Epilog

1.2K 20 0
                                    

"Pada dasarnya, tingkat tertinggi dalam mencintai ialah tersakiti oleh orang yang kita cintai. Namun, kita tetap mencintai dia walau dia telah menciptakan luka di hati kita ini."


–KHSB–

Lima bulan kemudian, keluarga kecil itu kini sedang berada di belakang taman rumah mereka yang begitu asri dengan pemandangan yang hijau serta suasana yang nampak masih terasa alami. Sepasang suami istri itu kompak melempar candaan kepada buah hati mereka yang kini berusia lima bulan.

Perawakan yang di padupadankan antara keduanya membuat sang bayi nampak begitu cantik. Beberapa tingkah dari mereka membuat anak mereka tersenyum lebar. Yang membuat keduanya terkekeh juga, karena melihat anak mereka yang begitu gemas.

Naura Putri Alkafsyah. Nama yang sangat cantik sesuai dengan orangnya. Nama yang di padupadankan dengan nama keduanya. Yakni, nama Alkaf dan Syah untuk nama Aisyah. Nama yang sudah menjadi kesepakatan keduanya untuk memberikan nama itu ada di belakang nama Putri mereka.

Naura atau Nau panggilan yang biasa Alkaf dan Aisyah panggil ke putrinya itu. Kini bayi mungil dan lucu itu berada di stroller. Ia terlihat cantik dan menggemaskan. Dengan balutan baju gamis mungil serta hijab kecilnya. Semua itu di buat oleh tangan Aisyah yang beberapa bulan ini belajar menjahit dan mendesain beberapa pakaian untuk anak pertamanya ini.

"Naura .... putri kecil Bunda .... cantik banget si...?" ujar Aisyah sambil menoel-noel pipi gembul Naura.

"Iya dong bunda .... 'kan aku kaya Bunda, yang cantik...," sahut Alkaf yang meniru-niru nada suara anak kecil.

Aisyah menoleh dengan sebuah senyuman lebar. "Nau, masa bunda di godain nih...," adu Aisyah merajuk di buat-buat. Hal itu membuat Alkaf terkekeh.

"Hem!" gumam Naura sambil memainkan bibirnya yang membuat kedua orangtuanya gemas akan tingkahnya.

"Tuh Ayah! Nau cemburu tau! Jangan goda-godain Bunda di depan Nau. Nau jadi marah 'kan...," sahut Aisyah dengan cengiran khasnya membuat sang suami menjadi terkekeh puas juga.

Sementara Naura ia senyum-senyum ke arah sang Bunda. Seolah mengerti akan arti ucapan sang Bundanya.

"Siapa yang nanti sore mau ketemu Nini dan aki...?" tanya Alkaf semangat.

"Nau Ayah!" sahut Aisyah menirukan suara khas balita kecil.

"Oh Naw, ya?"

"He'em!" sahut Naura dengan gumaman khasnya. Aisyah dan Alkaf saling tatap-tatapan.

"Masya Allah...," ucap keduanya sambil melihat Naura gemas yang sedang memainkan hidung mancungnya.

^^^

Waktu begitu cepat berlalu tanpa di rasa, kini sudah mau menginjak usia tujuh tahun pernikahannya. Aisyah maupun Alkaf sama-sama bahagia dengan kehidupan yang telah di anugerahkan untuk keluarga kecilnya. Dia sang maha cinta, telah begitu banyak menganugerahi kenikmatan yang luar biasa. Tiga buah hati yang hingga kini dan seterusnya Insyaallah bisa menemani mereka hingga ke syurga-Nya. Bahagia tak terkira saat Naura dan kedua adik kembarnya yakni Narendra dan Narinda mengasih surpaish ke dirinya bersama sang istri juga.

"Barakallah fi umrik Ayah!" ucap Naura sambil menatap Ayahnya dengan sebuah senyuman yang lebar.

"Happy Birthday Ayah!" ujar Rendra dan Rinda bersamaan. Keduanya saling menengok lalu detik selanjutnya saling melemparkan wajah juteknya. Pemandangan itu kompak di lihat kakaknya dan ayah bundanya. Mereka bertiga kompak menggeleng kepala heran.

"Terima kasih anak-anak Ayah, dan ... Terima kasih Bunda," sahut Alkaf seraya menatap istri lembut. Aisyah tersenyum hangat.

"Oke sebelum ke sesi tiup lilin dan potong kue, ada baiknya kita berdoa dulu ya...," pinta Naura. Semua lantas mengangguk. Kemudian Naura mulai memanjatkan doa yang di aamiin'kan oleh kedua adiknya serta kedua orangtuanya.

Naura yang sudah berusia enam tahun nampak sudah mengerti. Dan ia benar-benar anak yang bijak dan mandiri serta penyayang. Aisyah tak pernah mendengar anak tertuanya ini menangis karena kehadiran kedua adiknya tiga tahun lalu. Ia malah benar-benar menerima bahwa ia akan memiliki saudara lagi. Sifat Naura benar-benar seperti sifatnya. Namun perawakannya lebih condong ke ayahnya yakni Alkaf. Sedang dua buah hatinya yang kembar itu Rendra lebih mirip ke dirinya. Sedang Rinda lebih banyak miripnya ke Alkaf.

Tetapi ia sangat bersyukur Allah telah menganugerahkan anak-anak yang ganteng dan cantik. Yang shalih dan shalihah. Aisyah sangat bersyukur dan ia berharap bisa membawa mereka semua ke syurga-Nya Allah. Sebagaimana cita-citanya ia ingin menjadi ibu yang baik. Ia ingin melahirkan para generasi yang kelak akan terus memperjuangkan agama Islam. Sebagaimana itu adalah motto dirinya dan sang suami tercinta.

"Terima kasih Ya Rabb, aku bahagia dengan kisah rumah tanggaku. Aku bersyukur atas semua anugerah-Mu yang telah Engkau kasih kepadaku. Alhamdulillah, Aku bahagia. Semua itu tak lepas dari keberkahanku menahan sebuah rasa sabar dan menceritakannya semuanya hanya pada-Mu. Terima kasih Ya Rabb," batin Aisyah yang masih bersidekap dan sedang memandangi ketiga anaknya yang sedang asyik bermain dengan Ayahnya.

Pemandangan yang meneduhkan. Ia berharap terus bisa melihat semua ini. Ia berharap bisa terus mendampingi mereka. Tetapi lagi-lagi takdir tidak ada yang tahu. Ia hanya bisa pasrahkan semuanya pada Rabb Semesta Alam.

"Jika kelak waktunya tugasku sebagai anak, menantu, istri, ibu, teman, dan sahabat sudah selesai, boleh Engkau ambil aku dalam keadaan aku dan Engkau pun ridho Ya Rabb. Serta keluarga yang aku tinggalkan juga pun ridho." itulah doa yang selalu Aisyah panjatkan dalam hatinya. Ia tak mau takabur dengan kebahagiaannya. Setiap kali sehabis sholat ia akan berdoa seperti itu di penghujung doanya. Dan setiap kali ia bahagia, ia selalu ucapkan itu dalam hatinya. Agar ia selalu mengingat kebesaran Allah yang dengan mudah untuk melakukan atau menakdirkan setiap garis kehidupan untuk setiap hamba-Nya.

“Dia yang mampu berjuang adalah dia yang nanti akan menang. Dia yang merasakan kesedihan kelak dia yang akan menuai sebuah kebahagiaan. Karena hidup berputar, tidak selamanya pada poros yang sama. Itulah rotasi kehidupan sebenarnya.”

KHSB

######

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh alhamdulilah akhirnya cerita ini bisa saya tamatkan juga. :) Terima kasih atas teman-teman yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita saya. Yang tentunya masih banyak kurangnya ini.

Akan tetapi, saya tidak akan pernah berhenti untuk memperbaiki agar lebih baik lagi dalam menciptakan sebuah karya yang nantinya akan abadi.

Dari saya yang menulis, memohon maaf bila ada kata yang tidak berkenan di hatinya kalian. Akhir kata, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

See you next karya aku yang lainnya 🦋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang