Aku merasa ada sesuatu yang hilang dariku.
Setelah dua hari, barulah aku menyadari, suara menjengkelkan itu yang biasa mengisi hari-hariku tidak ada. Aku merindukan Kevin.
Tapi berkat usahaku mendekati Luna, aku jadi tidak terlalu kesepian. Luna memang tidak selalu datang ke acara minum teh maupun makan malam, tapi dia selalu ada di ruangannya dan terkadang di ruang baca. Jadi aku yang mendatanginya ke sana untuk sekedar mengobrol atau mengorek informasi darinya. Biar bagaimana pun, dia adalah salah satu Istri Garnet. Dia pasti mengetahui sesuatu. Baik itu tentang Moira yang bagaikan hilang ditelan bumi maupun tentang Devlin yang mungkin bukan anak kandung Garnet.
Berbicara dengan Luna ternyata tidak se-membosankan yang aku pikirkan. Tentu saja ada alasan kenapa Garnet sampai ingin menikahinya. Dia adalah pendengar yang baik dan tidak suka menggurui lawan bicaranya meski lawan bicaranya adalah anak tirinya yang jauh lebih muda darinya. Dia juga berwawasan luas karena senang membaca buku, jadi kami bisa cocok bicara tentang apa pun. Saat kami mengobrol berdua saja, terkadang dia bisa menjadi sesosok ibu, sesosok kakak perempuan dan teman sebaya. Wanita itu benar-benar baik dan tulus. Aku sampai merasa sedikit bersalah karena berniat mempergunakannya sebagai salah satu sumber informasi sekaligus pendukungku.
"Ibu, apakah ibu tahu ke mana perginya Ibu tiriku yang lain, Ibu kandung Keirian?" Tanyaku akhirnya di suatu sore saat kami sedang berada di ruang baca. Ruangan itu lebih mirip seperti perpustakaan yang besar. Bahkan perpustakaan yang ada di Akademi tidak sebesar ini.
"Nyonya Moira?" Luna tampak terkejut. Reaksi yang wajar. Semua orang sepertinya akan menunjukkan reaksi seperti itu jika aku menanyakan tentang Moira. Hal itulah yang membuatku semakin penasaran padanya.
"Iya. Apa ibu tahu?" Tanyaku, sambil menunjukkan tampang polos yang tidak tahu apa-apa. Luna menyukai anak yang polos tanpa dosa. Sayangnya, aku bukan anak seperti itu. Tidak ada satu pun dari kami yang seperti itu.
"Aku... uhm... Saat Tuan Lenoir menikahiku dan mengajakku ke sini, Nyonya Moira sudah tidak tinggal di sini lagi." Katanya dengan gugup.
Dia menyembunyikan sesuatu. Dia tidak benar-benar mengatakan tidak tahu. Dia hanya mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Saat mereka menikah itu artinya sekitar satu tahun yang lalu. Saat itu Moira memang sudah tidak tinggal di rumah ini. Tapi bukan berarti Luna benar-benar tidak tahu."Apa Nyonya Moira juga tidak pernah datang untuk menemui Keirian? Aku hanya bersimpati pada Keirian. Aku tahu rasanya kehilangan seorang Ibu. Tapi setidaknya Keirian masih memiliki ibu meski tidak tinggal di dekatnya." Aku mulai mengeluarkan aktingku.
Sepertinya itu berhasil. Luna menatapku dengan perasaan bersalah seolah dia tidak mau berbohong padaku.
"Sebenarnya Nyonya Moira—“
"Luna."
Aku menghela napas. Aku mulai curiga sebenarnya sejak tadi orang itu sudah mendengar percakapan kami. Dia mungkin membuntutiku ke mana-mana karena dia sepertinya selalu datang di saat yang tepat.
Benar, itu adalah Devlin. Berjalan dengan santainya ke arah kami berdua, tampak seperti dewa kematian yang mengincar nyawaku. Dia menatapku dengan tajam."Dokter datang untuk memeriksa kandunganmu. Sebaiknya kau cepat pergi." Katanya pada Luna tanpa mengeluarkan ekspresi apa pun.
"Baiklah. Sampai jumpa lagi nanti, Crystal." Katanya, sebelum pergi. Terlihat sangat jelas bahwa dia pergi bukan karena dokter, tapi karena takut kepada Devlin.
Devlin memang memiliki hal yang membuat semua orang takut padanya aku sendiri tidak tahu apa. Seolah ada aura mengerikan di sekelilingnya. Meski kami semua sama-sama pembunuh dan kami sama-sama memiliki mata merah Lenoir, entah kenapa dia lebih mengerikan dari semua anak Lenoir. Bukan wajahnya. Tentu saja bukan. Kami semua yang memiliki darah Lenoir dikenal memiliki paras yang lebih rupawan dari manusia lainnya. Devlin sudah menjadi buah bibir para gadis-gadis di Akademi saat dia masih belajar di sana dulu dan bertahun-tahun setelah dia lulus, gadis-gadis di Akademi seangkatanku masih suka memandangi lukisannya yang terpajang sebagai salah satu lulusan terbaik Akademi Lenoir. Dia tampan sekaligus mengerikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Kill Your Rich Husband
FantasySebuah permintaan dari Istana sampai ke Keluarga Lenoir yaitu tugas untuk membunuh Putra Mahkota. Tidak diketahui siapa yang memintanya, tapi karena kesepakatan Keluarga Lenoir dengan keluarga Kaisar, Keluarga Lenoir harus melakukan tugas itu tanpa...