ー14

483 76 15
                                    

sora keluar dari ruangan.

ia menghela nafas sambil mengusap wajahnya. "untung saja mikey tak mempermasalahkannya." gumamnya lelah.

tangannya mengusap rambut cokelatnya pelan seraya mengulum bibir. "lagipula kenapa si bajingan itu harus menghancurkan kepulanganku sih. harusnya memang kutembaki saja kakinya sampai putus agar dia mati sekalian. menyebalkan." gerutunya sambil menggerakkan kaki menuju arah kamarnya.

sora sama sekali tak terkejut saat melihat ran sudah ada di depan kamarnya, menunggu kedatangannya.

ran yang sedang memainkan ponsel, mendongak dengan senyum yang menghiasi paras tampannya. "sudah bicaranya?"

sora mengangguk. ia mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya dan memasukkannya ke dalam lubang kunci, lalu memutarnya.

ran tentu saja ikut masuk. ia menghirup dalam-dalam aroma kamar sora saat baru melangkahkan kaki di dalam kamar sang pujaan hati.

bibirnya mengulas senyum puas. vanila dan cokelat. rasanya seperti sudah bertahun-tahun tak menciumnya.

brugh

ran mengerjapkan mata. ia menunduk, merasakan wajah sora berada di bahunya. sedikit terkejut dengan apa yang sora sedang lakukan sekarang.

sora mengambil nafas dan mengembuskannya. "aku tau ini tidak sepertiku. tapi tolong biarkan seperti ini dulu. aku lelah." lirihnya di akhir kalimat.

persetan dengan harga diri dan rasa malu. tubuh dan mentalnya benar-benar lelah setelah melakukan tugasnya dan tugas mikey, ditambah lagi dengan hadirnya kazuha yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

si eksekutif bonten itu terdiam, sebelum mengangkat kedua lengannya dan merengkuh sora. mengeratkannya sedikit dan mengecup pucuk kepala sora, "aku mengerti."

tak ada pergerakan lagi. hanya sora yang menyamankan diri di pelukan ran.

tidak berselang lama, kedua tangannya balas memeluk ran. wajahnya semakin dibenamkan di bahu si pria.

"kenapa hanya saat dipeluk olehmu aku merasa hangat? kenapa dengan rami dan yuta tidak seperti ini walaupun mereka juga sering memelukku? kenapa kehangatanmu terasa seperti ibuku? kenapa?" tanyanya bertubi-tubi dengan suara serak.

ran menggeleng seraya tersenyum tipis. ia menyelipkan sebelah lengannya di lekukan kaki sora dan menggendongnya.

mendudukkan dirinya di ranjang sora dengan sora yang ada di pangkuannya. lalu memindahkan tangan sora yang ada di punggungnya ke lehernya.

baru setelah itu menyamankan duduknya agar sora juga merasa nyaman.

tangannya mengelus rambut sora lembut. "kau sudah tau jawabannya bukan? apa masih belum jelas juga?"

"tidak tau. aku tidak tau apakah aku benar menyukaimu atau tidak. aku tidak percaya lagi dengan cinta sejak ibuku meninggal."

ran tersenyum kecut. "berarti aku hanya butuh bekerja lebih keras lagi agar bisa mematahkan prinsipmu itu."

sora menarik diri dengan raut kesal. "itu bukan prinsip, tapi memang pernyataan yang valid."

ran terkekeh seraya mengusap mata sora yang sudah berkaca-kaca. "ya terserahmu. tapi aku memang hanya perlu membuatmu lebih menyukaiku lagi kan?"

sora memajukan bibir tanpa ia sadari, dan langsung memeluk leher ran kembali.

astaga.

ran gemas setengah mati dengan sikap sora sekarang. rasanya ia ingin membungkam bibir pink itu sepuasnya.

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang