang melihat istrinya belepotan setelah meminum susu, ia lantas langsung membersihkannya dengan sebuah tisu. Aisyah yang di perlakukan seperti itu terkejut bukan main. Setelah usai, tak lupa Aisyah berucap terima kasih kepada suaminya itu.

"Terima kasih ya Mas! Suami tercintaku...,"

"Sama-sama sayang, ya sudah sekarang kamu boleh lanjutin baca novelnya," tutur Alkaf yang langsung diangguki oleh Aisyah.

^^^

Waktu yang telah di nanti, tepat pada ba'da Zuhur acara itu kini di mulai. Pengajian tujuh bulanan yang memakai majlis ibu-ibu itu kini berjalan begitu khidmat.

Aisyah dan Alkaf mendengarnya dari atas kamar mereka. Tangan Alkaf memegang perut Aisyah seraya melafalkan doa-doa mengikuti instruksi ustazah yang memimpin acara pengajian tujuan bulanan istrinya ini.

Aisyah merasa bahagia tak terkira. Rasa sakit dan rasa pahit yang ia rasakan di awal ternyata memiliki hikmah yang luar biasa. Tak sia-sia, buah kesabarannya ternyata dapat berbuah manis.

"Sayang, kamu kenapa menatap Aku seperti itu hm?" celetuk Alkaf membuyarkan lamunan Aisyah.

"Ah, em enggak papa Mas!" sahut Aisyah dengan sebuah senyuman simpul.

Waktu bergulir dengan cepat, hingga sampai pada titik Aisyah di panggil untuk suruh turun ke bawah. Umi dan ibu mertuanya kompak menggandeng dirinya. Dengan sang suami mengikuti mereka dari belakang.

Sesampainya di bawah, Aisyah duduk dan di perintahkan untuk membaca Alquran. Kata sang ustazah, "Nak, silahkan baca Alquran surah Yusuf dan Surah Maryam ya. Biar nanti anak yang di kandung kamu itu, misal kalau laki-laki akhlaknya kaya nabi Yusuf, dan gantengnya pun kaya nabi Yusuf. Begitupun sebaliknya, jika anak yang kamu kandung ternyata perempuan, biar nanti seperti Siti Maryam. Akhlaknya bagus. Rupanya cantik."

Aisyah mengangguk menurut. Ia akan membaca Alquran setulus-tulusnya. Dengan tarikan napas, ia ucapkan kalimat taawuz. Sehabis itu kalimat basmalah dan di lanjut dengan membaca surah yang di perintahkan.

Alkaf diam-diam mengambil beberapa potret sang istri yang sedang mengaji. Hatinya begitu adem mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang di bawakan sang istri. Begitu syahdu di pendengarannya.

"Shadaqallahul 'adzim," ucap Aisyah lembut di akhir bacaannya.

Semua nampak terkesima setelah mendengar suara merdu Aisyah dalam melantunkan ayat suci Alquran. "Bagus nak bacaan kamu, semua tartil!" ucap sang ustazah. Aisyah menunduk seraya tersenyum hangat, "alhamdulilah." ucapnya. Kemudian ia beranjak untuk duduk kembali bersama umi dan ibu mertuanya.

Acara pun berlanjut hingga selesai. Tepat pada pukul 16:40 wib acara tujuh bulanan Aisyah selesai di adakan. Kinj waktunya untuk ia istirahat sejenak sebelum waktu maghrib tiba.

"Alkaf, ajak Aisyah istirahat sana!" titah sang Mamah.

"Iya Mah!" jawabnya patuh. Aisyah di papah oleh sang suami, dengan tangan kiri Alkaf memegang tangan Aisyah yang berada di pundaknya. Serta tangan kanan Alkaf yang melingkar sempurna di pinggang Aisyah.

"Huf, huf," ngos-ngosan Aisyah. Alkaf yang melihatnya merasa khawatir. Memang kehamilan Aisyah ini besar sekali, ia memiliki feeling untuk kemungkinan anak yang di kandung istrinya itu kembar.

"Tarik napas .... buang," tutur Alkaf yang langsung di peragakan Aisyah. Alkaf begitu hati-hati memapah istrinya untuk sampai di lantai dua rumahnya. Sesampai d kamar mereka, Alkaf langsung mendudukkan istrinya dan membantunya untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Entah mengapa beberapa aktivitas di dalam perutnya membuatnya harus merintih. Alkaf yang melihat istrinya meringis seperti itu menjadi tidak tega. Ia tiduran sambil menghadap Aisyah. Wajah Aisyah begitu letih, rasa kantuk mulai menyergapnya namun rasa sakit membuatnya kembali terusik. Untung ada suami siaga yang siap mengelus-ngelus perutnya.

"Semoga dengan elus-ekusan dari Ayah kamu bisa anteng sebentar Nak di dalam sana. Agar Bunda bisa istirahat sebentar," batin Aisyah. Beberapa menit setelahnya Aisyah nampak tak meringis lagi. Tendangan yang tadi dirasakan di tangannya saat memegang perut istrinya pun tidak lagi dirasakan oleh Alkaf.

"Mungkin kamu sudah anteng ya gara-gara Ayah elus-elus kamu? Alhamdulillah Ayah lega. Jangan nakal yang sayang, kasian Bunda kamu dia sangat kesakitan!" cicit Alkaf lembut sambil mengelus perut istrinya. Kemudian ia pun ikut tertidur di samping Aisyah.

Memang benar, Nikmat-Nya itu tidak bisa di dustakan oleh apapun. Semua nampak sempurna. Bahkan tak pernah di sangka sebelumnya.

-KHSB-

#####

Yeay update juga😍 gimana nih seneng nggak seneng nggak? Senenglah pastinya 🤣☺️ semogaa yaaa hiii😽 makasih yang udah baca🙏🏻🤍

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang