Menikah menjadi salah satu ibadah yang dianjurkan dalam agama Islam dan menjadi sunah Rasulullah Saw. Ada banyak anjuran menikah, baik yang dicantumkan dalam hadis maupun firman Allah Swt. Ada beberapa ayat tentang pernikahan yang tercantum dalam Al-Quran.
Allah SWT menegaskan bahwa Ia telah menciptakan manusia berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan agar manusia bisa berkembang biak dan mengembangkan keturunan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴿النساء:١﴾
"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa, dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu."
Aisyah, gadis itu merasa amat sangat gugup. Ia bimbang atas sesuatu hal setelah pernikahan yang biasa terjadi pada umumnya, yakni sebuah hal yang berhubungan dengan malam pertama. Ia sebenarnya belum siap untuk melaksanakan tugasnya. Tetapi ia kembali teringat kepada pesan uminya, "Nak, apapun yang suami kamu pinta, turuti selagi kamu bisa. Dan selagi suamimu tidak melanggar syariat agama. Karena setelah menikah, suamimu ibarat ibumu. Syurga ada padanya, dan ridho Allah ada dalam ridhonya. Jadi ... jika ingin kamu mau masuk syurga, berbaktilah pada suamimu ya, Nak. Bagaimanapun dia, tetaplah renungkan bahwa kamu telah menjadi pelengkap dari dirinya. Baik dari segi kekurangan maupun kelebihannya."
Disaat merenung di pojok tempat tidur, suara Alkaf membuyarkan pikirannya.
"Syah ... Tolong ambilkan handuk! Aku lupa bawa kesini," pekik Alkaf dari kamar mandi.
Aisyah pun dengan cepat mencari handuk suaminya. Lalu ia beranjak mengasihnya.
Tok.Tok.
"Mas ... ini handuknya?" Seraya memberikan handuk putih itu. Sang suami menerimanya, "hm makasih!" Abis itu pintu kamar mandi di tutup Alkaf. Aisyah tersenyum hangat sambil beranjak membersihkan make up-nya.
Setelah usai membersihkan make up, Aisyah beranjak untuk tidur. Karena rasa kantuk mulai menerpa dirinya. Disaat baru beberapa langkah, secara bersamaan Alkaf keluar dari kamar mandi dengan hal yang sama waktu Aisyah tak sengaja melihatnya sehabis mandi. Rasa kantuk yang semula ada mendadak hilang berganti rasa gugup.
Tatapan keduanya bertemu, "ngapain liatin aku begitu?" tanya Alkaf dengan wajah datarnya.
Aisyah menggeleng cepat dengan wajah super duper pucat. Lalu berjalan cepat ke atas kasur. Perlahan dengan cepat ia menutupi seluruh tubuhnya hingga ke ujung kepalanya. Alkaf yang melihat itu menatap heran.
"Kamu jangan sampai teriak lagi kaya waktu itu karena melihat aku bertelanjang dada. Karena setiap hari akan menjadi sarapan kamu ketika pagi hari melihat aku selepas mandi!" tutur Alkaf dengan santainya.
Aisyah menganga dibalik selimut, seraya membungkam mulutnya tak percaya.
"Aa.... Umi....!" rengeknya dalam hati. Namun, ia perlahan ambil nafas untuk kembali rileks. "Nggak, kamu harus bisa Aisyah! Kamu harus bisa dan terbiasa!" ujarnya mencoba menyemangati dirinya.
Sesaat ingin memejamkan mata, tetiba ia merasa kalau ada seseorang di sebelahnya. Ia yakin betul kalau itu adalah Alkaf. Tubuhnya mendadak bergetar hebat, dan detak jantungnya kembali berdetak tidak biasanya. Alkaf yang melihat keanehan di balik selimut itu lantas langsung menariknya hingga membuat Aisyah menjerit karena terkejut.
"Aa......!"
Alkaf langsung bereaksi menutup kedua telinganya serta menjauh dari istrinya.
"Aisyah, stop!" tegur Alkaf dengan tatapan mata yang begitu tajam. Terlihat Alkaf sedang marah karena wajahnya memerah. Aisyah yang dibentak seperti itu mendadak terlonjak kaget.
"Bisa diam? Aku capek! Dan aku mau istirahat. Bisa nggak ganggu?"
"Bi-sa," sahut Aisyah dengan bibir mengkatub.
Aisyah terpaku akibat Alkaf yang mengambil selimut dan bantal. Lalu ia mulai meletakkan semua jtu di atas karpet bawah. Dan mulai tiduran disitu. Ada rasa sedih di hati Aisyah, namun ia mencoba menutupinya. Ia sadar mungkin Alkaf seperti itu karena kesalahannya tadi teriak diwaktu malam seperti ini.
Dalam hatinya, Aisyah sangat bersyukur suaminya tidak meminta haknya.
"Mungkin dia mengerti, ini masih awal sekali. Butuh waktu untuk aku beradaptasi dan siap." pikir Aisyah seraya tersenyum memandangi sosok suaminya yang telah tertidur.
Ia pun beranjak untuk segera tidur menyusul suaminya yang telah masuk ke alam mimpi lebih dulu.
^^^
Keesokan paginya, Alkaf nampak masih tidur nyenyak sedangkan Aisyah telah sholat subuh sendiri. Benar kata orang, setelah menikah kita akan tahu dia seperti apa.
Perlahan Aisyah menjongkok di samping tubuh Alkaf. Ia menggoyangkan lenggan Alkaf pelan.
"Mas, ayok bangun! Sudah siang lho, mas memang nggak sholat subuh?"
"Nanti jam tujuh aku akan bangun, itu jam biasa aku bangun. Tolong jangan ganggu!"
Diam, itulah yang Aisyah lakukan setelah mendengar penuturan suaminya. Ia benar-benar sedih dan kecewa. Imam yang ia impikan yang mampu memimpin keluarga kecilnya dengan landasan agama. Menjaga sholat serta setiap tutur kata dan perilakunya. Tetapi, nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini yang menjadi takdir dikehidupannya. Sekarang, ia hanya bisa menjalani sebagaimana mestinya saja. Ia mencoba mensyukuri nikmat-Nya, ia percaya akan ada sesuatu yang indah selepas kecewa dan sedih yang ia rasakan di awal-awal masa pernikahannnya ini.
Tari yang melihat menantunya turun dari anak tangga tersenyum.
"Syah, mana Alkaf? Kok nggak barengan turunnya?"
Aisyah tersenyum, "Mas Alkaf masih di atas Mah!"
"Tidur?"
"Em enggak kok, dia tadi lagi ada di balkon kamar!" Bohong Aisyah. Ia tahu betul mertuanya akan marah jika tahu anaknya belum bangun jam segini. Demi menjaga agar hubungan anak dan ibu itu aman Aisyah rela berbohong. Padahal sebelumnya ia tidak pernah melakukannya.
"Maaf Bu, Ais berbohong!" batinnya sedih menatap mertuanya yang sedang membantu bibi untuk menyiapkan sarapan pagi.
"Bu, Ais bantu ya?"
"Boleh sayang!"
Setelah siap makanan untuk sarapan, Aisyah diminta oleh ibu mertuanya untuk segera panggilkan Alkaf. Ia pun menurutinya, setelah masuk ke kamar yang ia lihat Alkaf sedang memakai dasi kantornya.
Aisyah yang melihat Alkaf kesusahan dengan aktifitas memasang dasinya lantas ia langsung menyamperi suaminya.
"Mas, sini aku bantu!"
Alkaf terpaku, "nggak us-"
Dengan cepat Aisyah memakainya hingga rapih. Hingga tanpa menunggu satu menit pun, dasi itu kini telah terpasang dengan rapih.
"Terima kasih!" ucapnya lalu meninggalkan Aisyah.
Aisyah memandang punggung suaminya seraya tersenyum simpul. Ia akan terbiasa untuk sabar akan sikap kaku dan irit bicara suaminya itu.
"Pada akhirnya aku akan mencintaimu dari apa adanya kamu, bukan dari ada apanya kamu."
-KHSB-
Hayyuuu gimana niee ceritanya.🥺 Lanjut? Komen dibawah yak!!!( ╹▽╹ ) Vote dan Komen jangan lupa!(ㆁωㆁ) See you next part guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]
Teen FictionBACA, VOTE, COMENT, BOLEH FOLLOW! FOLLBACK? DM LANGSUNG 🌹 MASUKAN KE DAFTAR BUKU ATAU BACAAN KALIAN YA!^^ Kisah ini berawal seorang Alkaf yang dijodohkan dengan seorang wanita bernama Aisyah. Alkaf, pria dingin, keras kepala, cool, tampan, dan berd...