Chapter 25 : So... Do you love me?

204 31 6
                                    

Usai membunuh Veela, Alexandrite mengajakku pergi ke atas tembok Mediva yang baru diperbaiki. Dia bilang ada yang ingin dia katakan padaku. Jadi aku mendengarkan.

"Aku tahu kau tidak akan pernah memaafkanku. Tapi aku benar-benar menyesal. Aku benar-benar minta maaf. Aku berjanji hal seperti tadi itu takkan terulang lagi. Aku tidak akan menyentuhmu lagi." Katanya. Tatapannya terus terpaku pada bekas luka bakar di tanganku yang masih terasa perih. Dia bahkan tidak berani menatapku.

Aku tidak akan menyentuhmu lagi. Kata-kata itu terus menggema di kepalaku seperti kutukan. Benar. Sekarang kalau dia menyentuhku, aku bukannya akan merasa tenang tapi malah terbakar dan mati. Seharusnya aku senang dengan janjinya itu.

"Bagus lah kalau begitu." Ucapku.

"Kita bisa mencari cara untuk menghilangkan bekas luka itu." Katanya.

Aku menatapi bekas luka bakar itu. Melingkar di sekitar pergelangan tanganku seperti sebuah gelang hitam yang jelek. Sihir mungkin bisa menyamarkan bekas luka itu. Mungkin juga bisa dihilangkan. Tapi aku bahkan punya banyak bekas luka yang lebih buruk dari itu di sekujur tubuhku, tersembunyi di balik pakaian yang kukenakan, dan aku tidak pernah berniat untuk menghilangkannya. Aku hanya pernah menyamarkan bekas luka yang ku koleksi itu dengan krim atau alas bedak saat aku ingin mengenakan gaun yang sedikit terbuka. Bekas luka selalu menjadi pengingat bagiku bahwa aku tidak boleh lemah. Aku harus lebih kuat dan harus berhasil menjadi kepala keluarga Lenoir.

Bekas luka bakar ini akan menjadi pengingat bagiku bahwa Alexandrite bukan manusia. Dia berbahaya dan bisa saja membunuhku. Ini akan selalu menjadi pengingat untukku kalau-kalau suatu saat aku mulai menjadi bodoh dan malah jadi jatuh cinta padanya hanya karena dia selalu berusaha memperlakukanku sebaik mungkin dan se-manusiawi mungkin. Padahal itu jelas hanya tipu daya darinya.

"Bekas luka ini tidak perlu dihilangkan." Kataku dengan tegas. "Biarkan saja seperti ini. Aku ingin ini menjadi pengingat untukmu. Aku ingin bekas luka ini menghantuimu dan membuatmu menyesal seumur hidup sama seperti Rosaline."

Dia menghela napas. "Crystal..."

"Oh, aku lupa. Aku tidak seharunya menyebut nama itu. Kau tidak mau membahasnya. Lupakan saja apa yang barusan kukatakan."

"Aku mencintainya." Dia mengakui. Matanya menatap ke kejauhan. Seolah jauh di sana dia dapat melihat arwah Rosaline yang tersenyum padanya.

Aku mencintainya.

Kenapa mendengar kalimat itu saja rasanya darahku mendidih. Kenapa aku rasanya ingin marah. Kenapa aku sekesal ini?

"Tapi itu dulu." Dia melanjutkan. "Sudah berlalu. Dulu aku benar-benar mencintainya dan ingin memilikinya. Kemudian, entah bagaimana, aku membakarnya sampai tak ada yang tersisa darinya. Aku sangat terkejut. Selama berhari-hari aku tidak bisa tidur dan bayangan tentang Rosaline yang terbakar di hadapanku terus menghantuiku sepanjang hari. Itu pertama kalinya seseorang mati terbakar di hadapanku. Itu pertama kalinya aku tanpa sengaja membunuh seseorang. Setelah dia, ada sebelas pelayan baru, tiga orang tahanan perang, dan lima orang rakyat biasa yang tak sengaja kutemui di jalan. Dan satu siluman kucing beberapa waktu yang lalu. Itu semua adalah orang yang kubunuh."

Ternyata jauh lebih banyak dari yang diceritakan Astrophyllite. Tapi tidak lebih banyak dari rekorku, tentu saja.

"Kenapa kau membunuh mereka?" Tanyaku.

Kini dia menatapku. "Aku tidak pernah punya niatan untuk membunuh siapa pun, Crystal. Sama seperti aku tidak pernah berniat untuk melukaimu. Itu terjadi begitu saja saat aku menyentuh mereka. Saat aku menyentuhmu."

"Tapi sebelumnya aku baik-baik saja." Sebelumnya sentuhanmu bisa membuatku tenang dan membuatku kecanduan seperti obat penenang terlarang. Tapi terlalu memalukan untuk kukatakan. Jadi aku tidak memberitahunya.

How To Kill Your Rich HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang