Aku membawanya ke kamarku di Istana Putri Mahkota. Berbicara di tempat lain akan jauh lebih berisiko. Tapi di Istanaku, tidak ada orang-orang yang akan berani mencuri dengar. Aku meminta Sylvia dan pelayan lainnya untuk mengawasi sekitar dan tidak membiarkan barang tikus sekalipun menyelinap masuk ke Istanaku.
Tidak ada minuman yang kusediakan untuknya kali ini, tapi kami duduk berhadapan. Aku ingat beberapa hari yang lalu Astrophyllite yang duduk di tempat itu sambil minum wine Sylliam dan menceritakan tentang rahasia Alexandrite padaku. Saat ini Astroph mungkin sudah berada di tengah samudra dalam kapalnya sambil meminum wine lainnya dengan gadis lainnya yang dia bawa untuk teman perjalanan.
Aku buru-buru mengenyahkan pikiranku. Aku tidak bermaksud memikirkannya. Ini semua gara-gara wine.
"Baiklah. Apa yang ingin kau tanyakan?" Tanya Alexandrite.
Aku mengatakan bahwa aku ingin dia menjawab semua pertanyaanku dengan jujur dan benar. Dengan begitu suasana hatiku mungkin jadi lebih baik.
Mungkin juga tidak. Tapi tidak ada salahnya mencoba.
"Siapa kau?" Tanyaku.
"Alexandrite de Ecla—“
"Bukan namamu."
"Putra Mahkota Clairentina."
"Bukan itu. Jangan berkelit dan cepat berikan aku jawaban yang sesungguhnya." Desakku.
Alexandrite menghela napas panjang. Sepertinya sulit baginya untuk menjawab pertanyaan sesimpel itu. Padahal aku sudah menyimpan pertanyaan yang jauh lebih rumit untuknya. "Jawaban apa yang kau inginkan?" Tanyanya akhirnya.
"Jawaban yang masuk akal. Setidaknya aku harus tahu aku menikah dengan siapa atau apa."
Dia mengangkat sebelah alisnya, "Memangnya ada jawaban yang tidak masuk akal?"
Aku hampir kehilangan kesabaranku dan menikamnya lagi saat kemudian aku ingat dia tidak akan mati dan aku hanya akan mengotori karpetku dengan darahnya. "Kau tidak mati. Sudah kucoba berkali-kali untuk membunuhmu, tapi kau tetap tidak bisa kubunuh. Kau bisa membunuh monster seperti kami para Lenoir." Kataku. Aku harusnya menambahkan tentang wajahnya yang kelewat rupawan di luar batas manusia. Tapi tidak kulakukan. Itu hanya akan membuatnya senang. Aku juga harusnya menambahkan bahwa aku tahu dia bisa membakar orang. Itu juga tidak kulakukan karena belum saatnya. "Kau ini... bukan manusia kan?"
Alexandrite tidak langsung menjawabku. Hening beberapa saat hingga hanya terdengar suara napas kami yang teratur dan sayup-sayup musik pesta yang sudah hampir berakhir.
Alexandrite membenarkan duduknya, kini tampak lebih santai dari sebelumnya. "Untuk pertanyaan itu, aku bisa menjawabnya." Katanya. Matanya menatapku dalam-dalam seolah aku satu-satunya hal yang bisa dilihatnya. Seolah dia berada dalam terowongan gelap dan aku adalah cahaya kecil di ujung jalan. "Kau benar, Crystal. Aku bukan benar-benar manusia." Dia berkata pelan. Tapi dia tidak terdengar menakutkan. Seharusnya aku takut karena dia bukan manusia, tapi juga aku tidak melihatnya sebagai monster. Harusnya dengan mataku ini, aku bisa tahu jika dia adalah monster. Nyatanya tidak.
Dia bukan manusia. Dan dia juga bukan monster.
Sesuatu yang lain. Yang tidak teridentifikasi oleh mata Lenoir. Berbahaya.
Dia kemudian melanjutkan, "Tapi kalau kau tanya aku ini apa, aku sendiri tidak memiliki jawabannya. Aku tidak tahu aku ini apa."
Dia sendiri tidak tahu dia itu apa. Aku tidak tahu apakah dia jujur atau tidak.Aku teringat cerita dari Astrophyllite. Alexandrite mengajak gadis-gadis pelayan itu ke tempat sepi. Lalu gadis-gadis pelayan itu terbakar habis. Saat itu dia tidak memahami apa yang terjadi padanya. Kenapa dia bisa seperti itu. Itu sudah tiga tahun yang lalu. Kupikir saat ini dia harusnya sudah lebih tahu. Kupikir itulah sebabnya dia percaya diri menggenggam tanganku, karena dia yakin dia takkan membuatku terbakar. Karena dia sudah dapat mengendalikan entah iblis apa yang bersemayam dalam dirinya. Ternyata tidak.
![](https://img.wattpad.com/cover/273325162-288-k624421.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Kill Your Rich Husband
FantastikSebuah permintaan dari Istana sampai ke Keluarga Lenoir yaitu tugas untuk membunuh Putra Mahkota. Tidak diketahui siapa yang memintanya, tapi karena kesepakatan Keluarga Lenoir dengan keluarga Kaisar, Keluarga Lenoir harus melakukan tugas itu tanpa...