Bab 7 Keterkejutan

298 18 0
                                    

Alam semesta berisyarat untuk seluruh penduduk bumi bangun. Namun, pria yang memiliki alis tebal, hidung mancung, dan bola mata yang jernih, serta bibir yang tipis. Sekaligus memiliki tubuh yang sispack dan nyaris hampir sempurna itu masih enggan untuk bangun dari alam bawah sadarnya. Ia masih menikmati waktu tidurnya.

Hingga suara handphone yang terus berbunyi mampu membangunkan dirinya.

"Hallo! Siapa si, ganggu saja pagi-pagi begini!" cercanya tanpa melihat sang penelepon.

"Alkaf! Kamu tidak ke kantor?!"

Mendengar sahutan dari nada suara ia pun melihat sekilas dan tertera nama 'Mamah' lantas ia langsung menepuk jidatnya pelan sambil merutuki kebodohannya.

"Udah siang gini kamu masih bilang pagi?! Sekarang mamah tanya kamu dimana hah?"

Beberapa pertanyaan meluncur dari sebrang sana. Tangannya spontan menutup telinga. Dan memasang wajah super bete.

"Pagi-pagi gini gua udah di kasih omelan sebagai menu sarapan hari ini! Sungguh gila kehidupan seorang CEO kaya gua! batinya sok dramatis.

"Iya mah, Alkaf nggak enak badan. Makannya Alkaf tidur lagi tadi. Alkaf ada di apartemen, mamah kalau mau ke sini nanti malam saja, Alkaf mau istirahat." jelasnya bohong. Padahal ia sehat, hanya saja merasa pusing sedikit karena semalam ia terlalu banyak minum alkohol.

"Oh gitu ... Ya sudah kamu istirahat saja. Mamah akan bilang ke papah,"

"Ya udah ya, Nak!"

"Hmm," gumamnya. Lalu telpon pun terputus.

"Untung mamah polos, jadi dengan alasan begitu, gua nggak akan ketahuan minum!" monolognya bersyukur.

"Eugh!" gumamnya seraya mengulet dengan leluasa.

Kedua tangannya terulur mengucek kedua matanya sambil beranjak pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya. Alkaf cukup lama bermain air. Karena ia ingin kepalanya disiram lebih banyak air dingin supaya pengaruh dari alkohol itu hilang.

Sedang di tempat lain, Tari berniat mengajak Aisyah untuk merawat Alkaf yang sedang sakit. Di situasi ini, ia mencoba mendekatkan Alkaf dengan Aisyah. Dan mencoba membuat cinta dihati Alkaf untuk calon menantu idamannya itu.

"Sebentar ya Tar, Aisyah lagi bersiap-siap. Mari kita tunggunya di ruang keluarga saja!" tutur Wardah sambil membawa sahabatnya sekaligus calon besannya itu ke ruang keluarga.

Tak lama, orang yang sedari tadi di perbincangkan muncul dari atas dan sedang menuruni anak tangga.

"Masya Allah, cantiknya anak umi!"

"Iya, cantik banget calon menantu aku!"

Aisyah hanya tersenyum malu. "Aisyah udah siap Bu," tutur Aisyah.

"Ya sudah bagaimana kalau kita langsung berangkat saja?" tawar Tari.

"Ya sudah berangkat sana! Hati-hati ya!" ujar Wardah. Aisyah menyalami sang umi. Setelahnya mereka diantar hingga ke gerbang rumah. Wardah menunggu hingga mobil besannya itu hilang di ujung jalan. Setelahnya ia kembali masuk ke dalam rumah.

Sesampainya di apartemen Alkaf, mereka langsung menaiki lift menuju tempat Alkaf berada. Karena apartemen Alkaf punya kunci tersendiri, hingga Tari pun memiliki kunci cadangan itu. Keduanya bisa masuk tanpa menunggu sang empunya membuka pintu apartemennya.

"Sayang, Tante mau ke dapur dulu ya! Tolong kamu samperin Alkaf, Tante rasa dia masih tidur. Kalo bener, kamu tolong bangunkan dia ya?"

"Ta-tapi Tante?"

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang