Chapter 15 : Alexandrite

148 26 0
                                    

Usai sarapan pagi, kami menunggu kereta yang akan mengantarkan kami ke pertambangan sambil membaca buku di ruang baca milik Duke. Alexandrite tampak serius meninjau isi laporan yang diserahkan oleh Duke terkait pertambangan itu. Karena penasaran, aku mendekat padanya dan turut membaca dari samping.

Rupanya Alexandrite sudah memanggil penyihir untuk menyelidiki pertambangan itu untuk berjaga-jaga jika ada kekuatan magis yang keluar dari tempat itu. Di laporan itu tertulis bahwa memang terdapat kekuatan magis yang belum diketahui pasti apakah berbahaya atau tidak, tapi penyihir itu merasakan kekuatan magis dari dalam pertambangan.

"Kau mau membacanya?" Alexandrite menawarkan padaku saat dia menyadari aku turut membaca laporan itu sambil berdiri di sampingnya.

Aku mengerjap, "Bolehkah?"

Aku tidak tahu bahwa dia akan menawarkanku untuk membaca laporan-laporan itu. Pertama, karena aku seorang perempuan. Di Clairentina, perempuan tidak bersekolah di Akademi—yang kumaksud bukan Akademi Lenoir melainkan Akademi Clairentina khusus bangsawan di Clairentina. Perempuan—kecuali Ratu, Calon Ratu dan Putri Mahkota—hanya akan mempelajari hal-hal yang dimaksudkan untuk dipelajari oleh perempuan seperti tata krama, menyulam, berias, cara mengatur rumah tangga, merangkai bunga, mempelajari sastra untuk membuat puisi dan sejenisnya. Dan alasan kedua adalah karena aku belum benar-benar menjadi bagian dari keluarga kaisar. Jadi memperlihatkan isi laporan itu padaku sama saja dengan menyerahkan rahasia negara pada pihak yang tidak berwenang. Aku bisa saja membocorkan hal ini pada kerajaan lain untuk menjatuhkan Clairentina.

Alexandrite mengangguk dan menyerahkan laporan itu padaku. Aku duduk di sampingnya dan meninjau isi laporan itu.

Lama aku membaca dan meneliti seluruh laporan itu, sementara Alexandrite hanya duduk diam di sampingku sambil memperhatikan. Dia tidak berusaha menginterupsi atau pun menunjukkan hal-hal yang perlu kuketahui padaku. Lagi pula aku paham kok semua yang tertulis di sini.

"Jadi, gua itu sudah lama berada di sana. Dan tidak ada satu pun yang pernah menyadari adanya permata di dalam batu-batu gua itu? Bagaimana bisa?" Tanyaku, usai aku membaca semua laporan itu bermenit-menit kemudian.

"Gua itu memang sudah lama berada di sana, tapi selama ini tidak ada yang pergi ke dalam gua itu selain para pendeta suci yang bertapa. Gua itu dulu dianggap suci. Tapi semenjak Kaisar mendirikan kuil, para pendeta suci tidak ada lagi yang pergi bertapa di gua dan gua itu pun terlupakan begitu saja."

Oh, begitu rupanya. Hal itulah yang tidak kupahami karena tidak ada di laporan yang kubaca. Secara keseluruhan, isi laporan dari Duke sangat lengkap dan teliti. Duke, di luar kebiasaannya mengoleksi wanita untuk ditiduri, ternyata cukup kompeten dalam hal membuat laporan. Atau mungkin juga sekretarisnya lah yang kompeten.

"Kenapa gua itu dipilih oleh para pendeta suci untuk bertapa? Kenapa tidak di gua lain?" Tanyaku lagi.

"Aku juga tidak tahu karena itu sudah lama sekali, lebih dari seratus tahun yang lalu. Tapi yang kudengar, setiap pendeta yang melakukan pertapaan di gua itu selama bertahun-tahun, mereka keluar dalam kondisi lebih bugar dan lebih muda. Entah itu hanya mitos atau bukan. Mungkin itu alasan mereka memilih gua tersebut."

Mendengar penjelasan dari Alexandrite, aku jadi semakin penasaran dengan permata itu. Jika apa kata Alexandrite benar, mungkin saja permata itu mengandung kekuatan suci yang dapat membuat para pendeta lebih bugar dan lebih muda. Atau ada hal lainnya.

Ada dua penjelasan tentang permata yang ditemukan Alexandrite. Dari sisi sains dan dari sisi magis. Tapi keduanya, mau aku memikirkannya berapa kali pun, sepertinya benar. Pada dasarnya, bahkan ilmu magis yang dipelajari oleh para penyihir pun berhubungan dengan ilmu sains tingkat tinggi. Para penyihir nyatanya dapat menyelesaikan soal-soal yang rumit lebih cepat dari lulusan terbaik Akademi.

How To Kill Your Rich HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang