ー10

574 99 8
                                    

08.00 PM—sora keluar dari kamar mandi lalu menghempaskan tubuhnya ke ranjang. tangannya mengusak rambutnya yang masih basah dengan handuk.

hanya melamun, sekelebat memori kejadian tadi siang melintas, membuatnya mendecak kasar.

"orang gila brengsek. bagaimana bisa mikey menemukan orang semenyebalkan dia sih." gumamnya jengkel.

baru kali ini ia bertemu dengan orang sejenis haruchiyo sanzu yang sangat sangat sangat menyebalkan. membuat kepalanya hampir pecah hanya karena si orang kedua bonten menyebutkan nama marganya.

"tch, manusia sialan." makinya ketika mengingat nama marganya disebut.

tidak. ia tidak mau nama itu muncul bahkan di dalam benak dan pikirannya sendiri.

meski ia lahir dari pemilik marga sebelumnya dan memiliki ikatan darah, itu tak membuatnya berhenti untuk membenci marga dan orang itu.

sampai mati pun ia tak akan mengakui fakta bahwa ia lahir dari keluarga itu. tidak sama sekali semenjak kejadian dua puluh satu tahun lalu.

dan ia juga mempunyai panggilan untuk nama marganya, yaitu marga terkutuk. sora tak sudi memiliki marga itu, apalagi kalau ada yang memanggilnya dengan nama marganya.

"sudahlah. buat apa juga aku memikirkan marga terkutuk itu." helaan nafas berat keluar dari celah bibirnya.

sora kembali melamun, sampai,

"oh ya, sedang apa dia sekarang?"

menyadari apa yang baru saja ia katakan, ia langsung menutup mulutnya dan memukulnya pelan. "apa-apaan, kenapa aku malah memikirkan dia." ucapnya kesal.

namun setelah itu, semburat merah muncul di kedua pipinya. merasa wajahnya memanas, sora menutup wajahnya dengan tangan.

"aku tidak mengerti. sebenarnya, apa yang kurasakan sejak kemarin?" gumamnya heran.

jantung yang berdetak lebih kencang, pipi yang selalu memerah ketika dibuat malu, ataupun senyuman-nya yang sekarang bisa membuatnya tersenyum sendiri layaknya orang gila.

"tunggu, aku masih sehat kan?" sora segera menaruh punggung tangannya di dahinya. kerutan terbuat, "aku tidak sakit. lalu aku kenapa?"

ia benar-benar bingung.

sora belum pernah merasakan hal seperti ini dalam dua puluh tujuh tahun hidupnya. dan pertama kali ia merasakannya, ia tak tau harus berbuat apa dan bertanya pada siapa.

eh tunggu. ia pernah bertanya pada kakucho, tapi mereka malah berujung dengan perdebatan 'berisik-tak berisik'.

bertanya pada anggota inti lain, ia tak dekat. atau takeomi? ia kan seorang penasihat.

"tapi ia penasihat bonten bukan masalah personal." gumamnya.

atau mikey?

"nanti mikey malah menyuruhku untuk bertanya pada taiyakinya lagi." lanjutnya berpikir.

"masa bertanya pada rami sih?"

fyi, rami adalah tangan kanannya.

karena ia lahir dari keluarga mafia, ia juga mempunyai asisten atau tangan kanan. dan ia punya dua orang tangan kanan. rami adalah salah satunya.

walaupun ia sudah menjadi anggota inti bonten, mikey memperbolehkannya untuk membawa bawahannya.

berpikir ulang, ia memutuskan untuk bertanya pada tangan kanannya itu. "ya sudah deh. tanya rami saja." putusnya.

ia bangkit dari berbaringnya saat kenop pintunya berbunyi.

sora menoleh, dan mendapati kenop pintunya yang terus-terusan ditekan. ada seseorang yang berusaha masuk.

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang