Aku akan menghampirinya. Aku akan minta maaf padanya, lalu menceritakan semua yang ingin dia ketahui. Dia punya hak untuk tahu semua rahasiaku.
Alexandrite terus mengulang kalimat-kalimat itu dalam hati seperti mantra. Tapi semuanya buyar saat dia melihat gadis itu memasuki aula pesta.
Gadis itu mengenakan gaun tanpa lengan berwarna merah yang serasi dengan kalung serta anting dari permata Ruby. Sewarna dengan matanya, pikir Alexandrite. Rambut hitamnya yang panjang ditata rapih ke atas sehingga memperlihatkan leher putihnya yang jenjang. Hidungnya yang tinggi, dagunya yang runcing hingga garis tulang selangkanya, bahu telanjangnya, semuanya terlihat sempurna. Dalam sesaat, Alexandrite lupa cara bernapas. Bagaimana bisa seseorang terlihat begitu bercahaya seperti bintang sekaligus begitu menyilaukan seperti matahari?
Gadis itu membelah kerumunan di sekitarnya, dia mengangguk ramah pada setiap orang yang menyapanya. Bibirnya yang merah sempurna melengkung membentuk senyuman manis nan menggoda di wajahnya. Semua orang yang melihatnya tidak dapat menyembunyikan kekaguman mereka. Beberapa lupa berkedip saat gadis itu melewati mereka. Sesuatu yang keji dalam diri Alexandrite ingin membutakan mata semua orang di ruangan agar hanya dia yang dapat melihat pemandangan indah itu.
Tapi gadis itu lebih dari sekedar pemandangan indah belaka baginya. Tidak ada yang pernah mengatakannya, tapi dia berhati malaikat. Sebelum berkenalan dengannya, Alexandrite hanya pernah mendengar ceritanya dari rumor-rumor yang tersebar di seluruh Clairentina. Putri dari keluarga Lenoir adalah gadis gila yang membunuh untuk bersenang-senang, tidak punya hati nurani dan belas kasih. Pernah juga Alexandrite mendengar rumor tentang keluarga Lenoir yang memakan daging werewolf dan minum darah vampire agar tetap kuat dan rupawan. Tapi Alexandrite tahu itu semua hanya rumor karena dia sudah lama berteman dengan Devlin Lenoir. Tapi setiap kali Alexandrite berusaha mencari tahu tentang adik perempuannya, Devlin akan mulai mengungkit-ungkit masa lalunya sehingga pembicaraan itu selalu berakhir dengan salah satu dari mereka terluka. Tentu saja Alexandrite tidak pernah menjadi pihak yang terluka. Jadi tidak ada cara lain untuk mengenal gadis itu selain berusaha sendiri.
Gadis itu jauh lebih 'manusia' dibanding semua manusia yang pernah Alexandrite kenal. Itulah pendapatnya setelah dia mulai dekat dengan gadis itu. Gadis itu selalu memperlakukan orang lain di sekitarnya dengan sopan padahal Lenoir biasanya tidak bersikap seperti itu. Bahkan meski pun para pelayannya yang sebelumnya tidak melayaninya dengan baik dan membuat gadis itu jatuh sakit hingga sekarat, gadis itu tidak pernah memarahi mereka. Alexandrite sampai harus turun tangan langsung untuk memberi hukuman pada mereka. Saat itu hampir saja gadis itu mati karena keacuhan para pelayannya. Jika gadis itu sampai mati, maka Alexandrite tidak akan punya harapan lagi. Alexandrite cukup yakin hanya gadis itu yang bisa membunuhnya dan membebaskannya dari penderitaannya.
Gadis itu juga sering terlihat di perpustakaan sedang membaca buku. Biasanya saat Alexandrite melewati bangunan perpustakaan, dia pasti melihat gadis itu di sana. Terkadang dia juga terlihat sedang mengobrol dengan adik perempuannya. Padahal Putri Amethyst bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain, mungkin karena Amethyst tidak terlalu tertarik dengan gossip yang digandrungi kaum wanita bangsawan melainkan lebih tertarik pada buku-buku dan ilmu pengetahuan. Dan gadis itu jelas memiliki ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan juga. Terbukti dari caranya membantu Alexandrite meneliti batu permata yang ditemukannya. Belum pernah Alexandrite bertemu dengan gadis sepintar dan semenakjubkan dia.
Alexandrite ingat sewaktu mereka makan siang bersama di salah satu restoran di Mediva, gadis itu meminta Alexandrite untuk membeli makanan lebih. Awalnya Alexandrite tidak mengerti alasannya, tapi kemudian Alexandrite membuntuti gadis itu berjalan melalui gang-gang sempit di Mediva tanpa sepengetahuannya. Gadis itu memberikan makanan-makanan tersebut pada anak-anak jalanan yang kurus tak terawat. Alexandrite masih mengingat sorot mata gadis itu saat menatap anak-anak itu makan dengan lahap. Seolah gadis itu memahami penderitaan yang dialami anak-anak itu. Ketulusan terpancar darinya. Saat itu lah Alexandrite berpikir, seorang Ratu yang baik pastilah memiliki sorot pandang seperti itu di matanya saat mengasihi rakyat-rakyatnya. Gadis itu bisa menjadi Ratu yang baik, tapi Alexandrite tidak pernah merasa pantas menjadi seorang Kaisar. Dia teringat pada perkataan Devlin Lenoir padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Kill Your Rich Husband
FantasySebuah permintaan dari Istana sampai ke Keluarga Lenoir yaitu tugas untuk membunuh Putra Mahkota. Tidak diketahui siapa yang memintanya, tapi karena kesepakatan Keluarga Lenoir dengan keluarga Kaisar, Keluarga Lenoir harus melakukan tugas itu tanpa...