Chapter 1 : A Dress To Kill

526 41 0
                                    

Satu Bulan Sebelumnya...

Burung gagak kecil terbang rendah di atas kubangan danau yang terbuat dari darah. Gagak dewasa lainnya terbang mendekat. Burung gagak kecil itu takut, jadi dia menjauh. Tapi semakin jauh dirinya terbang, semakin dekat dia pada kematian.

Entah sudah berapa banyak nyawa yang hilang malam ini. Tapi aku tidak akan berhenti sebelum tujuanku tercapai. lima ratus nyawa. Hanya jika aku berhasil mencapai angka itu barulah aku dapat bertahan hidup.

Kenapa?

Itu karena aku ditakdirkan untuk ini. Pria atau pun wanita. Tua atau pun muda. Kaya maupun miskin. Aku bahkan tidak perlu melihat wajahnya terlebih dahulu. Aku bisa menghabisi mereka semua dengan tangan kosong semudah merobek kertas. Semudah bernapas. Aku terlahir dengan bakat ini. Bakat yang digunakan untuk merampas kehidupan. Takdir yang telah dilimpahkan padaku sejak hari aku dilahirkan.

Aku melihat bayanganku sendiri di air danau yang sudah berubah menjadi merah. Gaun tidurku yang berwarna putih penuh dengan noda darah. Gaun lainnya yang harus kubakar saat aku pulang. Pantulan diriku di danau itu tidak dapat kukenali. Gadis yang ada di sana tersenyum menatapku. Senyumannya sangat mengerikan sampai menembus tulangku. Matanya berkilat merah. Mata berwarna merah darah yang selama ini kubenci itu ternyata terlihat sangat indah dan mendebarkan.

"Empat ratus sembilan puluh delapan... Empat ratus sembilan puluh sembilan..."

Aku menangkap sekelebatan bayangan bergerak di belakangku saat aku masih menghitung jumlah mayat di tempat pembantaian ini. Ah, dia membuat semuanya menjadi lebih mudah untukku.

Tanpa menoleh ke arah pergerakannya,  aku segera menangkapnya dengan tangan kosong. Anak itu meronta-ronta dalam genggamanku. Usianya terlihat sekitar lima atau enam tahun. Gadis kecil dengan mata berwarna oren terang dan rambut pirang. Dia mengenakan gaun berwarna kuning terang yang terlihat sangat cantik padanya. Boneka kelinci yang sedari tadi dipegangnya kini tampak kotor terkena cipratan darah.

"Kulitmu sedingin es, tapi ada rona merah di pipimu. Mata yang terlihat sangat indah dan mempesona, tapi terasa sangat kosong. Biar kutebak... Ibumu pasti salah satu vampir yang telah berhasil aku penggal malam ini. Dimana dia? Mari kita temui dia terlebih dahulu..."

Aku membawa anak itu menyusuri ratusan mayat yang bergeletakan sembarang dengan mencengkeram lehernya. Setelah ini aku harus segera memperbaiki riasan kuku-kukuku. karena semuanya ternoda oleh darah. Mau tak mau aku menginjak beberapa di antara mayat-mayat itu. Tanah di hutan ini terlalu berlumpur, aku tidak mau sepatuku kotor, jadi aku harus menginjak mereka.

"Ah, itu dia. Ayo ucapkan salam kepada ibumu... 'Ibu, aku akan segera menyusulmu. Tunggu aku ya...'"

"Ja...ngan..."

Krek.

Dengan satu gerakan tanganku, kepala anak itu terlepas dari tubuhnya. Bangsa vampir biasanya tidak merepotkan karena mereka tidak mengeluarkan darah. Tapi anak ini sepertinya adalah Halfing—berdarah campuran antara monster dengan manusia. Jadi darahnya menciprati wajahku. Menjijikkan, tapi terasa sangat menyenangkan.

"Lima ratus."

Aku tersenyum puas. Tidak, aku harusnya menari. Aku harus segera menyiapkan gaun terbaikku untuk besok. Aku sudah berhasil mencapai targetku malam ini. lima ratus monster berhasil kulenyapkan. Besok aku akan segera mendapatkan undangan untuk masuk ke kediaman Lenoir. Rumahku sendiri. Rumah yang telah lama aku tinggalkan dan lupakan. Tapi semakin aku berusaha menjauhi rumah, semakin banyak yang diambil dariku. Maka aku tidak bisa menghindarinya lagi. Jika mereka telah mengambil semuanya dariku, maka aku tidak punya apa pun lagi yang bisa mereka ambil. Jadi ini giliranku untuk mengambil semuanya dari mereka. Rumahku, Keluargaku, kedudukanku, dan kekuasaan penuh sebagai kepala keluarga Lenoir. Keluarga pembunuh. Pedang Iblis Kekaisaran Clairentina. Aku, Crystal Lenoir, akan masuk ke kediaman Lenoir dan mengambil alih kekuasaan Lenoir.

How To Kill Your Rich HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang