Alexandrite tidak dapat tidur hingga matahari benar-benar bersinar pagi itu. Semalaman dia hanya menjaga istrinya yang akhirnya bisa tertidur lelap setelah semalaman wanita itu membuka rahasianya kepadanya. Alexandrite tahu, dibutuhkan keberanian yang luar biasa untuk menceritakan masa lalu yang ingin dilupakan. Dan tidak sembarang orang bisa diizinkan untuk mendengar semua rahasia itu. Jadi Alexandrite merasa sangat diistimewakan karena diizinkan untuk mengetahui rahasia dari masa lalu gadis itu. Untuk beberapa lama, Alexandrite hanya mengamati wajah damai istrinya yang sedang tertidur itu dalam diam. Bagaimana bisa seseorang memiliki masa lalu yang begitu menyakitkan? Betapa tidak adilnya dunia ini terhadapnya. Begitulah yang Alexandrite pikirkan.
Alexandrite melihat kembali luka-luka gadis itu dari balik gaun tidurnya yang menerawang, dan hatinya terasa sangat perih seperti dicabik-cabik. Tak pernah terpikirkan olehnya bahwa gadis itu telah melewati masa kecil yang suram dan mengerikan yang tak pernah dapat dibayangkan olehnya. Jika dibandingkan dengan luka di sekujur tubuh gadis itu, luka bakar di pergelangan tangannya yang diakibatkan oleh Alexandrite sendiri hanya tampak seperti goresan kecil dalam lukisan besar. Padahal Alexandrite sudah pernah melihat air mata menggenang di pelupuk mata gadis itu saat Alexandrite tak sengaja membakar kulit tangannya. Tak terbayangkan tangisannya saat orang-orang biadab itu menyakitinya dan menorehkan luka-luka itu pada tubuhnya. Membayangkan itu membuat darahnya mendidih.
Aku akan menghancurkan Rougeville untukmu. Akan kucari semua orang yang telah menyakitimu dan membalas kejahatan mereka satu persatu. Akan kubuat mereka bersujud memohon ampun padamu. Akan kubuat mereka menangis darah kalau perlu.
Benaknya dipenuhi cara untuk membalas dendam. Batinnya penuh amarah yang perlu disalurkan. Kedua tangannya terkepal erat. Tapi saat Alexandrite kembali melihat wajah Crystal yang sedang tertidur pulas dengan sangat damai seolah gadis itu tidak pernah merasakan sakit, rasanya seperti ada air suci yang baru saja menyiram kobaran api dalam hatinya. Alexandrite hendak membelai rambut gadis itu, tapi tangannya terhenti di udara saat sadar apa yang hampir terjadi. Apa yang hampir dia lakukan.
Dari semuanya, aku lah yang paling berbahaya untukmu. Justru akulah yang seharusnya dihukum dan dibinasakan. Aku membuat hidupmu semakin sulit dengan mengirimkan perintah untuk membunuhku. Padahal sebelumnya aku sangat yakin hanya kau yang dapat melakukannya. Sekarang aku tak tahu lagi apakah aku benar-benar bisa mati, atau apakah aku benar-benar ingin mati. Aku masih ingin mati jika itu bisa membuatmu menggapai apa yang kau inginkan, jika itu berarti menghilangkan satu lagi orang yang dapat menyakitimu di kemudian hari, tapi... Di saat yang sama... Sepertinya aku masih ingin menjadi suamimu dan berada di sisimu seperti saat ini.
Sambil memandangi wajah damai gadis itu, suatu pikiran terlintas di benaknya. Apakah Devlin tahu tentang luka-luka itu? Apakah Devlin tahu apa yang sudah dilewati adiknya itu untuk bisa berada di rumah ini? Jika Devlin tahu, seharusnya Devlin sudah sedari dulu menghancurkan Rougeville tanpa memedulikan bisnis-bisnis ayahnya di kota itu. Devlin bukan orang yang akan tinggal diam saat mengetahui luka-luka itu ada di tubuh adiknya.
Alexandrite menghitung kembali usia Crystal saat itu semua terjadi dan membandingkan dengan usia Devlin kala itu. Jika Crystal berusia sepuluh tahun saat itu, artinya Devlin berusia lima belas tahun. Saat itu Devlin baru saja lulus dari Akademi Lenoir dan mulai disibukkan dengan tugas-tugas dari Garnet dan kekaisaran sebagai putra pertama yang diakui sebagai keturunan Lenoir. Devlin pasti tidak tahu tentang keadaan Crystal saat itu.
Dengan sangat perlahan dan hati-hati, Alexandrite melepas lengannya yang sejak tadi memeluk Crystal, khawatir gadis itu terbangun. Tanpa memanggil pelayan, dia mengganti pakaiannya sendiri dan segera meninggalkan kamar itu dengan langkah-langkah sunyi agar tidak membangunkan Crystal yang masih terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Kill Your Rich Husband
FantasySebuah permintaan dari Istana sampai ke Keluarga Lenoir yaitu tugas untuk membunuh Putra Mahkota. Tidak diketahui siapa yang memintanya, tapi karena kesepakatan Keluarga Lenoir dengan keluarga Kaisar, Keluarga Lenoir harus melakukan tugas itu tanpa...