ー15

441 81 11
                                    

"apa yang kau lakukan, ryo?! turunkan pistolmu!"

"Ini sebuah revolver, kira. bukan pistol."

"apapun itu jauhkan dari jangkauan sora! bagaimana bisa kau menodongkannya ke arah kami?!"

pria berpostur tinggi besar yang berdiri di dekat pilar itu mengelus revolver-nya. manik biru langitnya menyorot tajam, tapi disaat yang bersamaan ada sirat sendu di sana.

"aku mencintaimu, kira. sangat mencintaimu. tapi di lain sisi, aku juga membencimu. sangat membencimu sampai ke tulang-tulangku." ungkapnya.

wanita bersurai cokelat panjang itu terdiam sejenak sebelum tersenyum getir. "jadi ini balasanmu? akan membunuh kami setelah lima tahun ini?"

pria yang dipanggil ryo itu menggelengkan kepala lalu mengangguk. ia berjalan mondar-mandir, sesekali berhenti sambil menodongkan revolver-nya lalu kembali mondar-mandir.

"ibu?" anak kecil yang memiliki perpaduan orang tuanya itu memanggil sang wanita.

kira menoleh dan berjongkok dengan senyuman yang menghiasi paras cantiknya. jarinya mengusap pipi anak kecil itu. "sora tak perlu khawatir. ibu ada disini."

"keluarkan sora dari sini atau kalian berdua kutembak."

"ryo!"

pria itu menodongkan senjata apinya. "cepat pilih, kira. pilihan ada di tanganmu."

kira menggeleng. "tapi sora putrimu, ryo. coba pikirkan lagi. kau tak mungkin membunuh putri kita bukan?"

"kalau begitu kau saja yang berkorban."

cklek

dar!

sora menutup telinganya dan memejamkan mata erat-erat. ia sampai terjatuh karena terkejut dengan suara tembakan yang sangat keras.

perlahan matanya terbuka, dan melihat ibunya yang masih berdiri.

"ibu…?"

bruk!

sora kecil mengerjapkan mata, bingung kenapa ibunya tiba-tiba jatuh.

kaki kecilnya bangkit lalu berjalan mendekati ibunya. ia berjongkok. netranya memperhatikan darah yang mengalir keluar dari mulut sang ibu.

"kenapa ada merah-merah yang keluar dari mulut ibu?" tanyanya sambil memiringkan kepala.

sudut bibirnya tertarik sedikit, mengulas senyum tipis. tangan kanannya terangkat, mengusap pipi gembil putrinya. tatapan matanya dalam sekejap berubah sayu.

"sora, putri kecil ibu. hiduplah...dengan baik...ya?"

perempuan kecil berambut sebahu lebih itu mengerutkan dahi bingung. "apa maksud ibu? ibu kan akan terus bersamaku."

kira hanya bisa tersenyum sedih. tak bisa dibendung, air matanya keluar. "maafkan...ibu...sora…"

"kenapa ibu menangis? aku kan sedang tidak sedih." ujar sora kecil sambil memajukan bibir.

tangan kira merosot dan jatuh ke lantai kayu. tatapan matanya kosong. perlahan, tubuh sang ibu mendingin. dan berakhir dengan terbujur kaku.

sora mengerjapkan mata lagi ketika genangan darah mengenai kakinya. ia menyentuhnya lalu mendongak menatap ibunya.

"ibu? ibu, ayo bangun. kenapa ibu tertidur dengan mata terbuka?"

ia menoleh ke sang ayah yang hanya diam. bibirnya mencebik kesal. "ayah, kenapa ibu tidur dengan mata terbuka? apa matanya tidak sakit?"

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang