Bab 30 Anggota Baru

944 20 0
                                    

Dua bulan kemudian, tepat usia kehamilan Aisyah menginjak sembilan bulan. Hari ini Alkaf di kejutkan oleh kabar yang mamahnya kasih. Kalau istrinya kini sedang menuju rumah sakit, dan akan segera melahirkan. Ia lantas dengan sigap langsung menuju rumah sakit dimana istrinya akan melahirkan.

"Aisyah ... Tunggu Aku sayang. Aku akan sampai sebentar lagi...," doa Alkaf dalam hati.

Ia benar-benar gemetaran menyetir mobil. Sedangkan suasana di jalan raya begitu ramai. Ia harus bisa menyalip sana-sini. Tentu dengan kencermatan dan kehati-hatian.

Hingga sekitar sepuluh menit lamanya di jalan akhirnya Alkaf tiba juga di rumah sakit Assyifa Medical Center Jakarta. Dimana istrinya kini berada. Setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir rumah sakit, Alkaf langsung berlari ke dalam rumah sakit. Sesuai perkataan sang Mamah tadi di telpon kalau istrinya sedang berada di ruang persalinan dan sedang menjalani pembukaan ke tujuh.

Tak butuh waktu lama ia sampai di depan ruangan persalinan. Ia menatap kedua orangtuanya dan juga kedua mertuanya. "Aisyah sudah berada di dalam?" tanyanya.

Anggukan kepala menjadi jawaban tanpa menunggu lama ia langsung masuk ke dalam ruang persalinan.

"Sayang, sayang maaf ya ... Mas sedikit terlambat," ucap Alkaf dengan nada bersalah. Sambil menggenggam tangan istrinya.

"Nggak papa Mas," sahut Aisyah pelan dengan sebuah senyuman hangat sambil mengusap pipi suaminya dengan lembut. Alkaf ciumi telapak tangan istrinya, ia benar-benar tidak tega melihat istrinya menahan sakit hingga seperti ini. Wajah istrinya terlihat pucat sekali karena menahan rasa sakit.

"Sayang, kamu harus kuat ya? Demi anak kita dan kebahagiaan kita," ucap Alkaf tulus dengan perasaan yang campur aduk.

"Aamiin, insyaallah!" jawab Aisyah dengan yakin seraya mengembangkan senyuman meneduhkan untuk suaminya.

Alkaf menciumi puncak kepala istrinya. Dan selalu berzikir dalam hatinya untuk keselamatan dua orang yang ia cintai yang sedang berjuang bertahan dan melanjutkan hidup.

"Mba Aisyah, sebentar lagi akan pembukaan sepuluh. Mba di mohon untuk rileks dan kuat ya. Serahkan semua pada Allah ya," pesan sang bidan dengan lembut. Aisyah mengangguk dengan tenaga yang tersimpan yang ia persiapkan untuk nanti ia mengejan. Karena ia benar-benar ingin melahirkan secara normal.

"Ternyata begini rasa sakitnya ketika seorang wanita mau melahirkan seorang anak yang di titip Allah untuk di lahirkan ke dunia." batin Aisyah sambil memejamkan matanya seraya terus bersholawat di tengah rasa sakitnya.

Ia teringat akan uminya. Umi yang melahirkannya, yang membesarkannya, dan merawatnya dengan rasa cinta dan sayang. Sungguh ia merasa beruntung menjadi anak dari seorang wanita yang hebat seperti uminya. "Maafin Aisyah mi bila Aisyah pernah melakukan salah pada Umi," batin Aisyah. Sebenarnya, ia sudah meminta doa dan restu oleh kedua orangtuanya dan juga kedua mertuanya. Tetapi tetap saja, ia terus beristighfar demi Allah ampuni dosanya pada kedua orangtuanya. Demi rasa sakitnya sedikit berkurang, dan demi dirinya bisa mampu melewati ini semua dengan sebuah rasa kesabaran dan kekuatan dari Allah Subhanahu Wataa'la.

^^^

Di luar ruangan, para orang tua benar-benar hanya bisa berdoa dan memasrahkan semua pada Allah SWT. Terlebih Umi Wardah, ia sangat amat cemas dengan putrinya. Ia hanya bisa panjatkan doa terbaik untuk putri dan calon cucunya. Dengan di tenangi besannya, yaitu Bu Tari. Mampu membuatnya menjadi saedikit tenang.

"Mi, sini duduk!" ajak sang suami. Umi Wardah perlahan berjalan menuju suaminya duduk yang tak jauh bersebelahan dengan besannya yakni Pak Adi.

Mereka berempat duduk di kursi tunggu. Dengan Pak Adi di pojok, lalu Bu Tari. Dan Umi Wardah serta Abi Riyan. Mereka saling berdoa di dalam hati. Dan saling menenangi istri mereka.

Di dalam ruangan, kini suasana sungguh menegangkan. Dimana kini Aisyah sedang mengejan sekuat tenaga. Dan Alkaf yang harus sigap memberikan support untuk istrinya. Dan tak henti-hentinya ia berzikir seraya terus memegangi pipi kiri Aisyah dari belakang. Membuat Aisyah tak putus asa. Ia sudah tekadkan ia harus bisa melewati ini. Sebagaimana ini adalah bagian dari tugasnya sebagai seorang istri.

"Baik sekali lagi Mba Aisyah," instruksi Bidan tersebut. Bidan tersebut di bantu oleh beberapa perawat. Ada tiga perawat yang bertugas satu untuk menimbang dan mengukur bayi, dan yang kedua yang membersih bayi. Dan yang ketiga yang menjadi asisten bidan tersebut.

Dengan mengejan yang kuat, akhirnya keluarlah sang buah hati tercinta. Yang akan menjadi anggota baru di keluarga mereka. Keduanya tersenyum dengan rasa syukur yang luar biasa. Begitu juga tim medis yang menangani Aisyah.

"Alhamdulillah....!" ujar mereka lega. Dengan di iringi suara tangisan sang bayi.

"Tolong bersihkan ya, Sus!" titah sang Bidan pada salah satu suster yang ada di sana sambil menyerahkan bayi Aisyah dan Alkaf.

"Baik Bu Bidan!"

"Permisi Mba Aisyah saya akan bersihkan dulu ya?" pinta sang Bidan hati-hati.

"Ya, Bu Bidan, silahkan."

Kecupan bertubi-tubi di hujani ke wajah Aisyah. Alkaf benar-benar bahagia. Ia tak menyangka kini ia telah sah menyandang status sebagai seorang Ayah. Bu bidan yang melihatnya tersenyum karena turut merasakan bahagianya.

"Terima kasih sayang, Aku mencintaimu karena Allah!" bisik Alkaf tulus dengan sebuah senyuman yang lebar.

Aisyah tersenyum lega, "Terima kasih juga Mas. Aku juga mencintaimu karena Allah!" sahut Aisyah sambil tersenyum simpul.

"Kebahagiaan yang sempurna, buah kesabaran pada akhirnya akan datang dari cara yang tak pernah terduga. Sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi, sudah menjadi tulisan takdir dari Sang Maha Kuasa. Tak perlu di sesali yang sudah-sudah terjadi, kini mulailah sadari, segala yang telah terjadi sudah menjadi bagian dari takdir yang akan selalu terselip hikmah dari sebuah kejadian yang telah di goresan oleh Sang Illahi Rabbi."

KHSB

Makasih yang udah setia sama KHSB. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Sekali lagi terima kasih sudah membaca karya aku yang masih banyak kurangnya ini.

Yeay bentar lagi kita ending.🥰 Semoga sukaa sama endingnya.❤️

Keteguhan Hati Seorang Bidadari [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang