"Membunuh siapa?" tanyaku lagi. Karena sepertinya aku salah dengar.
"Alexandrite de Eclair Le Clairentina. Putra Mahkota Kekaisaran Clairentina."
Surat dari kekaisaran yang baru saja tiba, yang membuat Garnet tertawa keras dan membuat kami semua diminta untuk berkumpul di ruangan ini adalah surat perintah membunuh dari salah satu anggota keluarga kekaisaran. Di Istana, hanya ada tiga orang yang memegang stempel tersebut yaitu Kaisar, Ratu dan Putra Mahkota. Salah satu diantara mereka mengirimkan surat ini sebagai perintah untuk Lenoir agar membunuh satu-satunya Putra Mahkota Kekaisaran ini, orang yang akan segera dinikahkan denganku, Alexandrite.
"Ini bukan tugas biasa. Jadi kalian harus pikirkan baik-baik sebelum mengajukan diri untuk melakukan tugas ini. Sekarang pergilah dan bersiap untuk makan siang." Kata Garnet.
Setelah semua orang pergi, aku tetap berada di ruangan itu. Masih berdiri di tempat yang sama sejak awal.
Jika Alexandrite mati sebelum hari pernikahan, bukankah itu akan bagus untukku? Aku jadi tidak perlu menikah dengannya. Siapa pun di antara kami, aku tidak peduli, seseorang harus mengambil tugas ini dan membunuhnya. Tidak. Mungkin aku yang harus mengajukan diri. Akan lebih baik jika aku berhasil melaksanakan tugas ini."Kau tidak pergi?" Tanya Garnet setelah menyadari aku masih di ruangannya.
"Aku akan melakukannya."
Garnet menaruh buku yang tadi baru akan dibacanya, dan mengalihkan tatapannya padaku. "Melakukan apa? Menikah atau membunuhnya?"
Aku tersenyum. Ayahku sudah tahu apa maksudku. Garnet tahu, lebih dari siapa pun, hanya aku yang dapat melakukannya. "Keduanya. Aku akan masuk ke Istana sebagai calon pengantin Putra Mahkota dan keluar dari Istana secepat mungkin usai membunuhnya. Serahkan tugas itu padaku, Ayah." Aku menatapnya dengan sungguh-sungguh, memperlihatkan keseriusan dalam perkataanku.
Untuk beberapa saat yang bagiku terasa cukup lambat Garnet tidak mengatakan apa pun. Dia hanya menatapku dalam diam, menilaiku. Kesunyian di antara kami terasa menegangkan hingga rasanya aku dapat mendengar suara detak jantungku sendiri.
Setelah beberapa saat menegangkan itu, akhirnya Garnet berdiri dari duduknya dan menghampiriku. Dia menepuk bahuku.
"Kau memang benar seorang Lenoir." Kata Garnet dengan bangga. Dia tersenyum, tidak, dia menyeringai dengan mengerikan. Mata merah darahnya tampak berkilat. Manusia biasa yang melihatnya mungkin akan pingsan karena takut. Tapi aku melihatnya sebagai penilaian bagus darinya untukku. Dia menganggapku cukup layak untuk diakui sebagai salah satu anaknya. "Baiklah, hadiah apa yang kau minta?"
Ada peraturan tidak tertulis di keluarga kami. Jika ada perintah membunuh yang datang dari kekaisaran, maka hanya ada satu orang yang diperbolehkan melakukan tugas itu. Dan orang itu diperbolehkan meminta hadiah pada kepala keluarga. Aku akan meminta hal yang sama yang pernah diminta oleh Ruby.
Aku mengumpulkan semua keberanianku dan menatap Garnet, memasukkan tekad kuatku dalam tatapanku, "Jadikan aku calon pewaris utama menggantikan Devlin."
Garnet mengangkat sebelah alisnya, menganggap permintaanku itu sesuatu yang tidak pantas kuminta. "Itu permintaan yang besar. Ruby pernah meminta hal yang sama dariku tapi dia gagal."
Aku menelan emosiku saat Garnet dengan mudahnya menyebut nama putrinya yang lain. Putrinya yang tidak dipedulikan olehnya lagi. "Aku tahu." Jawabku.
"Devlin adalah calon pewaris yang sangat berbakat. Kemampuanmu belum mencapai setengah dari kemampuannya." Kata Garnet sambil menatapku dengan tajam seolah memberi peringatan padaku bahwa aku sebaiknya tahu diri dan meminta hal lain sebagai hadiah. Tapi aku tidak akan melakukannya. Hanya hal itu yang kuinginkan darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Kill Your Rich Husband
FantasiaSebuah permintaan dari Istana sampai ke Keluarga Lenoir yaitu tugas untuk membunuh Putra Mahkota. Tidak diketahui siapa yang memintanya, tapi karena kesepakatan Keluarga Lenoir dengan keluarga Kaisar, Keluarga Lenoir harus melakukan tugas itu tanpa...