ー30

114 7 7
                                    

"kak! astaga, aku tidak mau mati konyol!"

kendaraan roda empat berwarna hitam melesat kencang di jalur sepi.

si sulung—ran, mengendarai mobil layaknya kesetanan. tak dihiraukannya teriakan sang adik yang meminta dipelankan.

saat yuta meneleponnya dan memberitau kondisi kekasihnya, kala itu juga hati ran mencelos. raganya memang berada disitu, tapi hatinya bagai terjun bebas ke jurang tak berujung.

yang ada di pikirannya hanyalah pergi ke sora—sekarang!

"kak! astaga, disana ada anggotanya! ia juga pasti sudah mendapat pertolongan pertama!"

"diam, rindou." desisnya.

rindou bungkam. tak lagi berani mengeluarkan suara melihat ekspresi sang kakak yang sudah mengeras, rahangnya terlihat mengetat.

"sial."

perjalanan yang sebenarnya hanya memakan waktu lima puluh satu menit dari air terjun akiu sampai kuil yakushido, terasa seperti seribu tahun lamanya.

meski begitu, dengan caranya berkendara, ran berhasil memangkas waktu menjadi empat puluh menit.

matanya membelalak ketika melihat gunung api yang masih berkobar marah. asap panasnya mencuat tajam, memamerkan warna kemerahannya.

segera ia turun dari mobil. netranya memperhatikan keadaan yang tengah terjadi di hadapannya.

bangkai mobil terlihat. hanya tersisa kerangkanya saja yang masih terbakar.

dan tidak ada tanda-tanda kekasihnya.

"haitani-san!"

ran menoleh dan berlari ke orang yang ia duga salah satu anggota sora.

"dimana sora?!"

"ikuti saya!"

mereka memasuki rumah yang tidak terkena lidah api. ran bisa melihat ada banyak orang berkerumun di sekitarnya.

perasaannya semakin was-was ketika melihat salah satu tangan kanan sora yang menangis saat ia masuk.

permata violetnya membelalak ketika menangkap kedua kaki kekasihnya yang berwarna hitam.

"apa sudah diobati?" ran menyahut cepat, berjongkok di samping hideo.

hideo mengangguk, "hanya pertolongan pertama. sora tetap harus diobati oleh dokter." jawabnya.

kepala bersurai dwiwarna itu mengangguk. lengannya dengan hati-hati membalik tubuh sora. "sudah menghubungi mikey?"

yuta membalas, "sudah. mobil bantuan akan datang. tapi pasti akan lama."

ran mengangkat tubuh sora. hatinya serasa diremas oleh tangan tak kasat mata ketika melihat kondisi kekasihnya.

bibirnya menyapu pucuk kepala gadisnya. berkali-kali.

setidaknya ia bersyukur tidak terjadi sesuatu yang lebih parah daripada ini.

si eksekutif bonten bangkit. "beberapa orang bisa ikut di mobilku." katanya. "aku akan pergi ke kenalanku disini."

hideo mengangguk. ia menoleh, menarik rami mendekat. "kau ikutlah," perempuan itu mengangguk ribut, tidak membantah.

"apa ada yang terluka lagi?" rindou yang sedari tadi diam, akhirnya bersuara. netra senada surainya melirik kala sang kakak melewatinya.

"hi-hideo, jarimu," rami berucap terbata.

kakak sora itu menatap jarinya.

sakit. tapi tak sesakit hatinya melihat sang adik yang lebih terluka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang