ー29

117 12 1
                                    

negosiasi masih berjalan dengan kompensasinya kau.

sora menyakukan kembali ponselnya, seringai puas masih terpatri cantik di bibir pink-nya. “kau benar-benar ingin mati ternyata.” ia berkata.

bahunya terangkat acuh tak acuh. "tapi tak apa, terima kasih sudah mengabulkan keinginanku secara tak langsung. kebetulan, aku benar-benar ingin kau lenyap dari muka bumi."

pria bermanik cokelat itu tertawa geli, irisnya berkilat senang. "inilah sebabnya aku menyukaimu, sora. kau memang berbeda dari perempuan lainnya."

sebelah alisnya menukik, "yah kuakui aku memang berbeda dari perempuan biasanya. namun bagaimanapun, tak ada perempuan yang mau dengan seseorang sepertimu pastinya." pungkasnya.

pemimpin yaida menggelengkan kepala, tidak terpengaruh dengan ucapan yang dilontarkan sora.

kedua tangannya menyatu, mengeluarkan bunyi pak kecil. "baiklah, tak perlu berlama-lama lagi—wow wow wow." kedua matanya mengerjap kaget.

hampir saja matanya tertancap pisau kalau saja ia tak menghindar dengan gesit.

ia melirik.

"kau berisik sekali, sialan. sudah cukup aku menunggu seraya merasa jijik sejak kau muncul." hideo menyela dengan sadis.

ya, yang melemparnya barusan dengan pisau adalah hideo.

dari raut wajahnya, terlihat jelas bahwa ia sudah merasa muak dengan percakapan antara sang adik dengan musuh mereka.

—atau bisa dibilang ia sudah enek melihat wajah si pemimpin sedari tadi.

rasa tak suka dan mual yang sangat besar membuncah ketika ia mendengar ucapan demi ucapan tentang sora yang dikeluarkan pemimpin yaida.

"seharusnya memang kubunuh saja kau waktu itu, aku sangat menyesalinya." hideo mendecak kasar.

saat sora diturunkan untuk menyelesaikan masalah yaida, hideo juga ikut menemaninya dan juga ikut andil dalam pertempuran kala itu.

ia berada di samping sora ketika adiknya dulu mendapat bagian menyelesaikan si pemimpin.

sang pemimpin memicingkan mata, bibirnya membulat. "ah, ternyata kau masih hidup rupanya. kurasa aku mendengar jika kau sudah mati? padahal aku sudah senang kau tak ada."

hideo mendengus. "sayangnya harapanmu tak terkabul, terima kasih."

sora tertawa kecil melihat perdebatan mereka. ia menepuk bahu hideo,

"tak perlu berbicara panjang lebar lagi. keluarkan pasukanmu.”

“dengan senang hati, sayang.”

perlahan, si pemimpin berjalan mundur. hingga ia tenggelam dalam gelapnya hutan dan menghilang.

sora berjalan lebih dulu, memimpin. yang lain mengikuti dari belakang.

"jangan gentar. tetap siaga."

tak ada yang menjawab, namun semuanya mengerti dengan pasti maksud pemimpin mereka.

"selamat datang kembali di hutanku, sora. semoga kau menikmatinya."

tak ada tanggapan dari orang keempat bonten itu. ia membiarkan suara sang musuh bergema di gelap dan dinginnya hutan malam.

sora berhenti, tangannya terangkat. bawahannya pun ikut berhenti melihat arahan ketua mereka.

dalam sekejap,

syut!

dor!

trang!

jari lentik itu berada di pelatuk revolver, moncongnya mengeluarkan asap putih.

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang