ー16

415 84 4
                                    

tatapan mati itu memandang lurus si anggota terbaru. mulutnya terus bekerja untuk mengunyah makanan berbentuk ikan yang dipegangnya.

sora yang ada di hadapannya, menghela nafas. ia bangkit dari duduknya. "aku pergi saja kalau kau hanya makan tanpa bicara satu kata pun."

sepuluh menit sudah ia hanya duduk diam menunggu sang ketua buka suara. tapi pemilik nama asli sano manjiro itu malah diam sambil makan taiyaki-nya.

bisa saja ia menunggu lebih lama untuk mikey buka mulut, tapi ia ada pekerjaan dan sebentar lagi harus berangkat. yuta saja sudah berisik memperingatinya lewat ponsel sejak tadi.

"sudah seberapa dekat kau dengan haitani?"

sora berbalik lalu mengerutkan dahi, bingung dengan pertanyaan yang disodorkan ketua bonten itu. "maksudmu?"

mikey melahap ekor kue ikannya. "jawab saja."

orang keempat bonten itu sepenuhnya berbalik dan melipat tangannya di depan dada.

"kalau kau bertanya seperti itu, kami ada di tahap, emm," sora memejamkan mata, sedang memutar otak. "kami sudah saling menyatakan kalau kami saling menyukai."

mikey terus memandanginya. "tidak menjadi kekasih?"

sora mengangkat bahu. "belum terpikirkan. itu pun juga tergantung pada ran."

"ran?"

sora mengangguk. "ya, kenapa?"

sang ketua terdiam, lalu menggelengkan kepala. "tidak. sana bekerja."

permata biru itu mengerjap, "kau memanggilku hanya untuk bertanya itu?" tanyanya tak percaya.

mikey mengalihkan pandangan. "sudah sana pergi." usirnya.

sora menganga. benar-benar bukan mikey sekali yang memanggilnya hanya untuk bertanya tentang hubungannya dengan ran.

perempuan itu mengangguk terbata. "baiklah, aku pergi dulu." ia berbalik, kembali berjalan menuju pintu.

"hati-hati."

sora terhenti lalu menoleh ke belakang. perlahan sudut bibirnya tertarik, ia tersenyum lebar. "terima kasih! aku juga menyayangimu, manjiro!"

ia terkikik. sudah lama sekali ia tak mengatakannya.

sora memang dekat dengan mikey, bahkan juga dengan emma dan shinichiro. dan ungkapan yang ia ucapkan itu selalu ia katakan saat mereka masih kecil.

tidak hanya ke mikey, tapi juga pada dua saudaranya.

ia mengatakan itu karena saat berada di sekitar mereka, rasanya seperti ia menjadi bagian dari keluarga. dan memiliki mereka juga sangat berarti bagi sora.

ketiga kakak-beradik sano itu pun sudah ia anggap keluarganya sendiri, begitupun sebaliknya.

rasa iri selalu hinggap di hatinya setiap melihat kedekatan ketiganya. tidak sepertinya yang tak memiliki saudara kandung dan malah memiliki sepupu-sepupu munafik.

"kenapa kau mengatakan itu?"

sora mengaduh ketika menabrak seseorang. ia mengusap dahinya lalu mendongak, melihat ran bersedekap dengan raut datar.

perempuan itu mendecak. "mengatakan apa?"

"'aku juga menyayangimu, manjiro!' tte." cibir si haitani tertua mengikuti ucapan sora sebelumnya.

sora menaikkan sebelah alisnya bingung. "memangnya kenapa? aku kan memang menyayanginya."

sorot tajam segera sora dapatkan. ran menghela nafas kasar, ia menyugar surai dwiwarnanya. "aku cemburu." jujurnya.

sora mengerjapkan mata. telunjuknya mengarah pada ran, "kau? cemburu?" ran mengangguk.

si orang keempat bonten itu mengerjapkan mata lagi, matanya menyorot polos. "untuk apa kau cemburu?"

"aku akan menguncimu di kamar kalau kau tak menghilangkan tatapan sok polosmu itu." ancam ran.

ia tak main-main. ia benar-benar akan melakukannya.

aku tak bisa menahan diri jika kau terus menatapku seperti itu! batinnya menjerit.

kenapa tak menutup mata?

dear readers. sebagai seorang pria, tentu saja ia tak mau melewatkannya meskipun harus menahan diri. setiap detiknya terlalu berharga untuk dilewatkan, kalian tau itu?

sora merotasikan bola matanya. "aku tak mengerti. aku menyayangi mikey sebagai keluarga, seperti kau dan adikmu."

"berarti pada pria yang mengaku 'pria'mu itu juga?"

sora berkacak pinggang. "yuta? tentu saja. ia sudah kuanggap sebagai kakak." katanya. perempuan itu mendengus, "kenapa kau menanyakan hal yang sudah jelas sih?" gerutunya

ran melotot. ia tau itu konyol menanyakannya, tapi tetap saja mendengarnya langsung dari si pujaan hati membuat hatinya panas.

si eksekutif bonten menggenggam tangan sora lalu menabrakkan perempuan itu ke dinding. mengurung sora agar tak bisa kemana-mana.

sora melebarkan mata lalu memukul bahu ran. "apa yang kau lakukan?! ada mikey di dalam!" serunya dengan suara kecil.

ran mendecih. "kau lebih mementingkan ketua daripada aku?" tanyanya masih dengan hati panas dipenuhi api cemburu.

sora menatapnya nyalang. "hei, aku bisa mati karena malu! lagipula bisa saja kakucho atau haruchiyo atau akashi san muncul tiba-tiba!"

si pria tinggi terdiam. lalu perlahan seringai tipis mengembang, "jadi maksudmu kita bisa melakukannya di tempat sepi dan jangan di tempat ramai?" godanya.

pemilik kristal biru itu semakin melebarkan matanya. semburat merah muncul di pipinya. "diam, ran! kenapa malah bicara omong kosong sih?!"

kekehan puas mengalir, ran mengecup sudut bibir sora. "baiklah, aku tak masalah kalau kau mau di tempat sepi."

"ran!"

ya. sebegitu mudahnya ran luluh hanya dengan tiket sebuah ciuman.

katakan ia gampangan, tapi memang itu kunci paling utama untuk meredakan kekesalannya.

oh, dan juga ekspresi menggemaskan termasuk dalam golongan tiket 'peluluhan'.

ran menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sora. "menyebalkan. kenapa mikey harus mengirimmu keluar kota lagi? apa aku ikut saja?" tanyanya dengan suara terendam.

sora menghirup wangi maskulin yang menguar dari tubuh ran. "mana bisa. kau mau dikeluarkan dari bonten memangnya?"

perempuan berumur dua puluh tujuh tahun itu tertawa saat mendengar ran mendecak karena tak bisa membantah.

sora menepuk-nepuk punggung ran. "tak lama kok, hanya tiga hari." ucapnya menenangkan.

kecupan di bahunya ia rasakan meski dari balik kemeja. "tetap saja. mengirim pesan dan telepon tak cukup untuk mengurangi rasa rinduku." balasnya. "aku bahkan sudah merindukanmu sekarang."

hatinya menghangat, begitu juga pipinya. tawa kecil mengalun. "aku bahkan belum berangkat. kau pun masih memelukku, ran."

"dan itu. suaramu yang memanggil namaku terlalu merdu sampai-sampai aku ingin merekamnya dan menjadikannya sebagai ringtone ponselku."

"hei!"

keduanya tertawa. rasanya seperti hanya ada di dunia mereka sendiri. bahagia dengan hanya adanya eksistensi keduanya.

mengabaikan yuta dan rami serta mochi dan takeomi yang ada di ujung lorong, memperhatikan mereka.

"ditunggu sejak tadi ternyata malah sedang berduaan dengan orang yang disuka. dasar orang kasmaran."

"biarkan saja sih. kau tak mau lihat sora bahagia memangnya?"

"mereka benar-benar tak tau tempat ya."

"untung saja adiknya sedang tak ada."



tbc

edit : 12 jun 23

blue moon ー haitani ran [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang