Chapter 13 : Gossip and Tea

158 26 2
                                    

Tentu saja aku berhasil. Alexandrite mengizinkanku untuk ikut bersamanya ke Duchy Stonewall. Kami akan berangkat besok pagi. Aku akan segera mengasah pisauku dan menyiapkan pisau cadangan serta rencana untuk membunuhnya setelah acara minum teh dengan Ratu dan Amethyst.

Tapi pertama-tama, acara minum teh.

Aku tidak ada masalah dengan Amethyst. Kami bisa mengobrol dengan santai dan dia teman mengobrol yang menyenangkan. Tapi kami harus memperhatikan etika dan berbicara secara formal di hadapan Ratu. Kami juga tidak bisa membicarakan banyak hal menyenangkan seperti gosip-gosip yang beredar di kalangan pelayan dan tentang buku-buku yang dia sarankan padaku. Jadi kami hanya membicarakan hal-hal biasa seperti cuaca hari ini dan kesibukan masing-masing.

Aku, tentu saja, mengenakan gaun yang merupakan simbol dari penyiksaan terhadap kaum wanita itu. Begitu pun dengan Amethyst. Padahal aku yakin dia tidak menyukai korset jika mengingat pertemuan pertama kami di perpustakaan. Kini setelah didandani dan dipakaikan gaun yang lebih mewah, dia benar-benar tampak seperti seorang putri. Bahkan tanpa itu semua Amethyst sudah terlihat cantik secara natural. Kini aku benar-benar bisa melihat kemiripannya dengan Ratu Yveria.

Kami membicarakan banyak hal tapi tidak ada topik yang dapat menjadi informasi tambahan yang kelak akan berguna untukku. Aku tidak benar-benar ingat apa yang sebenarnya sedang kami bicarakan saat tiba-tiba Ratu mengatakan, "Yah, kita memang harus selalu menjaga sikap di Istana. Jangan sampai perilaku tidak pantas kita menjadi bahan gosip para pelayan."

"Ibunda, bukankah terkadang para pelayan akan tetap mendapat bahan gosip bahkan saat kita tidak melakukan hal apa pun yang tidak pantas?" Balas Amethyst.

Aku sepertinya mengerti ke arah mana pembicaraan ini.

Ratu Yveria tidak menatap putrinya saat mengatakan, "Tidak ada asap jika tidak ada api." Dia menatap tepat ke arahku, tapi menghindari mataku. "Aku tahu memang terasa sulit awalnya. Tapi coba biasakan hal itu. Jangan biarkan dirimu menjadi bahan gosip."

"Ibunda..."

"Amethyst, putriku. Kau tidak ada dalam topik ini. Aku sedang memberikan nasihat kepada calon menantuku." Ratu meninggikan nada suaranya.

"Maafkan saya jika saya masih banyak kekurangan, Baginda Ratu." Ucapku langsung. Tidak ada gunanya menjelaskan apa pun padanya. Toh aku tetap gadis dari keluarga Lenoir yang memiliki reputasi buruk. Tidak ada cara untuk membuatku terlihat baik di hadapan Ratu.

"Astaga! Mereka bahkan tidak tidur bersama." Kata Amethyst langsung. Dia terlihat kesal pada ibunya sendiri. Ini bagus, karena paling tidak dia ada di pihakku.

Ratu buru-buru mengusir semua pelayan yang ada di sana agar menjauh dari tempat kami minum teh. Dalam sekejap para pelayan menghilang dari jarak pandang kami. Ratu melemparkan tatapan galak pada anak bungsunya itu. "Amethyst Libertia de Eclairienia le Clairentina! Ada cara yang lebih baik untuk mengatakannya." Dia tampak marah, tapi tetap dapat mengontrol emosi dalam suaranya.

"Ibunda terlalu berbelit-belit. Cukup tanyakan saja pada calon kakak ipar apakah gosip itu benar atau tidak. Lagi pula Putra Mahkota bukan orang seperti Astroph."

"Jaga omonganmu terhadap kakakmu."

Aku harus menghentikan perselisihan antara ibu dan anak ini meski aku suka menontonnya.

"Gosip itu sama sekali tidak benar, Yang Mulia." Ucapku.

Ratu kemudian melirikku, "Aku tahu. Aku jauh lebih mempercayai Putra Mahkota daripada putraku sendiri. Dia selalu menjadi teladan yang baik bagi adik-adiknya." Kata Ratu. Dia mengucapkannya seolah Alexandrite adalah anak kandung kesayangannya. Ada nada bangga dari kalimatnya saat memuji Alexandrite. Persis seperti cara para ibu menceritakan dan menyombongkan tentang betapa luar biasanya anak mereka pada ibu-ibu lainnya. Tapi Alexandrite bukan anak kandungnya.

How To Kill Your Rich HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang