Chapter 12 : Seduction

164 25 2
                                    

Sylvia bahkan tidak menatap tuannya dan hanya diam terpaku pada darah segar di hadapannya. "Saya tidak boleh... Darah anggota keluarga Kaisar terlarang bagi kaum kami, Tuan." Kata Sylvia.

Alexandrite mundur menjauh dari Sylvia, mengetahui bahwa gadis itu bisa saja menghisap darahnya. "Devlin, kau tidak boleh—“

"Ah, benar juga." Kata Devlin. Karena itulah identitas orang itu. Putra pertama dari keluarga Lenoir itu duduk santai di sofa kamar Putra Mahkota seolah dirinya lah pemilik Istana itu. "Terkadang aku lupa kalau kau adalah putra Kaisar. Menjijikkan! Mahluk sepertimu akan menjadi Kaisar Clairentina yang selanjutnya? Clairentina akan menemui kehancurannya saat kau bertakhta nanti." Nada suaranya sarat hinaan.

Alexandrite tidak menggubrisnya. Saat ini di hadapannya ada dua orang yang harus dia waspadai. Gadis setengah vampir yang haus darah, dan tuannya, Devlin Lenoir. Orang yang dapat membunuh monster dan manusia semudah bernapas. Keduanya bukan lah lawan yang mudah. Tapi bukan berarti dia tidak dapat melawan mereka. Alexandrite sengaja tidak melawan keduanya. Yang satu adalah kakak tiri dari tunangannya sedangkan yang satunya lagi adalah pelayan kepercayaan tunangannya. Jadi dia menahan diri untuk tidak melawan mereka maupun memanggil para pengawal untuk menangkap keduanya.

Saat melihat bahwa Alexandrite tidak berniat melawannya, Devlin menarik tangan Sylvia untuk mendekat padanya dan menjauh dari Alexandrite. "Kemarilah, Sylvia. Kau sudah menjalankan tugasmu dengan baik." Katanya pada Sylvia. Sambil mendudukkannya di pangkuannya dan merapikan rambut gadis setengah vampir itu, Devlin berkata dengan lembut pada Sylvia, "Kau bahkan berhasil menahan dirimu saat Crystal menawarkan darahnya padamu. Tapi ingat, aku tidak akan memberikan darahku lagi kalau kau menghisap darah Crystal. Tidak. Kau akan mati kalau kau tidak menuruti perkataanku."

Sylvia mengangguk sambil terus memperhatikan leher Devlin seolah dapat melihat pembuluh darahnya.

Tanpa dikatakan oleh Sylvia, Devlin tahu arti tatapan itu. Dia tersenyum sekilas pada Sylvia, "Boleh. Silahkan saja." Katanya.

Tanpa aba-aba, gadis setengah vampir itu langsung menancapkan taringnya ke leher Devlin. Sylvia merasakan dahaganya mulai terobati saat darah segar dari putra sulung keluarga Lenoir itu mengaliri tenggorokannya. Sekali mencoba darah dari salah satu anggota keluarga Lenoir, darah lainnya tidak akan pernah cukup untuk mengatasi dahaganya. Darah anggota keluarga Lenoir seperti candu bagi kaumnya. Dan untuk itu, dia akan rela melakukan apa pun yang diperintahkan oleh Devlin untuk bisa memuaskan dahaganya.

Devlin sudah terbiasa dengan hal ini. Dia menawarkan darahnya pada para pelayan rumahnya untuk menjadikan mereka alat yang hanya menuruti perkataannya. Asalkan dia tahu cara mengontrol mereka, Devlin tidak akan kehabisan darah. Awalnya memang terasa menyakitkan dan membuatnya tubuhnya lemas untuk sementara. Tapi semakin sering dia melakukannya, dia semakin terbiasa sehingga tidak berefek apa pun baginya. Bahkan kini dia tidak merasakan sakit lagi saat taring mereka menembus kulitnya. Sebagian besar para gadis setengah vampir yang menjadi pelayan keluarga Lenoir kini sudah memberikan kesetiaan mereka untuknya.

Alexandrite memalingkan wajah, "Tidak bisakah kalian melakukannya di tempat lain?"

Dengan perlahan, Devlin menepuk-nepuk punggung Sylvia yang masih menghisap darahnya, "Sylvia, tidak perlu buru-buru, tapi kalau kau sudah selesai, bisakah kau menunggu di luar? Aku harus membereskan hama satu ini."

Sylvia tahu maksud dari perkataan tuannya itu. Meski Devlin berkata seperti itu dengan nada bicara yang jauh lebih lembut dari yang biasa dia lakukan pada orang lain, tapi Sylvia tahu bahwa itu adalah ancaman. 'Berhenti dan pergilah atau kau akan mati', itu adalah maksud tersirat dari perkataan Devlin. Jadi Sylvia berhenti menghisap darah tuannya itu dan bersiap untuk pergi. Tapi dia mencium aroma darah lainnya di ruangan itu. Darah yang sejak tadi membuatnya tergoda untuk mencicipinya, tapi sangat terlarang baginya. Sylvia mendekat ke arah sumber aroma menggiurkan darah itu. Jika darah keluarga Lenoir seperti candu yang memabukkan dan membuat ketagihan, darah anggota keluarga Kaisar seperti wine ternikmat yang mahal dan tidak bisa didapatkan. Tanpa disadarinya, Sylvia sudah mendekat ke arah Alexandrite.

How To Kill Your Rich HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang