ー18

349 61 6
                                    

"pengambilan narkoba jam sepuluh nanti aku serahkan padamu. jangan lupa untuk berhati-hati karena mereka bisa saja melakukan penyergapan. kalau ada apa-apa, segera hubungi aku. dan kau, temui pengantar senjata yang ada di gedung pusat perbelanjaan lima kilometer dari sini. yang lain, aku akan mengurusnya sendiri."

kedua orang yang merupakan anak buahnya mengangguk lalu keluar dari ruangan.

sora menghela nafas dan bersandar pada meja. jarinya membalik lembar-lembar demi lembar yang adalah sebuah laporan.

ia menyugar rambutnya. "pengeluaran bulan ini lumayan juga. apa aku harus bicara pada akashi san? jumlah uang yang dikeluarkan tidak main-main."

perempuan itu terus bergumam, menghitung jumlah uang yang tertera di laporan. sesekali matanya memicing saat melihat angka yang besar.

pintu diketuk, menunjukkan yuta dengan setelan jas semi formalnya. "sora, ada tamu."

sora mengangguk masih dengan mata yang fokus pada laporan. "suruh masuk saja."

yuta membuka pintu lebih lebar. "tapi ini bukan tamu biasa."

perempuan itu mengangkat kepala, penasaran dengan apa yang dikatakan oleh rekannya. ia terenyak saat melihat siapa sang tamu.

seorang pria setinggi yuta dan tentu saja tampan, masuk dengan senyuman yang terpasang di bibirnya. surai hitamnya sedikit bergoyang seiring ia berjalan masuk.

"sudah lama tidak bertemu, kurasa?"

sora mengerjapkan mata, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"t-tunggu, apa aku sedang berhalusinasi? mana b-bisa seseorang yang sudah mati hidup lagi?" tanpa ia sadari, jarinya menekan kertas sampai berkerut.

pria itu terkekeh, lalu melangkah maju.

"sora, ingin melihat bunga sakura?"

"sora, ingin melihat bunga sakura?"

netranya melebar.

lembaran kertas berhamburan jatuh seiring sora berlari dan langsung menerjang pria itu.

sedangkan pria tampan itu tertawa dan balas memeluknya. tangannya mengusap punggung sora yang bergetar.

"jangan menangis, kausku basah semua nanti."

tawanya meledak kala sora memukulnya. ia menarik diri lalu mengusap kedua mata sora. "sudah sudah, nanti kau pusing dan matamu sembab."

"kenapa-kau masih hidup-"

"hei, harusnya kau bersyukur aku masih hidup."

"bukan itu!"

"iya iya maaf, sayang."

yuta yang melihat kejadian di hadapannya, menggelengkan kepala. ia memilih keluar, membiarkan keduanya sendiri.

pria itu mengangkat sora lalu mendudukkannya di atas meja. tawanya kembali mengalir melihat orang keempat bonten itu belum berhenti menangis.

"ayolah, berhenti menangisnya. bibi kira tak akan suka melihat putri paling cantiknya mengeluarkan air mata terus menerus."

"ini juga karenamu, hideo!"

youma hideo. satu-satunya sepupu yang menyayangi sora di keluarganya selain sang ibu, yuta, dan rami.

sebenarnya hideo sudah meninggal ketika melindungi sora saat perempuan itu berusaha keluar dari keluarga. karena itulah sora bingung kenapa hideo masih hidup.

"menyebalkan-kenapa tidak datang-"

"lebih awal? aku perlu waktu untuk memulihkan diri, sayang. yuta juga melarangku saat aku ingin secepatnya bertemu denganmu."

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang