"Salam hormat saya kepada Yang Mulia Putri Amethyst." Kataku sambil menunduk penuh hormat. Pelajaran tata krama itu kupelajari untuk saat-saat seperti ini.
Amethyst yang sejak tadi hanya terpaku pada bukunya kini melirik ke arahku. Aku tidak dapat melihat tanda-tanda kemiripannya dengan Alexandrite. Mereka jelas terlahir dari rahim yang berbeda. Bukan hanya wajah mereka yang sangat berbeda, perilaku mereka pun sangat berbeda seolah mereka tidak tumbuh di lingkungan yang sama. Jika Alexandrite bersikap lembut dan sopan saat pertama kali bertemu denganku, Amethyst justru secara terang-terangan melemparkan tatapan sinis padaku. Seolah dia tidak merasa perlu repot-repot menjaga sopan santunnya di hadapanku. Bagus. Begini lah reaksi yang normal.
"Oh, seorang Lenoir ternyata dapat memberikan salam hormat dengan sempurna. Apa kau terpaksa mempelajarinya karena harus menikah dengan kakakku?" katanya. Suaranya senyaring suara lonceng.
Wah, aku suka gadis ini. Dia tidak berpura-pura ramah padaku. Dia jelas menunjukkan bahwa dia tidak menyukai Lenoir."Saya sudah mempelajarinya waktu saya masih di Akademi, Yang Mulia." Kataku, masih dengan nada bicara yang sopan. Ah, padahal aku ingin bicara blak-blakan juga seperti dia. Tidak. Aku harus menahannya. Aku harus mengakrabkan diri dengannya.
Mendengar perkataanku itu, pupil matanya melebar. Seolah pernyataan dariku itu adalah hal yang mengejutkan baginya. "Akademi? Maksudmu Akademi Lenoir? Kau sudah lulus dari Akademi? Berapa usiamu?" Dia tampaknya tertarik saat aku menyebutkan tentang Akademi. Bukan hal yang aneh, karena biasanya orang-orang baru lulus dari Akademi setelah berusia dua puluh lima tahun. Keluarga Lenoir adalah pengecualian karena kami bisa lulus secepatnya jika berhasil melewati ujian akhir.
"Tahun ini saya genap berusia delapan belas tahun, Yang Mulia." Jawabku.
Di luar dugaan, Amethyst tersenyum. Bukan senyuman palsu yang ditunjukkan Ratu atau pun senyuman ramah yang selalu kulihat di wajah Alexandrite. Dia tersenyum dengan polosnya, murni karena dia senang. "Kita seumuran." Katanya. Dia lalu mengulurkan tangannya padaku. "Meskipun kau sudah tahu namaku, Aku Amethyst Libertia de Eclairienia le Clairentina."
Aku menjabat tangannya. "Nama Saya Crystal Lenoir, Yang Mulia."
Amethyst menatap mataku, tapi kemudian langsung mengalihkan pandangannya. "Wow, matamu benar-benar merah seperti darah. Selama ini aku hanya membaca tentang keluargamu di buku dan mendengarnya saja dari rumor yang beredar. Maaf jika kau tersinggung, tapi aku benar-benar tidak sanggup melihatnya."
Aku tertawa. Bagaimana bisa dia seterus terang ini padaku tapi aku justru tidak membenci sifatnya yang terus terang itu. Dibanding orang-orang lain yang berpura-pura ramah tapi tetap tidak tahan menatap mataku, sikap Putri Amethyst yang secara terus terang menyatakan bahwa dia tidak sanggup menatap mataku justru jauh lebih baik.
"Jangan khawatir, Yang Mulia. Itu reaksi yang normal. Tidak ada manusia yang bisa tahan menatap mata merah Lenoir."
Benar. Tidak ada, kecuali Alexandrite.
"Kau harus bicara santai padaku. Aku akan merahasiakannya. Lagi pula kita seumuran." Katanya.
Aku seharusnya menolak hal itu jika mengingat kembali pelajaran etika. Tapi aku harus mengakrabkan diri dengannya jika aku mau menggali ambisinya dan menjadikannya pewaris takhta, untuk menggeser posisi Alexandrite.
"Baiklah, Putri Amethyst."
"Amy saja. Kumohon." Pintanya. "Dan jangan menahan dirimu sendiri. Katakan saja jika kau tidak suka padaku. Karena aku tidak suka orang yang berpura-pura. Itulah sebabnya aku tidak suka pergaulan kaum bangsawan. Penuh kepura-puraan dan ramah-tamah yang melelahkan. Dan aku pikir kau akan butuh seseorang yang bisa diajak bicara secara bebas di Istana yang membosankan ini. Kakakku jelas bukan orang yang seperti itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Kill Your Rich Husband
FantasySebuah permintaan dari Istana sampai ke Keluarga Lenoir yaitu tugas untuk membunuh Putra Mahkota. Tidak diketahui siapa yang memintanya, tapi karena kesepakatan Keluarga Lenoir dengan keluarga Kaisar, Keluarga Lenoir harus melakukan tugas itu tanpa...